Wednesday, June 28, 2017

BELAJAR BAHASA CHINA TAMPA GURU

Bagi anak keturunan etnis pendatang China yang sebenarnya sudah ratusan tahun tinggal di Indonesia, tetapi mereka ternyata mampu mempertahankan bahasa dan budaya China sekalipun tampa seorang guru. Hal ini saya pahimi ketika suatu hari saya masuk ke sebuah toko penjual alat alat listrik dan ketika saya menanyakan harga barang yang akan saya beli  ternyta terjadi dialog antara seorang gadis yang melayani saya dengan orang tuanya atau siemopunya toko, lalu terjawablah harga dan saya setuju. Dalam kesempatan yang cukup sempit saya menyempatkan bertanya : "Kamu bisa bahasa China Belajar Di Mana" ternyata dengan lancar dan rasa bangga gadis tersebut mengatakan bahwa itu bahasa Ibu, katanya. Saya hanya belajar kepada Mama dan Papa, tidak  ada guru khusus katanya, dari Mama dan Papa selain belajar bahasa China, saya belajar adat istiadat China, Kebudayaan China dan Filsafat China.

Dari sekian banyak yang harus diajarkan lalu apa yang paling penting diajarkan, semua lasaya khawatir dia tidak bisa menjawabnya, tetapi di luar dugaan saya, dia bilang yang paling penting difahami adalah Bahasa dan Filsafat China. Sedang saya ingin memastikan adalah Filsafat Etika China. masalah adat istiadat dan budaya China hanya sekilas. Sedang bahasa selain diajarkan sejak kecil, kami langsung praktek dalam berkomunikasi dan langsung diperbaiki manakala ada terjadi kesalahan dalam pemakaian bahasa, jadi kamunikasi di rumah kami selalu bahasa China sebagai bahasa Ibu.

Sedangkan filsafat kami diajarkan bersamaan dengan mempelajari agama Budha, emang kamupenganut agama Budha ?. Bukan sich katanya itu sbenarnya filsfat Kong HU Chu, katanya terus terang. Agama Kong Huchu itu agama resmi lho di Indonesia, Iya ... , katanya sibgkat membenarkan.

Dialog ini ini terputus hingga di situ  Dan dalam perjalanan pulang saya membatin begini : Sebetulnya dalam waktu ratusan Tahun etnis pendatang China mampu mempertahankan bahasa dan budaya China di Indonesia adalah karena mereka mempertahankan filsafat China. Salah satu filsafat China Lalu apakah filsafat etika China itu, yaitu sebuah tawaran yang memberikan jaminan bahwa dengan berpegang kepada falsafah etika itu adalah jaminan kebahagiaan bagi siapa yang berpegang kepadanya.

Marilah kita beralih ke Nasib Bahasa Lampung. Bahasa Lampung selama ini diajarkan minus filsafat Lampung, bahasa Lampung tidak diajarkan terkait dengan upaya mempertahankan memperkenalkan filsafat Lampung. Dengan adanya orang Lampung dan bahasa Lampung bisa bertahan hingga sekarang adalah bukti bahwa filsafat Lampung  memiliki kemampuan berinteraksinya filsfat Lampung dalam perkembangan masyarakathingga sekarang.

Sehingga manakala kita berupaya  memperkenalkan danj mempertahankan bahasa Lampung jika tampa memperkenalkan dan mempertahankan falsafah lampung, maka yakinlah bahwa hasilnya akan sangat kecil sekali. Mengapa masyarakat etnis China di Indonesia mempertahankan filsafat dan bahasa Chinaadalah karena mereka memiliki keyakinan bahwa dengan filsafat dan bahasa China mereka akan mampu meraih kebahagiaan.

Demikian juga halnya manakala filsafat Lampung itu tidak kita perkenalkan sebagai sesuatu yang bisa menghantar kebahagian seseorang, maka orangpun akan merasa enggal untuk belajar bahasa Lampung. .

NASIB GURU BAHASA LAMPUNG


Terima kasih infonya, Sahabat Arizka Warganegara. Ini yang lengkap beritanya, http://antaralampung.com/…/universitas-lampung-usulkan-tamb…
Ya, semoga dapat terlaksana dengan baik dan jangan terlalu lama. 
Bukan apa-apa, saya baru berbincang dengan Kaprodi S2 Bahasa Lampung Unila Dr. Farida Aryani. Ia menyatakan ingin sekali S1 Bahasa Lampung segera diwujudkan di Unila setelah ada S2-nya.
S1 Bahasa Lampung ini gak ada kaitannya dengan tiga fakultas yang mau dibentuk karena tempatnya sudah ada, yaitu di FKIP. Artinya, gak perlu fakutas baru untuk guru bahasa Lampung.
 Saya tanya ke beliau, sebenarnya di mana masalahnya kenapa S1 Bahasa Lampung belum juga dibuka. Maka, ia katakan apa adanya.
Sayangnya, Bu Farida bilