Wednesday, December 26, 2012

Konflik Horizontal, Catatan Kelam Lampung Selatan



Oleh Kristian Ali



RIBUAN warga di Desa Balinuraga dan Sidoreno Kecamatan Waypanji Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung, saat ini masih tinggal di tenda-tenda darurat, sementara ratusan rumah mereka sedang diperbaiki. Kerusuhan horizontal melanda kedua desa itu pada akhir 0ktober lalu.

Meski kerusuhan itu sudah berlalu lebih dari satu bulan, masyarakat masih menyimpan kesedihan mendalam karena 12 warga tewas dalam peristiwa itu, yakni sembilan orang dari warga Desa Balinuraga dan Sidoreno dan tiga orang dari massa gabungan seperti dari Kecamatan Kalianda.

Peritiwa memilukan ini menyita begitu banyak perhatian dari publik di seluruh penjuru negeri ini karena berdampak luas terhadap semua sendi kehidupan bermasyarakat.

Kapolres Lampung Selatan pada saat itu, AKBP Tatar Nugroho memastikan, jumlah korban tewas akibat dalam bentrokan antarwarga selama dua hari itu sebanyak 12 orang, yakni hari pertama, Minggu (28/10) sebanyak tiga orang dari massa gabungan Kalianda dan hari kedua, Senin (29/10), korban tewas sebanyak 9 orang, semuanya dari Desa Balinuraga dan Sidoreno Waypanji.

Bentrokan itu juga mengakibatkan 345 unit rumah warga di Desa Balinuraga dan Sidoreno dibakar massa dan rusak, 11 unit sepeda motor dibakar, dan dua gedung sekolah ikut dibakar massa.

Sebanyak 1.588 orang, yaitu 787 laki-laki, 787 perempuan, dan 365 anak-anak diungsikan ke Sekolah Polisi Negara (SPN) Kemiling di Kota Bandarlampung, untuk mencegah jatuh korban lagi.

Kerusuhan selalu menyisakan kerugian dan kesedihan mendalam bagi warga, terutama bagi anak-anak. Mereka masih trauma dengan peristiwa yang terjadi di desa itu, apalagi mereka menyaksikan langsung kebrutalan saat konflik berlangsung.

Tidak hanya itu, ratusan siswa sekolah dasar juga harus belajar seadannya tanpa seragam, tanpa alat tulis dan perlengkapan lainnya, karena sudah habis terbakar bersama rumah orang tua mereka.

Konflik horizontal itu juga menyita tenaga dan biaya. Ribuan aparat gabungan dari Mabes Polri, Polda Lampung, Polda Banten, Polda Sumatera Selatan, dan Jawa Tengah harus bertahan di lokasi kerusuhan selama 21 hari. Selain melakukan pengamanan, mereka juga ikut membersihkan puing-puing rumah warga yang hancur, mengajar dan menghibur anak-anak sampai memberi pakan ternak warga yang terlantar dan kelaparan.

Setelah konflik di Desa Balinurga, sepekan kemudian (8/11) konflik antarwarga juga pecah yang melibatkan Kampung Buyut, Kecamatan Gunung Sugih dengan warga Kusumadadi, Kecamatan Bekri, Lampung Tengah hingga konsentrasi aparat terpecah di Lampung Selatan dan Lampung Tengah.

Kabid Humas Poda Lampung AKBP Sulistyaningsih mengatakan sekitar seribuan warga Kampung Buyut menyerang Desa Kusumadadi yang menyebabkan sedikitnya 13 rumah warga hangus terbakar yang juga dipicu masalah sepele yakni kesalahpahaman kedua pihak yang terlibat konflik itu.

Konflik horizontal di daerah ini laksana bom waktu karena pada sekitar awal tahun 2012 juga terjadi peristiwa serupa dengan dua kelompok suku yang berbeda.

Sekitar 60 rumah warga Desa Napal hangus terbakar dan 23 lainnya rusak berat dan ringan akibat kerusuhan itu, meski tidak sampai merenggut korban jiwa

Tahun sebelumnya juga beberapa kali konflik serupa terjadi di Kecamatan Palas yang menimbulkan belasan rumah hancur terbakar dan beberapa korban mengalami luka-luka, bahkan ada yang tewas di rumah sakit akibat lukanya.

Konflik yang terjadi beberapa kali di Kabupaten Lampung Selatan ini sebagian besar hanya dipicu oleh masalah sepele yang seharusnya tidak perlu sampai merenggut korban jiwa dan menimbulkan kerusakan serta menyisakan trauma mendalam bagi warga.

Membutuhkan waktu lama untuk mengembalikan trauma dan memulihkan perekonomian mereka, bahkan peristiwa itu akan menjadi catatan kelam anak cucu mereka secara turun temurun.


Perdamaian abadi

Sejumlah tokoh adat dari kedua belah pihak mengharapkan peristiwa memilukan ini tidak terulang kembali sampai generasi berikutnya, agar mereka bisa hidup damai.

Salah satu tokoh adat Bali di Lampung Selatan, I Made Pasti, menyatakan peristiwa ini semestinya tidak perlu sampai terjadi, apalagi merenggut belasan korban jiwa.

"Kami ingin semua hidup damai berdampingan selama-lamanya tanpa permusuhan," kata dia, sambil menahan isak tangis.

Dia mengakui, sangat menyesalkan peristiwa itu, mengingat sudah 41 tahun di tinggal di daerah tersebut dan menjadi tokoh adat setempat.

"Bentrokan ini merupakan sebuah kegagalan bersama bagi semua pihak, bukan hanya satu golongan saja," ujar dia.

Ia menyayangkan, sebelum peristiwa itu terjadi di Desa Balinuraga , kenapa tidak ada tokoh masyarakat, aparat pemerintah, dan bupati yang langsung terjun untuk menanganinya agar tidak membesar.

"Walau bagaimana pun juga keadaannya, kami tidak dapat pergi kemana-mana, Lampung sudah menjadi ibu pertiwi kami," kata dia pula.

Dia berharap, situasi kembali tenang dan damai, anak-anak bisa sekolah dan warga bisa beraktivitas kembali seperti sediakala tanpa diselimuti rasa takut.

Ketua Himpunan Lima Adat Saibatin Lampung Selatan, Tumenggung Rajasa, menegaskan pihaknya pun menginginkan penyelesaian secara damai atas kasus bentrokan tersebut.

"Kami pun ingin hidup damai dan tenteram secara berdampingan tanpa ada permusuhan," kata dia lagi.

Dia juga mengaku merasakan kesedihan yang mendalam atas 12 orang warga yang tewas akibat pertikaian itu, dan sekarang berharap anak-anak dapat hidup tenang, damai, dan tenteram secara berdampingan saling menghormati dan menghargai dengan penuh kasih sayang.

Akhirnya pada 21 November 2012 tercetuslah kesepakatan damai yang dideklarasikan di lapangan Desa Agom Kecamatan Kalianda yang melibatkan ribuan masyarakat yang terlibat bentrok bersama tokoh adat masing-masing dan berjanji secara tertulis untuk hidup damai berdampingan.

Komandan Korem 043/Garuda Hitam Kolonel Czi Amalsyah Tarmizi mengingatkan bahwa perdamaian itu mesti dirasakan dan diperjuangkan bersama-sama.

"Damai itu indah, dan harus diperjuangkan oleh kita semua, baik untuk dirinya, kesatuannya, maupun untuk pedoman seluruh lapisan masyarakat agar hidup dengan keadaan tenang dan penuh rasa aman," katanya.

Dia berharap, setiap masalah dalam masyarakat semestinya dapat diselesaikan secara baik-baik.

Ia juga mengharapkan setiap warga harus menyadari dalam hati hal pemersatu, yakni satu bangsa yang disatukan oleh empat pilar bangsa yaitu Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

"Sila pertama sampai kelima Pancasila bila dipegang teguh akan menghindarkan kita dari konflik horizontal, seperti kerusuhan di Balinuraga itu," kata dia.

Sementara itu, Menteri Pertahanan (Menhan) Purnomo Yusgiantoro, baru-baru ini menyebutkan Indonesia butuh penguatan masyarakat sipil untuk mencegah terjadinya konflik horizontal.

"Salah satu upaya itu adalah membangkitkan rasa cinta terhadap Tanah Air atau Negara Kesatuan Republik Indonesia," kata dia.

Ia mengatakan, untuk menumbuhkan rasa cinta terhadap Tanah Air perlu penguatan nilai-nilai kebangsaan di kalangan masyarakat yang diterapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sehingga tercipta kehidupan yang rukun dan damai.

Sumber: Antara, Selasa, 18 Desember 2012

"Gebyar Pesona Lumbok Ranau" Tingkatkan Ekonomi Warga


WAKIL Bupati Lampung Barat Provinsi Lampung, Makmur Azhari, mengharapkan "Gebyar Pesona Lumbok Ranau" mampu menjadi sarana mendorong peningkatan ekonomi masyarakat daerah itu.

"Promosi wisata melalui kegiatan ini jangan hanya gelaran seremonial saja, tetapi harus dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat di sini," ujar Wakil Bupati Lampung Barat itu, di Liwa, Selasa.

Kabag Humas dan Protokol Pemkab Lampung Barat, Burlianto Eka Putra, saat dihubungi dari Bandarlampung menjelaskan bahwa "Gebyar Pesona Lumbok Ranau" berlangsung Minggu (16/12) sampai dengan Senin (17/12) di Pekon (Desa) dan Kecamatan Lumbok Seminung.

Kegiatan tersebut telah berlangsung untuk kelima kalinya.

Atraksi seni "Bedikekh", yakni menabuh alat musik hadra sambil menjaga keseimbangan di atas perahu jukung dengan pemandangan hamparan Danau Ranau membuka kegiatan itu.

Kegiatan lain untuk memeriahkan acara itu, antara lain lomba perahu hias, tarik tambang jukung, bakar ikan dan masu (berburu) babi serta berbagai gelar kebudayaan yang biasa dilakukan masyarakat setempat.

"Kegiatan tersebut merupakan salah satu event yang dilakukan dalam mempromosikan keindahan Danau Ranau," ujar Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Lampung Barat, Ujang Misron.

"Gebyar Pesona Lombok Ranau" menurut dia pula, telah mengenlakan potensi dan keindahan Danau Ranau kepada masyarakat di luar Lampung Barat.

Dalam melaksanakan kegiatan tersebut, kata Ujang lagi, pihaknya selalu bekerjasama dengan masyarakat setempat yang tergabung dalam wadah Masyarakat Peduli Danau Ranau.

"Untuk kesuksesan kegiatan tersebut, kami selalu bekerjasama dengan masyarakat sekitar yang tujuannya untuk lebih meningkatkan peran serta masyarakat dalam meningkatkan kunjungan wisatawan," ujar ujang.

Wakil Bupati Lampung Barat Makmur Azhari menyatakan pula, apabila Lumbok yang berada di sekitar Danau Ranau sudah menjadi daerah kunjungan wisata, secara otomatis akan membuka peluang usaha bagi masyarakat setempat.

"Jadikan kegiatan tersebut sebagai momen kebangkitan dunia wisata di Lampung Barat, khususnya di Lumbok Ranau, sehingga akan menjadi lahan usaha baru bagi masyarakat," ujar Makmur mengharapkan.

Sumber: Antara, Selasa, 18 Desember 2012

Thursday, December 13, 2012

LAMPUNG: Tujuh Daerah Rawan Konflik

TANJUNGKARANG PUSAT (Lampost.Co): Saat ini, di Lampung, sedikitnya ada tujuh daerah rawan konflik yang membutuhkan penananganan khusus dari unsur pimpinan kecamatan (uspika). Ketujuh daerah itu adalah Kabupaten Lampung Selatan, Lampung Tengah, Lampung Timur, Lampung Utara, Way Kanan, Tulangbawang, dan Kabupaten Mesuji.

Hal itu terungkap dalam rapat koordinasi (rakor) peningkatan kapasitas peran uspika pada kabupaten rawan konflik, di Hotel Emersia, Kamis (13-12). Hadir dalam kegiatan itu Wakil Gubenur Lampung M.S. Joko Umar Said, Sekprov Berlian Tihang, Direktur

Pembinaan Masyarakat (Dirbinmas) Polda Lampung Mochamad Son'Ani, serta Asisten Bidang Pemerintahan Provinsi Lampung Tarmizi Nawawi.

Pada kesempatan itu, Joko Umar Said mengatakan perlunya suatu rumusan strategis dalam mengatasi konflik. Salah satu pendekatannya adalah meningkatkan hubungan dengan berbagai elemen masyarakat. Caranya, dengan menjalin komunikasi dan bermusyawarah dengan tokoh adat yang ada di masing-masing daerah.

Joko juga menekankan pentingnya mendengarkan aspirasi masyarakat yang ada di desa, kampung, maupun pekon. "Pekon merupakan basis yang baik sebagai perwakilan aspirasi masyarakat dan paling nyata didengarkan," kata Joko. U-4

Lampung.co

Abdurrachman Sarbini, Raja Tulangbawang


MENGGALA (Lampung Post): Abdurrachman Sarbini, kemarin, dinobatkan sebagai ketua umum Megou Pak Tulangbawang, sekaligus sebagai Raja Tulangbawang.

Menurut ketua panitia dan tokoh adat Megou Pak, Bandarsyah, dari hasil rapat Marga Buibulan, Marga Tanggamoaan, Marga Buiaji, dan Marga Suwayumpu, disepakati menobatkan Abdurrachman Sarbini sebagai ketua umum Megou Pak sekaligus sebagai Raja Tulangbawang.

Bandarsyah mengatakan kekuasaan ketua umum Megou Pak mencakup Kabupaten Tulangbawang, Mesuji, dan Tulangbawang Barat. "Kami berharap di pundak beliau Megou Pak akan lebih maju dan berkembang," ujar dia.

Kepada Lampung Post, Abdurrachman Sarbini mengatakan kesiapannya memajukan organisasi Megou Pak Tulangbawang, dengan terlebih dahulu membenahi kepengurusan.

Dia akan membesarkan Megou Pak dengan harapan semua pihak bisa terayomi. "Megou Pak akan terus berjuang mempertahankan hak-haknya, seperti soal sengketa tanah sudah merupakan harga mati untuk diperjuangakan sampai titik darah terakhir," ujar dia.

Mance, panggiran akrab Abdurrachman Sarbini, menambahkan setelah serah terima jabatan sebagai Bupati Tulangbawang, ia akan melaksanakan amanah yang diberikan empat marga. Tidak kalah penting mengurus cucu serta mengurusi PAN Lampung sampai ke desa-desa.

"Saya akan pandai-pandai membagi waktu, kapan bersama adat Megou Pak dan kapan saya bersama partai, dan kapan kumpul keluarga dan cucu-cucu," kata Mance. (UNA/D-1)

Sumber: Lampung Post, Jumat, 7 Desember 2012

Rinda Mulyani, Wartawan Kebudayaan Terbaik Nasional



RAJABASA (Lampost): Rinda Mulyani dari harian Lampung Post berada pada peringkat pertama pada pendidikan Sekolah Jurnalis Kebudayaan (SJK) yang diselenggarakan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di Jakarta.

Sementara Adhitia Armitrianto, wartawan Suara Merdeka di posisi kedua, dan Sukmono Fadjar Turido, mantan wartawan Gatra yang sekarang bekerja di staf Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, di posisi ketiga. Secara simbolis, sertifikat diberikan oleh Direktur Sekolah Jurnalis Kebudayaan Yusuf Susilo Hartono, Sekretaris Dirjen Kebudayaan Kemendikbud Gatot Gautama, dan Encub Soebekti dari PWI Pusat.

Sekolah ini meliputi penilaian tes tertulis, pretest, post test, pada setiap sesi materi. Juga dilakukan penilaian penulisan feature dan kritik seni dari hasil liputan pameran seni rupa di Art:1, teater di Bentara Budaya, serta kunjungan ke studio Lembaga Sensor Film Jakarta.

Yusuf Susilo Hartono berkali-kali menegaskan tugas wartawan tidak ringan. Jika wartawan menulis tentang sesuatu yang salah, akan menjadi sejarah sepanjang masa dan hanya akan hilang jika kiamat datang.

"Ingat, gunakan napas kita untuk menulis sesuatu yang baik. Saya berharap setelah lulus dari SJK ini, teman-teman semua mampu menulis secara berkedalaman," kata dia.

Sekolah Jurnalis Kebudayaan (SJK) 2012 sendiri telah meluluskan 24 orang pada angkatan pertama. SJK diikuti 24 peserta yang berasal dari wartawan daerah dan staf Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Tujuh belas wartawan yang mengikuti pelatihan ini berasal dari beragam media, di antaranya Lampung Post, Suara Merdeka (Jakarta), Pikiran Rakyat (Cirebon), Bernas Jogja, Antaranews.com (Jakarta), Harian Waspada (Aceh), Analisa Medan, Padang Ekspress, Palangka Post, Harian Pagi Fajar (Makasar), Lombok Post, dan majalah Teras.

SJK digelar selama enam hari, mulai Senin (3-12) sampai Sabtu (8-12. PWI Pusat bersama Kemendikbud bekerja sama melaksanakan SJK ini sesuai dengan yang digagas dalam temu redaktur kebudayaan se-Indonesia awal Oktober lalu.

Pengajar dan pamong SJK tingkat dasar ini adalah mereka yang selama ini telah teruji pengetahuan dan dedikasinya di bidang jurnalistik dan kebudayaan. Seperti Edi Sedyawati, Romo Mudji Sutrisno, dan Sal Murgiyanto.

Selain itu, Asmujo Jono Irianto, Junus Satrio, Bambang Rudito, Wahyu Wibowo, dan Bre Redana. kemudian, Arbain Rambey, Efix Mulyadi, Willy Hangguman, Wina Armada, Hendry C.H. Bangun, Marah Sakti Siregar, T.D. Asmadi, dan Yusuf Susilo Hartono. (VER/K-2)

Sumber: Lampung Post, Selasa, 11 Desember 2012

Masyarakat Adat Restui Mukhlis-Makmur



LIWA (Lampost): Masyarakat adat merestui pasangan Mukhlis Basri-Makmur Azhari untuk memimpin Lampung Barat selama lima tahun ke depan.

Mukhlis Basri dan Makmur Azhari diberangkatkan secara adat dari Lamban Dalom (Istana) Kepaksian Pernong Kerajaan Sekala Brak di Pekon Balak, Kecamatan Batubrak, menuju tempat pelantikan di gedung DPRD Lambar, Liwa, yang berjarak sekitar 10 kilometer, Senin (10-12).

Penglepasan Mukhlis-Makmur dipimpin Perdana Menteri Kerajaan Sekala Brak Kepaksian Pernong Brigjen (Pol.) Ike Edwin serta para saibatin dari Kepaksian Lapah Diway, Kepaksian Belunguh, dan Kepaksian Nyerupa. Prosesi adat pemberangkatan ini secara simbolis menunjukkan restu dan dukungan dari masyarakat adat Paksi Sekala Brak tersebut kepada Mukhlis-Makmur.

Pelantikan dihadiri Kapolda Lampung Brigjen Heru Winarko, para pejabat TNI, serta sejumlah kepala daerah, termasuk Bupati Kaur, Bengkulu, Hermen Malik.

Ike Edwin mengatakan keberangkatan bupati dan wakil bupati dari Lamban Dalom menandakan Lambar sebagai negeri para saibatin yang menjunjung tinggi adat istiadat sehingga seorang bupati pun diberangkatkan dari rumah adat dan didampingi para tokoh adat. "Makna keberangkatan dari Lamban Dalom supaya siapa pun bupatinya harus mengayomi adat karena adat adalah bagian dari peradaban," kata dia.

Setiba di Liwa, prosesi pelantikan dan pengambilan sumpah jabatan dipimpin Gubernur Lampung Sjachroedin Z.P. atas nama Menteri Dalam Negeri. Mukhlis-Makmur dilantik sebagai pasangan bupati dan wakil bupati Lambar periode 2012?2017 berdasarkan SK Mendagri No: 131.18-825 Tahun 2012 tentang Pengesahan Pengangkatan Bupati Lampung Barat dan SK Mendagri No: 132.18-826 Tahun 2012 tentang Pengesahan Pengangkatan Wakil Bupati Lampung Barat.

Kepentingan Umum

Dalam sambutannya, Sjachroedin mengatakan terpilihnya seorang pemimpin daerah tidak terlepas dari kehendak Tuhan melalui masyarakat sehingga dalam menjalankan pemerintahan seorang pemimpin harus mengutamakan kepentingan umum.

Menurut Gubernur, selama beberapa tahun terakhir Pemprov berjuang memajukan daerah, termasuk Lambar. Salah satunya dengan mempercepat pengoperasian Bandara Seray di pesisir sebagai bandara perintis. Fasilitas tersebut sangat diperlukan untuk membuka isolasi daerah apabila terjadi bencana alam.

"Pemprov juga mendukung pembukaan jalan Lumbok?Krui, pengaspalan jalan Suoh?Batubrak, dan beberapa pembangunan lainnya," ujarnya.

Sementara itu, Mukhlis Basri mengucapkan terima kasih kepada seluruh warga Lambar yang memberikan kepercayaan dan mengantarkan dirinya bersama Makmur Azhari untuk memimpin Lambar lima tahun ke depan. "Kami akan melanjutkan program prorakyat," kata Mukhlis. (CK-1/CK-3/LEH/R-4)

Sumber: Lampung Post, Selasa, 11 Desember 2012

Friday, November 23, 2012

PENELITI: Konflik Lampung Terjadi Karena Kecemburuan Penduduk Lokal



BANDAR LAMPUNG (Lampost.co): Peneliti Pusat Penelitian Sumberdaya Regional (PSDR) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Prof Dr Yekti Maunati MA, mengatakan pemerintah daerah hendaknya jangan membiarkan terjadi kesenjangan ekonomi antara penduduk lokal dan pendatang.

"Konflik yang terjadi di Lampung baru-baru ini, tidak lepas dari kecemburuan antara penduduk lokal dan pendatang," ujar Yekti Maunati usai acara pengukuhan gelar profesor risetnya di Auditorium LIPI, Jakarta,
Jumat (23-11).

Dalam kasus di Lampung tersebut, lanjut dia, bukan salah masyarakat Bali di Lampung yang bekerja keras dan mapan secara ekonomi.

"Pemerintah daerah hendaknya jangan membiarkan terjadi kesenjangan ekonomi tersebut. Itu harus dicegah, agar tidak terjadi konflik sosial," tambah dia.

Konflik yang terjadi di Lampung tersebut, lanjut dia, bisa saja terjadi di berbagai wilayah transmigrasi lainnya di Tanah Air.

"Hukum tentang tanah itu harus diperbaiki. Mana tanah adat dan mana tanah negara," tukas dia.

Dia juga berpesan agar jangan sampai penduduk lokal "terinjak" akibat kedatangan para transmigran.
Profesor riset yang menyampaikan orasi ilmiah berjudul "Identitas Etnik Minoritas di Perbatasan Asia Tenggara" itu mengatakan pemerintah harus adil terhadap penduduk lokal dan pendatang. (ANT/L-4) FOTO:

Lampost 23 Oktober 2012

Jembatan Cukuhbatu -Tanggamus Putus.



(Gambar ilustrasi)

KOTAAGUNG (Lampost.Co): Jembatan permanen penghubung Dusun Cukuh Batu, Pekon Terbaya, dengan Dusun Sinar Harapan, Kelurahan Pasar Madang, Kecamatan Kotaagung, Kabupaten Tanggamus, putus total setelah diterjang air Way Tuba yang meluap. Selain menyebabkan putusnya jembatan yang berukuran 5 x 2 meter tersebut, luapan air juga merusak lima petak sawah milik warga Dusun Cukuh Batu.

Menurut Eko Maulana, Ketua RT 6 Dusun Cukuh Batu, putusnya akses dua dusun ini dikarenakan hujan deras yang terjadi sekira pukul 21.30 kemarin malam. Derasnya hujan meluapkan Way Tuba dan menghantam bangunan jembatan yang baru dibangun menggunakan dana RIS-PNPM itu. Akibatnya, aktivitas warga terganggu.

Kepala Pekon Terbaya, Merdatu Aspar, membenarkan jika jembatan yang baru dibangun sebagai penghubung dua dusun putus akibat dari luapan Sungai Way Tuba. Beruntung tiada korban jiwa dalam peristiwa ini karena waktu kejadian hujan lebat, sehingga warga enggan keluar rumah. (ABU/U-4)

RUSUH LAMPUNG: Polda Tetapkan 3 Tersangka

BANDAR LAMPUNG (Lampost.co): Polda Lampung menetapkan tiga tersangka provokator sejumlah kerusuhan yang terjadi di Lampung Selatan. Kabid Humas Polda Lampung AKBP Sulistyaningsih di Bandar Lampung, Jumat (23-11), mengatakan, tiga tersangka tersebut, yakni berinisial ZA, AR dan D. "ZA tertangkap pada Kamis dinihari, sementara dua tersangka lainnya ditahan
setelah dilakukan pemeriksaan terhadap lima saksi," kata Sulistyaningsih.
Ketiga tersangka ini diduga melakukan penghasutan kepada masyarakat Lampung Selatan dalam beberapa kasus kerusuhan hingga menimbulkan kerusakan fasilitas umum dan korban jiwa. Namun Sulis tidak menyebutkan secara spesifik tersangka adalah pelaku provokator bentrok di Desa Balinuraga. Sebelumnya, warga Kabupaten Lampung Selatan yang terlibat pertikaian dan
bentrok dengan warga Balinuraga, Kecamatan Waypanji akhirnya menyepakati perdamaian.
Para pihak bertikai menandatangani kesepakatan damai yang dilaksanakan di Balai Keratun, kantor Gubernur Lampung, di Bandarlampung, awal November, setelah dimediasi oleh aparat keamanan dan pemerintah daerah setempat. Dalam perjanjian itu, kedua pihak menyepakati 10 poin perdamaian, antara lain sepakat untuk menjaga keamanan, ketertiban, kerukunan, keharmonisan, kebersamaan dan perdamaian antarsuku yang ada di Lampung Selatan.
Berdasarkan informasi yang dihimpun Lampost.co dari sejumlah aktivis yang sempat menjenguk ZA, AR, dan D, ketiganya menolak dikaitkan dengan kerusuhan Balinugaraga yang merenggut 14 korban tewas. Menurut seorang aktivis, ZA diperiksa terkait perobohan patung Zainal Abidin Pagar Alam (ZAP), di Kalianda, April 2012 lalu. "ZA mengatakan di BAP (berita acara pemeriksaan) terkait patung ZAP. Jadi tidak ada kaitannya dengan rusuh di Balinuraga," kata aktivis tersebut. (ANT/L-1)

Thursday, November 15, 2012

Bandar Lampung Akan Dijejali Hotel



BANDAR LAMPUNG, TRIBUN - Diktum yang mengatakan hotel akan berkembang pesat jika sektor pariwisatanya baik, ternyata tidak selalu benar. Pasalnya, bisnis perhotelan di Kota Bandar Lampung cenderung tumbuh pesat, di tengah sektor pariwisatanya yang ngesot di tempat.

Hal itu, tampak dari pembangunan sejumlah hotel, termasuk hotel berbintang yang terus menunjukkan peningkatan di kota Tapis Berseri. Sejumlah pengusaha hotel berbintang bahkan sudah berancang- ancang menjadikan Bandar Lampung sebagai lokasi investasi mereka pada tahun 2013.

Dalam catatan Pemerintah Kota (Pemkot) Bandar Lampung, tiga hotel berbintang tengah diurus perizinan pembangunannya tahun ini. Ketiga hotel tersebut ialah Hotel Mercure (bintang lima) di Jalan Radin Inten, Hotel Chandra (bintang tiga) di Jalan Sultan Agung, dan Hotel Pop (bintang tiga) di Jalan MH Thamrin (Gotong Royong).

Tenaga Ahli Pemkot Bandar Lampung IB Ilham Malik mengatakan, beberapa di antara hotel tersebut bahkan sudah memulai proses pembangunan konstruksi.

"Hotel-hotel tersebut dibangun dalam skala besar. Kemungkinan, baru akan operasional pada 2014. Mungkin, ada yang baru selesai 2015," kata Ilham, Minggu (28/10) malam.

Di luar itu, Ilham mengatakan, sekitar empat pengusaha hotel lainnya saat ini tengah melakukan penjajakan untuk membangun hotel berbintang di Bandar Lampung.

"Di antaranya, Hotel Amaris dan Santika. Yang lain belum tersebut namanya, tetapi sudah mulai ada penjajakan," tutur kepala Pusat Studi Kota dan Daerah (PSKD) Universitas Bandar Lampung (UBL) tersebut.
Hotel-hotel berbintang itu, menurut Ilham, rencananya memiliki sekitar 200 kamar per hotel.

Hingga saat ini, kamar terbanyak akan dibangun Hotel Mercure, yaitu sebanyak 310 kamar. "Yang lain memang lebih rendah dari 310 kamar. Tetapi, tidak ada yang di bawah 100 kamar. Rata-rata 200 kamar," ungkap Ilham.

Dukung Perdagangan

Pembangunan hotel berbintang di Bandar Lampung bisa terus bergeliat meski sektor pariwisatanya lemah, karena iklim investasi dan bisnis di Lampung terbilang kondusif. Alhasil, hotel-hotel dibangun untuk menunjang kegiatan tersebut.

Kondusifitas iklim penanaman modal terlihat dari nilai investasi pada tiga tahun terakhir. Menurut data Badan Penanaman Modal dan PPTD Lampung, nilai investasi per tiga tahun terakhir tergolong tinggi meski fluktuatif.

Pada 2008, nilai investasi di Lampung mencapai Rp 2,716 triliun. Dari total tersebut, Rp 1,973 triliun merupakan investasi penanaman modal dalam negeri (PMDN). Sementara Rp 742 miliar berasal dari penanaman modal asing (PMA).

Namun pada tahun 2009, total investasi gabungan mengalami penurunan Rp 351,3 miliar menjadi Rp 2,3 triliun. Itu karena PMA merosot tajam menjadi Rp 416,7 miliar. Nilai investasi tahun tersebut tertolong karena PMDN naik dari kisaran Rp 700 miliar menjadi Rp 1,948 triliun. Pada 2010, grafik nilai investasi kembali naik meski belum memenuhi targetnya.

Pada tahun 2010, PMA naik menjadi Rp 1,26 triliun, sedangkan PMDN berada di angka Rp 857 miliar. Terakhir, tahun 2011, investasi luar negeri juga Rp 1,26 triliun dan PMDN Rp 3 triliun.

Ilham Malik membenarkan, sebagai ibu kota Lampung, pertumbuhan bisnis perhotelan di Bandar Lampung tak lepas dari perkembangan bisnis di Lampung.

Selain itu, Bandar Lampung termasuk salah satu kota yang didukung perdagangan dan jasa. Kondisi serupa banyak terjadi di kota-kota lain di Indonesia. "Kebutuhan akan kamar dari tahun ke tahun akan semakin tinggi. Hal itu seiring meningkatnya aktivitas bisnis," ucap Ilham.

Industri di Lampung, lanjut Ilham, menunjukkan angka peningkatan. Meskipun pertambahan pabrik dan gudang tidak menunjukkan angka yang besar, pabrik dan gudang yang ada telah mengembangkan kapasitas produksi dan muatnya.

"Kalau saya tidak salah, pertumbuhan distribusi logistik melalui Pelabuhan Panjang mencapai 7-15 persen per tahun," terang Ilham.
Dengan adanya peningkatan industri, transaksi bisnis pun semakin berkembang.

Ilham menuturkan, hal tersebut menjadi keuntungan tersendiri bagi pengusaha yang berinvestasi hotel di Bandar Lampung. "Bandar Lampung menjadi daerah yang diuntungkan. Sebab, aktivitas bisnis banyak terjadi di kota ini," tutur Ilham.

Mayoritas Agrobisnis

Mayoritas industri di Lampung bergerak dalam bidang agrobisnis. Lokasi pabrik pun menyebar di beberapa kabupaten, yang jauh dari Bandar Lampung. Meskipun demikian, banyak perusahaan yang tidak memiliki kantor perwakilan di Bandar Lampung.

Kondisi tersebut, kata Ilham, membuat tamu bisnis perusahaan enggan untuk mendatangi langsung lokasi pabrik. Hotel di Bandar Lampung akhirnya menjadi pilihan sebagai tempat pelaksanaan transaksi bisnis. "Walaupun pabrik-pabrik yang berlokasi di daerah memiliki kantor perwakilan di Bandar Lampung, aktivitas bisnis tetap berhubungan dengan hotel. Hotel bisa menjadi tempat menginap, rapat, ataupun negosiasi," papar Ilham.

Dengan kondisi tersebut, pelaku bisnis perhotelan tentunya harus menyiapkan sarana dan prasarana yang representatif. Ilham menerangkan, hal itu dapat dilakukan dengan menggabungkan konsep hotel sebagai tempat menginap sekaligus bisa sebagai lokasi aktivitas bisnis.

"Di manapun, aktivitas bisnis akan berlangsung di kota. Kota tetap akan menjadi sumbu pergerakan bisnis. Lokasi pabrik bisa saja di daerah tetapi transaksi, negosiasi, rapat koordinasi, dan sebagainya tetap aka berlangsung di kota," urai Ilham.

Pebisnis

Sekretaris Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Lampung Friandi Indrawan mengakui, 70 persen pendatang yang menginap di hotel merupakan pelaku bisnis. "Kalau dilihat dari tingkat okupasi, jumlah kamar yang tersedia memang telah sebanding dengan jumlah kunjungan. Tetapi dalam lima tahun ke depan, berdasarkan tren yang ada sekarang, pertumbungan pengunjung akan berkisar 12 persen per tahun," ungkap Friandi.

Peningkatan tersebut bisa terjadi apabila pemerintah bisa melakukan penataan infrastruktur transportasi yang memadai bagi pengunjung. Friandi mengungkapkan, transportasi yang nyaman turut berperan dalam meningkatkan tingkat kunjungan ke Lampung.

"Kalau itu tidak dilakukan, kami memperkirakan pertumbuhan tidak lebih dari lima persen per tahun. Peningkatan ini khususnya untuk wisatawan yang juga menggunakan hotel," ucapnya.

Menurut Friandi, jumlah hotel berbintang di Bandar Lampung yang terdaftar sebagai anggota PHRI ada sembilan unit dengan total kamar 1.252 unit.(rid/rez)

Thursday, November 8, 2012

Angin Puting Beliung Terjang 2 Desa di Lampung Utara

08/11/2012 11:15 WIB
Angin Puting Beliung Terjang 2 Desa di Lampung Utara
Politikindonesia - Angin puting beliung terjang dua desa, yakni Desa Gilih Suka Negeri dan Desa Cabang Empat, Kecamatan Abung Selatan, Kabupaten Lampung Utara. Akibat terjangan angin itu, atap rumah warga berterbangan diterpa pusaran angin yang disertai hujan deras, Selasa (06/11) sekitar pukul 17.30 WIB.

Pusaran angin disertai hujan deras yang datang seketika membuat warga dua di desa di Abung Selatan menjadi panik hingga berlarian keluar rumah. Tidak hanya sampah dedaunan dan ranting yang dibawa terbang pusaran angin. Bahkan atap rumah warga pun ada yang terbang diterpa kencangnya angin hingga porak poranda.

Riswan, 30, warga Desa Gilih Suka Negeri, mengatakan, angin itu datang secara tiba-tiba. Sebelumnya cuaca hanya terlihat mendung saja. Sekitar setengah jam kemudian, Riswan mendengar suara gemuruh dan melihat awan berwarna hitam.

“Saat itu sepertinya akan turun hujan lebat. Bersamaan dengan derasnya hujan, tiba-tiba saja datang angin kencang yang membentuk pusaran membuat daun dan ranting pohon itu berterbangan,” kata Riswan.

Tidak lama kemudian pusaran angin itu menerpa rumah-rumah warga. Selain rumah bergetar, atap rumah juga berterbangan. “Takut tertimpa reruntuhan rumah, saya dan keluarga beserta warga desa lainya lari keluar dari rumah di tengah guyuran hujan lebat, untuk mencari perlindungan dan menjauhi lokasi,” ujar Riswan.

Maria ,25, warga Desa Gilih Suka Negeri membenarkan, akibat angin puting beliung itu, anaknya yang masih balita menjadi sakit demam dan flu karena kehujanan. “Tidak hanya Desa kami, Desa Cabang Empat juga yang diterpa angin puting beliung,” ujar Maria.

Ketua DPRD Lampura M Yusrizal yang melakukan peninjauan ke dua desa yang diterpa angin puting beliung, melihat rumah warga yang telah porak poranda. Kemudian M Yusrizal memberikan bantuan sebagai rasa keprihatinan untuk meringankan beban korban.
(oes/rin/wan)

Lampung Rusuh Lagi, Desa Kesumadadi di Serang Ratusan Massa

08/11/2012 21:08 WIB
Lampung Rusuh Lagi, Desa Kesumadadi di Serang Ratusan Massa
Politikindonesia - Belum selesai penanganan kerusuhan di Lampung Selatan, kerusuhan antar kampung kembali pecah di Lampung. Kali ini bentrok terjadi antara warga Kampung Buyut Udik dan Kampung Kesumadadi, Kecamatan Bekri, Lampung Tengah. Ratusan warga bersenjata tajam sekitar pukul 16.30, hari ini, Kamis (08/11) menyerang Kampung Kusumadadi.

Hingga berita ini diturunkan, belum didapat laporan terkait korban jiwa dalam peristiwa ini, karena ketika ratusan massa menyerang Kampung Kusumadadi sudah dikosongkan. Pantauan di lapangan, sedikitnya 5 rumah warga Kusumadadi dibakar oleh massa.

Kerusuhan dipicu peristiwa sebelumnya, terkait tewasnya Hairil Anwar, 29, warga Kampung Buyut Udik, Kecamatan Gunungsugih, Lampung Tengah, pada 18 September lalu di Kampung Kesumadadi. Kabar yang diterima warga Buyut Udik, Hairil tewas setelah dianiaya membabi buta. Bahkan, jasadnya dibakar. Kemarahan brutal ini akibat ada salah seorang warga Kesumadadi yang kehilangan 3 ekor sapi beberapa hari sebelumnya.

Peristiwa ini yang memancing kemarahan warga Buyut Udik. Di Kampungnya, korban yang merupakan pekerja buruh di pembangunan tower provaider yang lokasinya sekitar Desa Kesumadadi itu dikenal berasal dari keluarga yang kurang mampu. Warga Desa Buyut Udik, mengenal Hairil sebagai sosok yang tekun beribadah dan ramah dan bersosial antar tetangga cukup baik, tidak pernah berbuat onar.

Kematian Hairil baru diketahui keluarganya, beberapa hari setelah peristiwa itu. Keluarga dan beberapa warga mencari korban karena telah beberapa hari tidak pulang ke rumah. Usut punya usut, mereka menemukan sepeda motor korban terparkir di kediaman Lurah Desa Kesumadadi.

Setelah itu, diketahui bahwa Jenazah Hairil Anwar berada di ruang jenazah RS Demang Kabupaten Lampung Tengah, dengan kondisi hangus tidak dapat dikenali lagi.

Saat itu juga kerabat dan warga mengerahkan warga Desa Buyut Udik untuk menyerang Desa Kesumadadi, namun untungnya hal itu bisa diredam oleh pihak satuan Polres Kabupaten setempat.

Warga Buyut Udik mengurungkan penyerangan dan langsung ngeluruk Markas Polres untuk meminta pihak kepolisian menindak tegas dan mengusut tuntas pelaku pembunuhan ini.

Setelah sepekan lebih, dan warga mengangkap tidak ada perkembangan atas tuntutannya, tanpa kompromi, Kamis sore, ratusan warga Buyut Udik melakukan penyerbuan ke Desa Kesumadadi.

Pihak polres Kabupaten Lamteng pun turun mengamankan lokasi. Kapolres Lamteng, AKBP Hery Setyawan menjelaskan, pihaknya tengah melakukan proses hukum dan menahan seorang warga Kesumadadi sebagai tersangka. Masyarakat diminta untuk bersabar dan jangan mudah terpovokasi. "Masyarakat Harus pintar jangan terprovokasi SMS, brodcast BBM, dan ajakan yang akan merugikan semua" ujar Hery.

Kata Hery, polisi terus berupaya, bekerja sama dengan Pemda, dan tokoh masyarkat, agar bisa sama-sama menjaga stabilitas keamanan dan kenyamanan warga Lamteng.

"Polisi telah melakukan upaya hukum, dengan menahan seorang warga Kampung Kesumadadi, jadi serahkan persoalan itu ke polisi, agar bisa kita proses secara hukum," tegas Kapolres.

Hery mengatakan, polisi akan mengembangkan dan memperdalam pemeriksaan terhadap warga yang ditahan. Pihak-pihak yang terlibat penganiayaan yang menyebabkan kematian itu akan diproses hukum.

"Sekali lagi mari kita ciptakan perdamaian dan keamanan serta kenyamanan warga. Berikan waktu kepada kami untuk bekerja secara profesional, dalam mengusut kasus ini" tandas Hery.
(oes/jun/kap)

Sumber : Politik Indonesia.

KERUSUHAN LAMPUNG TENGAH: Polda Lampung Ciduk 5 Provokator


Bandarlampung, 9/11 (ANTARA) - Aparat Kepolisian Daerah Lampung telah mengankan sebanyak 5 orang yang diduga menjadi provokator terjadinya kerusuhan di Kampung Kesumadadi, Kecamatan Bekri, Kabupaten Lampung Tengah kemarin (8/11).


"Saat ini masih pendalaman apakah nantinya ada penambahan, pengurangan atau penetapan tersangka," ujar Kabid Humas Polda Lampung Ajun Komisarir Besar Polisi (AKBP) Sulistyaningsih hari ini, Jumat (9/11/2012), kepada kantor berita Antara.

Menurutnya, kondisi saat ini sudah aman massa pada Kamis malam (8/11/2012) pukul 19.00 WIB telah dapat dibubarkan dan didorong keluar oleh petugas keamanan dari Brimob Polda Lampung.

"Pada pukul 19.30 WIB bapak Kapolda dan Muspida Kabupaten Lampung Tengah, Pejabat Utama Polda Lampung sudah bisa masuk kelokasi, melihat langsung ke Tempat Kejadian Perkara (TKP) dan melihat rumah yang dibakar dan dirusak oleh warga tersebut," lanjutnya.

Saat ini, ia melanjutkan, warga desa Kusumadadi kurang lebih 300 jiwa telah diungsikan di Pondok Pesantren Darul Mustakhin yang berada di sekitar desa setempat.

"Sebanyak lima kompi dari Brimob Lampung, satu kompi gabungan Sabhara Polda Lampung, satu Satuan Setingkat Kompi TNI, satu pleton Sat Pol PP disiagakan guna mengamankan daerah itu sekaligus mengantisipasi terjadinya meluasnya kerusuhan," turu Sulistyaningsih.


Pemicu kerusuhan

Sebelumnya, penyebab terjadi penyerangan kepada warga Kampung Kesumadadi, Kecamatan Bekri, Kabupaten Lampung Tengah oleh warga Kampung Buyut Udik, Kecamatan Gunungsugih, Kamis, masih simpang siur.

"Penyerangan diduga terjadi akibat adanya seorang warga Buyut Udik yang dituduh mencuri sapi, kemudian dibakar massa di Kampung Kesumadadi, Bekri," kata Sulistyaningsih Kamis (8/11/2012).

Warga Kampung Buyut Udik yang merasa kehilangan satu warganya, langsung mengambil tindakan sendiri, karena mereka tidak terima dengan tindakan massa itu, dengan melakukan penyerangan ke Kampung Kesumadadi, ujar Sulistyaningsih pula.

Puluhan sepeda motor berbondong-bondong mendatangi Kampung Kesumadadi dengan tujuan melakukan perusakan dan membakar rumah warga di sini.

Puluhan rumah yang telah ditinggalkan penghuninya sejak dua hari lalu, menjadi sasaran dibakar oleh mereka yang datang ke Kampung Kesumadadi itu.

"Perusakan dan pembakaran rumah terjadi sejak pukul 13.00 WIB, dan setelah kejadian itu warga meninggalkan kampung tersebut," tuturnya. (sut)

Sumber : Bisnis Indonesia 9 Oktober 2012

Ratusan Warga Bekri Diungsikan

Bentrok Antar Desa.

BANDARLAMPUNG, SRIPO — Kampung Kesumadadi, Kecamatan Bekri, Lampung Tengah mendadak mencekam. Ratusan ibu-ibu dan anak-anak dari Kampung Kesumadadi, Kecamatan Bekri, Lampung Tengah, diungsingkan untuk menghindari aksi massa.

Wakil Bupati Lampung Tengah Mustafa mengatakan, ratusan ibu-ibu dan anak-anak dari Kampung Kesumadadi telah diungsikan ke tempat yang lebih aman.

“Kita ungsikan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan,” ujarnya yang hingga saat ini masih berada di lokasi untuk meredam aksi warga Kampung Buyut Udik meluas, Kamis (8/11).

Konflik horizontal di Lampung Tengah ini mengakibatkan sebanyak 13 rumah warga Kampung Kesumadadi, Kecamatan Bekri, Lampung Tengah dibakar massa dari Kampung Buyut Udik, Kecamatan Gunung Sugih, kemarin sore.

Pantauan Tribunlampung.co.id selain 13 rumah yang terbakar, puluhan rumah lainnya juga dirusak massa. Hingga berita ditulis, aparat keamanan gabungan dari Polres Lampung Tengah, Kodim 0411, Brimob, dan Polda Lampung terus berupaya melakukan penghalauan dan meredam amarah massa.

Aksi massa dari Kampung Buyut Udik dipicu dari salah seorang warganya Khairil Anwar (29) tewas dibakar massa dari Kampung Kesumadadi karena diduga mencuri sapi pada 18 Oktober silam.

Kapolres Lampung Tengah AKBP Herry Setyawan mengatakan, kerusuhan antarkampung ini sebenarnya diakibatkan peristiwa yang terjadi pada Selasa (18/10) lalu.

“Masih seringnya masyarakat kehilangan hewan ternaknya, sehingga membuat rasa marah dan dendam menghinggapi masing-masing warga yang kehilangan,” ujar dia.

Sementara itu, Kapolres Kota Metro AKBP Soejadi Supraptomo ketika dihubungi membenarkan bahwa rusuh antar kampung ini bermula pada peristiwa beberapa waktu lalu.

Ia menyebutkan, peristiwa yang terjadi saat Sujai warga Dusun IV Kampung Kesumadadi Kotamadya Metro pukul 03.00 WIB kehilangan tiga ekor sapi.

“Setelah diumumkan oleh warga bahwa Sujai kehilangan ternak sapi, sebagian warga melihat ada orang yang lari di belakang rumahnya lalu mereka mengejar dan menghakimi orang yang diduga telah mencuri sapi tersebut hingga meninggal di tempat,” kata dia.

Sebelum terjadi kerusuhan, petugas dan aparat kampung sudah melakukan evakuasi terhadap warga Kampung Kesumadadi/Bekri Kota Metro guna mengantisipasi timbulnya korban jiwa.

Kronologis
- Ratusan warga Kampung Buyut Udik, Kecamatan Gunung Sugih menyerang Kampung Kesumadadi, sekitar pukul 16.30 WIB, Kamis (8/11). Sebanyak 13 rumah hangus dibakar dan puluhan lainnya rusak akibat diamuk massa.

- Aksi penyerangan diduga akibat emosi warga Kampung Buyut Udik setelah melihat kondisi jenazah Khairil Anwar (29) salah satu warga setempat yang tewas akibat dibakar massa dari Kampung Kesumadadi karena diduga telah mencuri sapi milik warga pada 18 Oktober silam.

- Warga Kampung Buyut Udik mencurigai ditemukannya mayat anonim beberapa waktu lalu. Mereka kemudian mempertanyakan kepada pihak kepolisian Polres Lampung Tengah. Pasalnya, motor milik Khairil Anwar diketahui warga Kampung Buyut Udik tengah digunakan oleh Kamit, Kepala Kampung Kesumadadi.

- Ratusan massa yang mengenali ciri-ciri pada tubuh jenazah saat dibongkar aparat kepolisian sekitar pukul 10.30 WIB mulai memanas. Aparat keamanan dari Polres Lampung Tengah, Dandim 0411, para tokoh adat, dan Wakil Bupati Lampung Tengah Mustafa mencoba membendung emosi warga.

- Namun, emosi warga tak dapat menurun. Bahkan, ratusan massa yang mengunakan puluhan sepeda motor dan truk berhasil lolos dari bendungan aparat di depan Gedung DPRD Lampung Tengah sekitar pukul 14.00 WIB.

- Saat tiba di Kampung Kesumadadi sekitar pukul 15.00 WIB, ratusan gabungan aparat kembali mencoba menahan warga untuk masuk. Namun tak dapat dibendung hingga 13 rumah hangus terbakar dan puluhan lainnya mengalami kerusakan.

- Ratusan aparat kemudian mencoba memundurkan massa hingga perbatasan Kampung Kesumadadi. Hingga pukul 19.30 WIB, ratusan massa masih bertahan di perbatasan kampung. Dua peleton aparat dari Yonif 143 dan Polres Lampung Utara juga hadir untuk menambah kekuatan pengamanan di lokasi.

- Aparat keamanan juga memblokir akses masuk ke Kecamatan Bekri. Semua kendaraan yang hendak masuk harus memutar menggunakan jalur lain. Pasalnya, beberapa massa terlihat mulai menyusul berdatangan dengan menggunakan sepeda motor.

Kapolres Lampung Tengah Ajun Komisaris Besar Heri Setyawan meminta warga untuk menahan diri dan jangan terprovokasi. “Kami telah berupaya dengan menahan salah seorang warga dari Kampung Kesumadadi atas kasus ini,” tukasnya.

Hal senada juga diungkapkan Wakil Bupati Lampung Tengah Mustafa yang mencoba menahan warga mulai dari Kampung Buyut Udik hingga berada di Kampung Kesumadadi. Ia meminta warga untuk menahan emosi dan menyerahkan kasus pada hukum.
(TL/Kompas.com/Ant)

Sumber : Sriwijaya Post

Monday, November 5, 2012

Damai, Warga Balinuraga Minta Maaf



REPUBLIKA.CO.ID, BANDARLAMPUNG -- Pertikaian antara dua kelompok yang bertikai di Waypanji, Kabupaten Lampung Selatan, akhirnya berakhir. Secara tulus, warga Desa Balinuraga, Kecamatan Waypanji, Kabupaten Lampung Selatan menyampaikan permintaan maaf secara terbuka kepada warga suku Lampung di daerahnya.

"Dari lubuk hati paling dalam, kami warga Lampung dari suku Bali memohon maaf sebesar-besarnya kepada suku Lampung yang berdomisili di Lampung Selatan atau domisili lainnya di Lampung," kata salah satu tokoh Warga Bali, Nyoman Sudarsono, saat membacakan pernyataan permintaan maaf itu, di Balai Keratun kantor gubernur Lampung, di Bandarlampung, Ahad (4/11).

Permohonan maaf tersebut disaksikan oleh Sekretaris Daerah Provinsi (Sekdaprov) Lampung Berlian Tihang dan Sekda Kabupaten (Sekdakab) Lampung Selatan Ishak.

"Kami berjanji tidak akan lagi mengulangi ucapan, tindakan yang bisa menimbulkan perpecahan atau perselisihan," ujar Nyoman lagi.

Poin permintaan maaf selanjutnya, apabila ada perbuatan, tindakan, ucapan suku Bali yang mengakibatkan perselisihan akan dijatuhkan sangsi adat berupa pengusiran dari tempat tinggal serta tak menghalanginya.

Pihak warga Bali dan Lampung yang bertikai dan terlibat bentrokan di Balinuraga/Sidoreno itu, telah menyepakati perdamaian bersama untuk dijalankan oleh kedua pihak sampai ke warganya masing-masing.

Penandatanganan perdamaian itu dilakukan oleh 20 orang tokoh perwakilan masing-masing, dengan rincian 10 orang perwakilan dari suku Lampung dan 10 orang suku Bali.

Mereka yang menandatangani perjanjian tersebut adalah wakil keluarga korban meninggal, kepala desa, dan tokoh masyarakat di sana.

Sumber : ROL 5 Nov 2012

Sunday, November 4, 2012

[Perjalanan] Sejuknya Ham Tebiu, Liwa


BAGI masyarakat luar Lampung Barat, jika ke Kota Liwa, rasanya belum tuntas jika belum menikmati suasana sejuknya udara dan indahnya pemandangan di Ham Tebiu. Ada juga bunga-bunga langka.


Lokasi Ham Tebiu merupakan wajahnya atau ciri khasnya Kota Liwa. Di sekitar lokasi Ham Tebiu tersebut selain dapat dijadikan sebagai tempat masyarakat untuk bersantai ria, mencari hiburan atau sekadar untuk melepas lelah, kini juga menjadi taman kota Liwa yang di dalamnya terdapat berbagai aneka spesies tumbuhan.

Bahkan di sekitar lokasi itu, kini juga terdapat aneka koleksi bunga langka. Karena lokasi itu juga merupakan bagian dari pusat pengembangan aneka bunga langka yang dilaksanakan oleh Dinas Kehutanan bekerja sama dengan petugas dari Kebun Raya Bogor.



Bunga-bunga langkah itu didapat kawasan hutan yang kemudian sengaja dikembangkan di lokasi itu dan selanjutnya akan disebar di kawasan Kebun Raya Liwa. Pengembangan berbagai bunga langka itu dipusatkan di sekitar Ham Tebiu disebabkan lokasinya berbatasan langsung dengan lokasi Kebun Raya Liwa.


Bunga-bunga langkah, antara lain bunga raflesia, kantong semar dan lain-lain itu nantinya akan ditanam di kawasan Kebun Raya Liwa.

Selain dapat menikmati sejuknya udara dan aneka tumbuhan, kita juga dapat memandangi panorama alam berupa kolam besar yang di dalamnya terdapat banyak aneka ikan air tawar, mulai dari yang terkecil hingga yang besar, terdiri dari ikan gabus, nila, mujahir, sepat dan lain-lain.


Lokasi Ham Tebiu setiap harinya kini mulai ramai dikunjungi masyarakat, baik secara keluarga, perorangan maupun anak-anak muda. Mereka datang silih berganti.

"Kalau lagi libur, anak-anak sering ngajak bermain di sini karena selain tidak ada tempat hiburan lain, di sini pemandangannya lumayan bagus dan udaranya sejuk. Anak-anak senang," kata Andre, warga Liwa yang berada di lokasi Ham Tebiu, kemarin.

Beberapa tahun lalu, lokasi ini sepi pengunjung karena lokasinya kurang terawat. Namun, belakangan ini atau sejak lokasinya dirawat dan ditanami berbagai bunga, masyarakat silih berganti mendatangi lokasi ini hanya sekadar untuk melepas lelah.

Di lokasi ini, juga telah tersedia WC umum sehingga bagi pengunjung yang membutuhkannya tidak perlu harus pergi jauh. Bagi pengunjung yang datang dari luar kota, ketika membutuhkan makanan atau minuman di luar lokasi sekitar 20 meter banyak warung yang menyediakan berbagai makanan mulai dari warteg, mi, soto, bakso hingga goreng-gorengan.

Selain itu, juga tersedia berbagai aneka jenis oleh-oleh, misalnya buah-buahan, kopi, dan gula merah.

Lokasi Ham Tebiu banyak dikunjungi karena lokasi alamnya masih asli, udaranya sejuk serta pemandangan yang indah. Di sekitar lokasi juga terdapat sejumlah bangunan untuk berteduh.

Bahkan, lokasi ini cocok untuk dijadikan tempat rekreasi. Sebab di dalamnya terdapat kolam besar yang tentunya dapat dijadikan sebagai objek wisata sepeda air. Kemudian di sisinya terdapat taman yang bervariasi. Hanya sayangnya pihak Pemkab belum dapat mengembangkannya ke arah sana dengan alasan keterbatasan dana.

"Lokasi Ham Tebiu untuk sementara fokusnya adalah sebagai ruang terbuka hijau karena lokasi ini selain sebagai taman kota Liwa juga merupakan daerah tangkapan air dan daerah patahan gempa sehingga pengembangannya harus mengutamakan aspek ramah lingkungan," kata Kabid Fisik Bappeda Lampung Barat Eric Inreco, beberapa hari lalu.

Rencana pengembangan untuk dijadikan sebagai taman rekreasi itu memang ada, tapi untuk sementara belum menjadi prioritas. Sebab, selain keterbatasan dana, pertimbangan lain adalah Ham Tebiu merupakan kawasan ruang terbuka hijau serta daerah tangkapan air sehingga pengembangannya lebih diarahkan ke fungsi lingkungan. Terlebih, di sekitarnya umumnya merupakan dataran yang tinggi. (ELIYAH/M-1)

Sumber: Lampung Post, Minggu, 28 Oktober 2012

Eksotisme Tenun Ikat Inuh



TENUN ikat inuh dan bidak galah napuh merupakan tenun tertua di Lampung. Raswan sukses memadukannya menjadi busana kasual nan eksotik.

Kain tradisional Lampung yang didesain Raswan adalah tenun ikat inuh yang berasal dari Lampung Barat serta tenun ikat bidak galah napuh dari Way Kanan. Keduanya adalah kain adat yang pada awalnya hanya dipakai pada acara-acara tertentu saja.

Tenun ikat inuh mulanya hanya dipakai perempuan pada acara pernikahan. Perempuan yang memakainya harus istri dari laki-laki tertua dalam keluarga. Di masa itu, tidak semua wanita bisa memakai kain inuh, sedangkan tenun ikat bidak galah napuh dipakai hanya untuk acara adat untuk laki-laki dan perempuan.

Perbedaan kedua kain tenun ini terletak pada motifnya. Tenun ikat inuh memiliki motif lebih beragam berupa tumbuhan, kapal, dan rumah tradisional, sedangkan tenun bidak galah napuh bermotif bintik-bintik kecil yang diambil dari model kulit hewan. Napuh adalah sejenis hewan seperti kancil yang memiliki bintik-bintik kecil pada bagian leher.

Raswan sukses memadukan dua kain daerah ini menjadi model pakaian modern bertema kasual. Tidak hanya untuk wanita, pria juga bisa bergaya dengan busana ini. Model busana wanita berupa blezer, mini-dress, dan long dress. Pilihan warna yang dipakai seperti hijau tua, ungu, dan biru tua. Motif pada kain membuat pakaian kasual ini lebih eksotik dan mewah.

Dress pendek ini bisa dipadukan dengan kain tenun yang difungsikan sebagai selendang. Bisa dikenakan di leher atau diikatkan di pinggul. Perpaduan dress dengan kain tenun ikat inuh atau bidak galah napuh ini menghadirkan keanggunan dan kemewahan berbusana.

Raswan pun memadukan tenun ikat dengan kain tapis. Ini terlihat pada salah satu pakaian yang memadukan dua kain ikon Lampung itu. Tapis yang dibuat dari benang berwarna emas diletakkan pada bagian atas, di sekitar leher. Perpaduan ini menjadi kolaborasi yang indah dan sempurna. Kain tenun pun dipadukan dengan manik-manik yang melingkar di bawah leher. Pakaian jenis ini lebih menguatkan kesan tradisional sekaligus modern.


Untuk pakaian pria, kain tenun didesain menjadi kemeja trendi. Kemeja yang kasual ini memunculkan motif tenun yang kuat. Unsur tenun memancar dalam busana modern.

Raswan merancang kain tradisional lampung sesuai dengan tren busana saat ini. Selain untuk melestarikan kain tradisional, juga untuk lebih mengenalkan kepada anak muda dan masyarakat umum.


"Dengan desain yang modern, makin banyak orang yang tahu dan akan memakainya. Orang asing pun suka memakai busana ini, jadi tidak hanya untuk acara adat saja," kata Raswan.

Pembuatan kain tenun inuh dan bidak galah napuh menggunakan alat tenun bukan mesin atau ATBM. Dengan alat ini pembuatan kain lebih cepat dan biaya produksi pun bisa lebih kecil. Dalam sehari bisa dibuat kain sepanjang 6 meter. Untuk harga jual pun bisa lebih murah, hanya Rp200 ribu per 2 meter. Pembuatan busana dari kain tenun lampung pun bisa dibuat besar-besaran dengan harga yang tidak telampau mahal. (PADLI RAMDAN/M-2)

Sumber: Lampung Post, Minggu, 21 Oktober 2012

Minat Baca Warga Lampung Masih Rendah



BANDARLAMPUNG -- Minat baca warga masyarakat di Provinsi Lampung masih tergolong rendah, antara lain berdasarkan data kunjungan ke perpustakaan tahun 2010 sebanyak 75.381 orang, justru mengalami penurunan sekitar 50 persen pada tahun berikutnya.

"Angka minat baca ini setiap tahunnya cenderung mengalami penurunan, sehingga perlu adanya upaya dan langkah khusus untuk mengatasi hal tersebut," kata Nellawatty Ningsih, Kabid Pembinaan Arsip dan Perpustakaan Badan Pengelola Arsip Daerah (BPAD) Lampung, di Bandarlampung, Selasa.

Menurut dia, penurunan jumlah pembaca di Perpustakaan Daerah (Perpusda) Lampung terjadi, mengingat rata-rata pengunjung di perpustakaan itu setiap harinya hanya berkisar 80 orang.

Dia berpendapat, perlu adanya upaya meningkatkan minat baca masyarakat, salah satunya adalah menyediakan buku yang diperlukan di seluruh perpustakaan yang ada di tiap desa di Lampung.

"Kurangnya minat baca ini karena masih minim tersedia buku yang dibutuhkan oleh masyarakat umum maupun pelajar dan mahasiswa," kata dia lagi.

Karena itu, pihaknya segera mengadakan buku yang diperlukan masyarakat, sehingga dapat menunjang peningkatan minat baca di seluruh Lampung.

"Masing-masing desa nantinya akan mendapatkan sebanyak 1.000 judul buku, untuk menumbuhkan minat baca warga. Masyarakat kini tidak perlu jauh-jauh untuk mendapatkan buku yang diperlukan," ujar Nellawatty pula.

Pada 2012, kata dia lagi, BPAD Lampung membagikan 70 ribu buku yang akan ditempatkan pada 70 perpustakaan desa di seluruh Lampung.

"Pemberian buku dilakukan bergulir sejak 2008. Pemerintah kabupaten dan kota yang menentukan desa mana saja yang mendapatkan buku, dan untuk tahun ini beberapa daerah yang mendapatkan buku antara lain desa di Pulau Pahawang, wilayah pesisir, maupun daerah yang terpencil," ujarnya.

Dia menegaskan, pengadaan buku yang memerlukan dana mencapai Rp1,6 miliar itu dimaksudkan untuk menunjang aktivitas perpustakaan desa, sehingga masyarakat tidak kesulitan mendapatkan buku yang diperlukan.

"Keberadaan perpustakaan kami harapkan dapat menunjang proses belajar masyarakat, baik belajar secara mandiri maupun otodidak," ujar dia lagi.

Menurut dia, warga yang gemar membaca adalah ciri-ciri masyarakat yang pintar, seperti pepatah "buku adalah jendela dunia".

Sumber: Antara, Selasa, 23 Oktober 2012

Tuesday, October 30, 2012

Gubernur Lampung Menyayangkan Masyarakat Nudah Tersulut


BANDAR LAMPUNG (Lampost.co): Gubernur Lampung Sjahcroedin ZP menyayangkan masyarakatnya mudah tersulut perpecahan hingga merugikan banyak pihak.

"Saya sangat menyayangkan, kenapa warga yang sebenarnya tidak mengetahui persoalan, justru turut campur meramaikan suasana, Lampung bulak-balik ramai karena mudah termakan isu," kata Gubernur Lampung Sjachroedin ZP, di Bandarlampung, Rabu (31-10).

Menurutnya, setelah berdiskusi kepada berbagai pihak, dapat disimpulkan konflik antarwarga jilid II di Lampung Selatan penyebabnya karena kesepakatan perdamaian sebelumnya belum tersosialisasi dengan baik. "Kami sudah membahasnya dengan tokoh adat dan tokoh masyarakat, disimpulkan penanganan kurang tuntas tidak sampai ke masyarakat bawah," ujarnya.

Ia menambahkan, pemerintah sedang merumuskan solusi terbaik agar warga Lampung secara keseluruhan dan khususnya warga di Lampung Selatan ke depan tidak mudah terprovokasi. Untuk meminimalisir jumlah korban akibat bentrok tersebut, pemerintah menginisiasikan mengevakuasi ribuan warga ke SPN Kemiling. "Sekarang kita buatkan penampungan, sekarang jumlahnya seribuan dan ini akan terus bertambah sampai kondisi di lapangan benar-benar kondusif," katanya lagi.

Ia menambahkan, semua pihak dikerahkan untuk memberi pelayanan terbaik kepada pengunsi, hal itu untuk menjaga agar jangan sampai pengungsi yang trauma malah tidak terurus. "Di sini ada PMI, dinas sosial, badan penanggulangan bencana, semua pihak terkait saya kerahkan untuk mengatasi persoalan ini," ujar dia.

Sebelumnya, diberitakan jumlah korban tewas akibat bentrok antarwarga Di Desa Balinuraga, Kecamatan Way Panji, Kabupaten Lampung Selatan sebanyak 14 orang. Sedangkan kerugian material sebanyak 166 rumah dibakar oleh massa. Warga Balinuraga sebagian besar mengungsi di SPN Kemiling untuk menghindari bentrok serupa. (ANT/L-4)

Warga Balinuraga Mengungsi di SPN


Pengungsi dari Desa Balinuraga, Kec. Waypanji, Lamp.Selatan Lampung.


BANDAR LAMPUNG (Lampost.co): Ribuan warga Balinuraga masih berada dalam pengungsian di Sekolah Polisi Negara (SPN) Kemiling, Bandarlampung.

"Data terakhir jumlah pengungsi sebanyak 1.600 pengungsi, namun diperkirakan akan terus bertambah sampai kondisi benar-benar kondusif," kata Kabid Humas Polda Lampung AKBP Sulistyaningsih di Bandarlampung, Rabu (31-10).

Persiapan logistik yang disiapkan antara lain air mineral, makanan ringan, nasi bungkus, obat-obatan. Selain itu tikar, bantal, guling, kasur dan selimut. "Logistik yang ada masih sangat terbatas, karena jumlah pengungsi kian bertambah," kata dia lagi.

Sementara untuk pelayanan medis sudah disiapkan sukarelawan dari PMI, Bidang Dokkes Polda Lampung, Dinas Kesehatan Propinsi, Rumah Sakit Abdul Muluk, Puskesmas Beringin Raya, Puskesmas keliling Lamsel. Adapun bantuan tenda kesehatan dua dari PMI, dua dari Pelabuhan Panjang, satu dapur umum dari Dinas Sosial Provinsi Lampung, dan Dapur Umum dari TNI.

"Pengunsi akan tetap berada di sini sampai lokasi benar-benar aman, dan situasi kondusif telah terjaga, kami akan mengembalikan warga-warga ke rumahnya masing-masing, namun yang diprioritaskan warga yang rumahnya masih bisa dihuni," ujar dia. Sementara itu, Gubernur Lampung Sjahcroedin ZP menyayangkan masyarakatnya mudah tersulut perpecahan hingga merugikan banyak pihak.

"Saya sangat menyayangkan, kenapa warga yang sebenarnya tidak mengetahui persoalan, justru turut campur meramaikan suasana, Lampung bulak-balik ramai karena mudah termakan isu," kata Gubernur Lampung Sjachroedin ZP. Menurutnya, konflik antarwarga jilid II di Lampung Selatan, setelah berdiskusi kepada berbagai pihak, dapat disimpulkan penyebabkan karena kesepatanan perdamaian sebelumnya belum tersosialisasi dengan baik.

"Kami sudah membahasnya dengan tokoh adat dan tokoh masyarakat, disimpulkan penanganan kurang tuntas tidak sampai ke masyarakat bawah," ujarnya. Ia menambahkan, pemerintah sedang merumuskan solusi terbaik agar warga Lampung secara keseluruhan dan khususnya warga di Lampung Selatan ke depan tidak mudah terprovokasi.

Sebelumnya, diberitakan jumlah korban tewas akibat bentrok antarwarga Di Desa Balinuraga, Kecamatan Way Panji, Kabupaten Lampung Selatan sebanyak 14 orang. Sedangkan kerugian material sebanyak 166 rumah dibakar oleh massa. Warga Balinuraga sebagian besar mengungsi di SPN Kemiling untuk menghindari bentrok serupa. (ANT/L-4)

Para Pengungsi Menginginkan Perdamaian


BANDAR LAMPUNG (Lampost.co): Pengungsi dari Desa Balinuraga dan Desa Sidoreno, Kecamatan Waypanji, Kabupaten Lampung Selatan, yang terlibat bentrokan dengan warga beberapa desa di Kalianda, menginginkan perdamaian dan tidak terjadi lagi konflik yang menelan korban jiwa.

"Kami bersedia damai secepat mungkin dan tidak ada lagi keributan. Yang sudah, biarkan berlalu," kata Made Lastri (35), warga Desa Balinuraga yang ikut mengungsi di Sekolah Polisi Negara (SPN) Kemiling, Bandarlampung, Rabu (31-10).

Ia mengatakan kejadian seperti itu bukan hanya berakibat kerugian materi, namun juga sangat merugikan masyarakat luas yang tidak mengetahui permasalahannya. "Ke depan kami ingin tidak ada lagi pertikaian dan masyarakat harus saling menghormati, agar tercipta hidup yang arif dan damai," ujarnya.

Lastri yang rumahnya ikut terbakar mengungkapkan, sebelum mengungsi ke SPN Kemiling, dirinya beserta keluarga dan warga desa lainnya telah mengungsi ke hutan di sekitar desa mereka. "Saya dua hari di hutan tidak makan. Kabar bahwa rumah saya terbakar pun diberitahu oleh tetangga," ujar dia lagi. Dirinya beserta warga lain, tidak sempat membawa pakaian untuk ganti, dan hingga hari ini sangat membutuhkan pakaian tersebut. Hal senada diungkapkan oleh Wayan Sudana (39) yang rumahnya ikut terbakar.

Ia menegaskan bahwa dirinya menginginkan agar pemerintah secepat mungkin dapat membantu mengatasi masalah ini. "Pemerintah harus turun tangan untuk membantu menciptakan perdamaian di antara kami," ujar dia. Ia mengungkapkan akibat konflik tersebut dirinya mengalami kerugian materi yang cukup besar. Menurut dia, anaknya telah diungsikan ke rumah kerabatnya yang berada di Kabupaten Lampung Timur.

"Anak saya sudah diungsikan tadi pagi ke tempat kerabat, saya bertahan di sini untuk mengetahui informasi selanjutnya," ujar dia. Sebelum kejadian bentrokan itu, dia mengungkapkan, anaknya telah diungsikan agar tidak mengetahui kejadian yang sebenarnya. "Harapan kami hanya perdamaian tercipta di daerah saya," ujar dia. (ANT/L-4)

Media Massa Agar Ikut Meredakan Konflik



BANDAR LAMPUNG (Lampost.Co): Anggota DPRD Provinsi Lampung Gufron Azis Fuadi meminta media massa harus ikut berkontribusi meredakan konflik di Lampung Selatan (Lamsel). "Bukan justru memperuncing situasi yang tanpa disulut pun potensial menyebabkan sumbu' konflik terbakar," kata Gufron yang juga Ketua Umum Dewan Pimpinan Wilayah Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Lampung Gufron Azis Fuadi, Selasa (30-10).

Gufron menambahkan, dalam memberitakan konflik, media diharapkan dapat lebih arif dan hati-hati serta lebih mempertimbangkan dampak negatif pemberitaan tersebut bagi kemanusiaan. "Khususnya kasus Lampung Selatan maupun liputan konflik dimanapun, kami menghimbau agar rekan-rekan pers tidak terjebak untuk berlomba menampilkan konflik secara vulgar," ujar anggota DPRD Lampung dari daerah pemilihan Lamsel ini.

Menurut Gufron, penyelesaian konflik antar etnis di sejumlah daerah rawan konflik juga harus melibatkan partisipasi kalangan pers. Pers justru harus berfungsi sebagai juru damai. "Lihat saja untuk kejadian Way Panji dan Balinuraga ini, tanpa harus menyajikan berita yang provokatifpun, di masyarakat sudah beredar himbauan atau pesan bernada provokasi," ujar Gufron.

Secara konkrit Gufron juga menghimbau Pemkab Lamsel serius melakukan upaya mediasi dan rekonsiliasi secara komprehensif. "Dulu Forkopimda pernah duduk bersama warga berkonflik. Pernah ada upaya, tapi mungkin penyelesaian belum menyentuh akar konflik," kata Gufron. (L-1)

Monday, October 29, 2012

Rusuh Sidomulyo, Jalinsum Dijaga Ketat



KALIANDA (Lampost.Co): Kondsi jalan lintas Sumatera (jalinsum) yang melewati ibu kota Lampung Selatan, Kalianda, dijaga ketat aprat kepolisian. Ratusan aparat gabungan TNI dan Polri tampak berjaga di Masjid Agung, Kalianda pukul 10.30 WIB. Aparat kepolisian merazia kendaran yang lewat dan membwa senjata tajam (sajam).

Selain itu, untuk mengantisipasi bertmbahnya massa dari Kecamatan Kalianda dan sekitrnya yang hendak menuju Desa Bali Agung, Kecamatan Way Panji. Aparat kepolian dibntu Satpol PP juga menjaga kantor Pemda Lampung Selatan. Ribuan personel gabungan TNI-Polri berjaga di sejumlah titik di Lampung Selatan, sejak Senin (29-10).

Sementara Polda Lampung akan melakukan rapat dengan pejabat terkait untuk menentukan langkah penyelesaian. Hingga kini, suasana di Kecamatan Way Panji dan Kalianda, masih mencekam. Warga kedua kecamatan juga masih berjaga untuk mengantisipasi serangan susulan. Kedua lokasi tersebut kini dijaga ketat petugas TNI-Polri. Sementara Polres Lampung Selatan masih melakukan penyelidikan dengan mempelajari peristiwa bentrok.

Polisi juga sudah memeriksa sejumlah saksi untuk menetapkan tersangka. Sebelumnya, tiga orang diberitakan tewas dan sekitar 10 warga terluka akibat bentrok antara warga Way Panji dengan Kalianda. Bentrok tersebut dipicu pelecehan dua orang gadis yang diduga dilakukan warga Way Panji. (KRI/L-1)

Sumber Lampost 29 Oktober 2012

Friday, October 12, 2012

Tapis Carnival, Etalase Festival Krakatau



FESTIVAL Krakatau XXII 2012 dibuka. Culture and Tapis Carnival menjadi etalase untuk memperkenalkan ragam budaya Lampung.

Karpet merah tergelar melintang di Lapangan Parkir Saburai, Bandar Lampung, Sabtu (6-10). Pengeras suara berdegub keras dengan irama berganti-ganti secara berkala. Tepuk-sorak dan lambaian tangan tetamu bergemuruh menyemangati muli-mekhanai yang melintasi jalur yang menjadi catwalk itu.

Seribuan orang tumpah ruah menghadiri acara, ingin menyaksikan agenda seni bertajuk Culture and Tapis Carnival atau Karnaval Budaya dan Tapis Lampung. Event ini adalah agenda pembukaan dan bagian dari Festival Krakatau XXII 2012.

Suasana seputaran GOR Saburai hari itu cukup kontras. Dekorasi dengan warna-warna ceria terlihat mendukung ratusan gadis dan bujang yang silih berganti menampilkan kebolehannya berlenggak-lenggok di karpet merah.

Para pemuda-pemudi itu mengenakan pakaian khas daerah dengan berbagai budaya modifikasinya. Terlihat, para perempuan dan laki-laki pilihan itu semakin anggun dan cantik dalam balutan busana yang cenderung cemerlang.

Event yang dihadiri 22 duta besar negara-negara sahabat itu mengundang decak kagum. Kreasi kain-kain pembalut tubuh bernuansa gemerlap dan megah, ditingkahi gerak gemulai remaja-remaja molek itu, menguatkan suasana artifisial pergelaran.

Ada puluhan kreasi busana daerah, nasional, dan pop yang tampil pada event itu. Perpaduan penampilan busana dengan atribut dan properti budaya khas daerah cukup serasi. Kombinasi itu menjadi pemadu antara atmosfer lokal dengan selera modern yang cenderung gemerlap. Bahkan, kreasi tari topeng sekura yang cenderung tampil sekenanya cukup mendapat applaus karena ciri khasnya.

Karnaval yang diikuti puluhan pasang gadis menarik perhatian ribuan pengunjung dan pelintas di kompleks fasilitas umum di bilangan Enggal, Tanjungkarang Pusat, itu.

Selayaknya pawai kreasi busana yang diadakan di kota-kota besar Indonesia dan luar negeri, Culture and Tapis Carnival layak menjadi agenda tahunan. Bahkan, panitia Festival Krakatau 2012 menempatkan karnaval ini sebagai etalase acara dan membuka rangkaian agenda festival.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Lampung Gatot Hudi Utomo menyatakan pergelaran parade busana ini menjadi pengenal wajah Lampung. Kepada wisatawan dan pengunjung, para duta budaya yang mengenakan aneka busana dan atribut etnik adalah etalase tentang keragaman budaya di Sai Bumi Ruwa Jurai.

Gatot menjelaskan Festival Krakatau 2012 adalah agenda promosi pariwisata Lampung yang diselenggarakan setiap tahun. Berbagai pertunjukan seni budaya, pameran, olahraga, dan pariwisata dijadwalkan dalam acaranya. Satu agenda yang menjadi bagian spektakuler setiap kali Festival Krakatau adalah tur ke Gunung Krakatau yang berada di Selat Sunda. Di tempat yang menjadi ikon festival ini, wisatawan akan mendapatkan pengalaman menyaksikan langsung aktivitas vulkanik gunung api yang sangat aktif ini. ?Peserta juga akan mendapat penjelasan dan bisa membayangkan sambil melihat langsung bekas letusan Gunung Krakatau tahun 1883,? kata Gatot.

Seluruh rangkaian Festival Krakatau akan berlangsung selama sepekan sejak kemarin. ?Akan ada juga Tourism Mart Expo atau Pasar Pariwisata Indonesia pada 8?12 Oktober. Di acara ini, pengunjung dari luar negeri akan memasarkan produk pariwisata Lampung dan Indonesia,? ujarnya. (SDM/M-1)

Sumber: Lampung Post, Minggu, 7 Oktober 2012

Tuesday, October 2, 2012

Rancage Mamak Kenut


Oleh Tandi Skober


HADIAH sastra rancage made in Pasundan entah kenapa tak pernah mletek di tanah Cerbon Dermayu. Padahal ada banyak pemahat kata berkacamata sastra yang layak diayak untuk menjadi penerima rancage. Sebut saja Ahmad Subhanuddin Alwy, Nurdin M. Noer, Supali Kasim, Sumbadi Sastra Alam, Masduki Sarpin, dan Ipon Bae.

Yang memedihkan, ketika rancage lebih melirik sastra Lampung, Mak Dawah Mak Dibingi (2007) karya Udo Z. Karzi untuk dianugerahi Hadiah Sastra Rancage 2008. Jadi wajar ketika ada sastrawan Cerbon yang enggan disebut namanya berurai airmata, nelangsa, "Aja mujur ngalor sedurung tinemu mleteke rancage!" (Jangan dulu dikubur menghadap kiblat sebelum mendapat hadiah sastra rancage).

Adakah ini pertanda duka sastra ketika Cerbon selalu terposisikan sebagai anak haram budaya? Bisa jadi, memang begitu itu. Tapi menjadi lain ketika saya membaca Mamak Kenut (2012) karya sang peraih hadiah sastra Rancage itu. Adalah kumpul teks naratif khas wartawan merangkap sastrawan bernama Udo Z. Karzi, meski tak berbentuk tapi layak diasketis sebagai celotehan nakal ketika Jakarta berambut ikal keriting dan maaf... tidak berakal.

"Hmm, luar biasa, luar dalam," ucap saya untuk diri saya sendiri.

Kenapa? Udo mampu memetakan pulau-pulau keterasingan ketika kekuasaan (baca Jakarta) bertiwikrama menjadi puncak menara gading yang angkuh, gelo, dan lugu. Mamak Kenut adalah kritik akar rumput, ludah yang muncrat-muncrat sekaligus sejenis kesunyian yang meletihkan. Harap maklum, "Power tends to corrupt," tulis sejarawan Lord Acton, "But absolute power corrupts absolutely." Bahkan dramaturgi wayang Jawa --Penglepasan Kultural Ki Semar Kudapawana yang kerap hadir di ujung cerita-- diyakini bagian dari kekuasaan itu sendiri. Lir ambune njabah kelir lakon (Sejatining kritik akar rumput itu meski berbau tak sedap tapi mampu membuka ada apa di balik siapa). Lagi pula kritik terhadap penguasa (muhasabatul hukam) adalah ibadah amar makruf nahi munkar yang hukumnya fardu kifayah. "Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil." (QS. Almaaidah: 8)

Itulah sudah! Sesudah itu, Kovenan Internasional tentang hak kritik akar rumputpun dialirkan. "Setiap orang berhak atas kebebasan mempunyai dan mengeluarkan pendapat dalam hal ini termasuk kebebasan memiliki pendapat tanpa gangguan, dan untuk mencari, menerima, dan menyampaikan informasi dan buah pikiran melalui media apa saja dan dengan tidak memandang batas-batas wilayah."

Bisa jadi, di ruang ini celotehan Udo Z. Karzi dalam Mamak Kenut saya selipkan di saku nalar saya. Terus terang, dalam ruang Indonesia yang tak benderang, nalar nakal Mamak Kenut membuat saya terlempar pada ruang sepi yang mencerahkan. Ada banyak judul yang memosisikan kritik akar rumput Mamak Kenut patut diperdengarkan di teras istana Negara.

Sebut saja 'orang bersih', 'politisi olahraga', 'kapasitas', 'biasa saja', 'musyawarah-mufakat', dan entah apalagi. Peraih hadiah sastra Rancage 2008, Udo Z. Karzi, secara tersembunyi alirkan proses cendekia di belantara kemajemukan hasrat masyarakat sekaligus --mengutip Edward T. Hall, Beyond Culture, 1977-- sejenis pergulatan kultur tersembunyi yang sukar ditangkap oleh orang lain.

Tak pelak, kritik akar rumput Mamak Kenut berupaya mengadopsi kritik sosial sebagai proses logika sekaligus memasukan jaringan indera cium dalam pusaran revitalisasi estetika kearifan lokal ke ruang yang lebih cair. Ia tahu betul bahwa Kritik Akar rumput kerap memiliki potensi dalam hal penjelajahan bentuk, ruang dan waktu. Imanuel Kant menyebutnya sebagai das ding an sich (Wiegend dan Schinnagel 1964:272). Das ding an sich ini sejenis keniscayaan yang mustahil dapat ditangkap manusia. Seperti angin yang tak terbaca sekaligus laksana rsuara tanpa rupar yang mustahil bisa membaca. Tak pelak, Kritik akar rumput Mamak Kenut tidak sekadar absurditas fenomental juga siluet holistik di lembaran kain hitam putih. Artinya, kritik yang berbasis pada nalar cendekiawan akan lebih memiliki pilar pemberdayaan, abstraksi kontesia pemikiran serta validitas yang tinggi.

Ada banyak trik menarik yang diungkap Mamak Kenut sebagai jaringan indera dialektika yang mengubahsuai kontesia abstraksi menjadi sosok yang seolah-olah masuk akal. Abstraksi realitas ini memosisikan kritik akar rumput sebagai mikroskop steril yang futuris.

Artinya, seorang Udo melihat masa depan sebagai realitas kekinian. Adalah realitas yang memiliki potensi yang mentransformasi abstraksi sebagai suatu pembenaran. Memang kritik kerap overlap hingga ke batas tak terduga. "The future is in some sense some as real as the present too," ungkap Wendell Bell dan James A, The Sociology of The Future (1973: 8), "The future in some respect is as real as the past, since we know both in much the sameway-trought our conseption of them."

Mewacanai agregat di atas, maka kritik sosial menitikberatkan pada apa yang oleh kritikus dianggap benar yang juga dibenarkan pendapat kolektif. Artinya, saat Udo mengkritik penguasa maka dibutuhkan pembenaran bersifat kolektif. Seorang Joseph S. roucek, (Social Control 1956:3) menyebutnya, "Social control is a collecitive term for those processes, planed or unplaned, by which individuals are taught, persuaded or completed to conform to the usages and live-values of groups." Jadi, tak aneh apabila kritik sosial saat pertama diluncurkan memiliki potensi konflik untuk saling bersebrangan. Kritik yang bermakna perubahan akan berhadapan dengan keajegan kondisional. Kritik yang menuntut adanya ideal conduct dan high standars of performance diadopsi penguasa sebagai perilaku mabelelo yang nganeh-nganehi.

***

Aneh atau tidak, kritik akar rumput Mamak Kenut tercipta dari ruang pengap Indonesia. Terlebih lagi ketika republik tempat bersemayamnya para predator korup ini hampir pada setiap hari mematut jati diri menjadi sosok cleptocracy yaitu pemerintahan yang dijalankan oleh para pencuri dan birokrasi dengan tingkat korupsi luar biasa. Tak ayal lagi, kritik akar rumput pun pun melintas-lintas. Udo melihat ini dan ini pernah disitir Goenawan Mohamad dalam pahatan teks yang memukau, "Kekuasaan, pada tingkat tertentu, memang sejenis kesepian. Yang menarik, ialah pada saat penguasa menyadari hal itu, ia ternyata tidak begitu gampang untuk membebaskan diri dari kungkungannya."

Apa artinya? Cuma kesunyian kekuasaan yang akan mengakhiri kecurangan-kecurangan tersembunyi itu. Cuma Tangan Tuhan yang tersembunyilah yang akan mengakhiri kepemimpinan politik yang bertahan amat lama yang seolah-olah, mengutip Budiana Kusumohamidjojo (1986:3), tidak mengenal tahun terakhir.

Emang sih, kritik akar rumput Mamak Kenut bukan hal yang anyar dalam percaturan pikir Indonesiana. Sebut saja Zaim Saidi, Emha Ainun Nadjib, Farid Gaban, Abdurrahman Wahid, Mahbub Djunaidi, Mohamad Sobary, M.A.W. Brouwer, dan Tandi Skober. Mereka adalah realitas yang kerap tersembunyi di bilik-bilik sunyi kekuasaan. Ini sejenis partikel nurudin (cahaya Tuhan) yang kerap muncul setiap kali kekuasaan mentuhankan nafsu.

Malangnya, banyak penguasa yang enggan mengasketis partikel nurudin itu menjadi cermin jujur yang seteril. Di titik inilah pada akhirnya kritik akar rumput Mamak Kenut bisa jadi tak lebih dari lintasan angin yang memasuki banyak ruang sonder permisi. Atau tidak lebih dari secangkir kopi yang terhidang diambang fajar, di teras rumah ketika kemarau kian retak.

Tandi Skober, budayawan, penulis, sastrawan

Sumber: Galamedia, Jumat, 28 september 2012

Sunday, September 30, 2012

2 Mayat Ditemukan di Perkebunan PTPN VII Lampung

Sunday, 30 September 2012 07:37

SUKADANA (LampostOnline): Polres Lampung Timur akan menindak pelaku yang menggunakan senjata api dalam bentrok yang melibatkan tiga desa. Dalam bentrok yang terjadi Jumat (28-9), setidaknya ada 11 orang yang terluka, di antaranya terluka karena tertembak.

Kabag Humas Polres Lampung Timur AKP Suwandar mengatakan dalam bentrokan itu ada beberapa orang yang menggunakan senapan angin. Akibatnya ada lima orang yang terkena luka tembak.

"Senjata yang dipakai senapan angin. Kita akan usut pelaku yang melakukan pelangggaran hukum. Namun, polisi belum menyita senjata api yang dipakai," kata dia, Sabtu (29-9) malam.

Menurutnya, polisi dan pemerintah daerah masih fokus pada pengamanan dan proses mendamaikan para pihak. Belum ada satu pun orang yang diperiksa atau dijadikan tersangka dalam kerusuhan itu.

Suwandar mengungkapkan, setelah kondisi kondusif polisi akan mencari bukti dan menangkap pelaku yang memakai senajata api dan membakar rumah warga.

Kerusuhan terjadi antara warga Desa Jabung dan Desa Umbultebu yang menyerang Desa Pematang Taholo. Orang yang terkena tembakan adalah Parmono (39), Sulardi (55), Marjito (30), Agus (31), dan Sulih (40).

Selain korban luka, kerusuhan ini juga menyebabkan tujuh rumah di Desa Pematang Tahalo terbakar, 2 unit sepeda motor dijarah serta 1 unit dibakar. (PAD/U-4)

Polisi Buru Perusuh Lampung Timur


Sunday, 30 September 2012 07:37

SUKADANA (LampostOnline): Polres Lampung Timur akan menindak pelaku yang menggunakan senjata api dalam bentrok yang melibatkan tiga desa. Dalam bentrok yang terjadi Jumat (28-9), setidaknya ada 11 orang yang terluka, di antaranya terluka karena tertembak.

Kabag Humas Polres Lampung Timur AKP Suwandar mengatakan dalam bentrokan itu ada beberapa orang yang menggunakan senapan angin. Akibatnya ada lima orang yang terkena luka tembak.

"Senjata yang dipakai senapan angin. Kita akan usut pelaku yang melakukan pelangggaran hukum. Namun, polisi belum menyita senjata api yang dipakai," kata dia, Sabtu (29-9) malam.

Menurutnya, polisi dan pemerintah daerah masih fokus pada pengamanan dan proses mendamaikan para pihak. Belum ada satu pun orang yang diperiksa atau dijadikan tersangka dalam kerusuhan itu.

Suwandar mengungkapkan, setelah kondisi kondusif polisi akan mencari bukti dan menangkap pelaku yang memakai senajata api dan membakar rumah warga.

Kerusuhan terjadi antara warga Desa Jabung dan Desa Umbultebu yang menyerang Desa Pematang Taholo. Orang yang terkena tembakan adalah Parmono (39), Sulardi (55), Marjito (30), Agus (31), dan Sulih (40).

Selain korban luka, kerusuhan ini juga menyebabkan tujuh rumah di Desa Pematang Tahalo terbakar, 2 unit sepeda motor dijarah serta 1 unit dibakar. (PAD/U-4)

Raperda Kota Baru semula ditargetkan 25 September 2012


BANDARLAMPUNG - Megaproyek Kota Baru, Gedungwani, Lampung Selatan, kian nyata untuk segera terealisasi. Pemerintah Provinsi Lampung memastikan megaproyek ini terus berjalan dan tak ada permasalahan dalam proses pembangunannya.
Bak gayung bersambut, DPRD pun merespons pernyataan itu. Dewan berharap rancangan peraturan daerah (raperda) percepatan pembangunan kota baru dapat disahkan bulan ini juga.

Ketua DPRD Lampung Marwan Cik Asan menyatakan, pada 25 September mendatang, DPRD berencana mengesahkan tujuh raperda. ’’Nah, kita berharap raperda kota baru bisa masuk di dalamnya,” ujar dia kemarin.

Legislator asal Partai Demokrat ini menyatakan, panitia khusus raperda kota baru terus bekerja melakukan penyempurnaan terhadap raperda itu. ’’Besok (hari ini, Red) rencananya pansus kembali turun ke lapangan untuk melihat sampai sejauh mana perkembangan kota baru,” tutur dia.

Secara prinsip, lanjut Marwan, pihaknya melihat raperda kota baru sudah tak ada masalah. ’’Nanti kan hasilnya dilaporkan seperti apa,” jelas dia.

Marwan memperkirakan, besar kemungkinan raperda kota baru disahkan pada tahun ini. ’’Kita lihat juga, paling banyak kita coba sahkan tujuh raperda, atau paling tidak empat raperda. Di antaranya jika dimungkinkan raperda kota baru, raperda tentang HIV/AIDS, dan juga tentang aset,” tukasnya.

Diketahui, raperda kota baru masih terganjal di pansus. Penyebabnya, pansus menerapkan sejumlah persyaratan yang harus dipenuhi Pemprov Lampung. Persyaratan itu termasuk kejelasan status lahan kota baru, peta bidang, dan masterplan kota baru. Pemprov juga diminta membersihkan perambah di wilayah kota baru sebagai syarat lainnya.

Tercatat, di APBD murni 2012, program kota baru menyedot biaya sebesar Rp48,5 miliar. Jumlah itu di luar biaya land clearing yang harus dipersiapkan pemprov. Dana sebesar Rp48, 5 miliar dialokasikan untuk sejumlah pembangunan fisik dan infrastruktur jalan.

Pada tahun ini, Pemprov Lampung memang memulai pengerjaan fisik. Pengerjaan fisik itu meliputi pembangunan jalan tembus menuju kota baru, pembangunan jalan hingga gedung perkantoran. Tercatat, ada empat bangunan yang mulai dibangun pada tahun ini. Yakni balai adat, masjid agung, kantor DPRD Lampung, dan kantor gubernur Lampung.

Untuk balai adat dan masjid agung masing-masing dianggarkan Rp5 miliar, kantor DPRD Rp7,5 miliar, dan kantor gubernur Rp10 miliar.

Sebelumnya, Pemprov Lampung memastikan program megaproyek kota baru terus berjalan dan tak ada permasalahan dalam proses pembangunannya. Sekprov Lampung Berlian Tihang menyatakan, rencana pembangunan fisik kota baru sudah dilakukan sejak 2010. Pelaksanaannya, lanjut dia, sudah tak ada masalah.

Mantan kepala Dinas Bina Marga Lampung ini secara tersirat mengakui, sempat ada persoalan tanah yang membeli kota baru. Namun bersamaan keluarnya izin prinsip dan tukar lahan dari Kementerian Kehutanan, Berlian menyatakan bisa terselesaikan.

Terpisah, Ketua Pansus Raperda Percepatan Pembangunan Kota Baru Farouk Danial mengatakan, dirinya siap saja pindah ke kota baru pada 2014. Asalkan memang infrastruktur dan persyaratan legal formalnya sudah terpenuhi. Menurut dia, pemindahan pusat pemerintahan di Indonesia bukanlah barang baru.

Di sejumlah tempat seperti Kepulauan Riau dan Kalimantan, pusat pemerintahan berada di luar ibu kota. Meski demikian, untuk raperda kota baru saat ini terganjal di DPRD Lampung. Pasalnya, pansus melihat pemprov belum membenahi persoalan perambah di lahan milik negara tersebut. Alhasil, pansus tak akan menyetujui raperda itu sampai persyaratan yang ditetapkan. Yakni membersihkan perambah bisa dilakukan pemprov. (wdi/c1/adi)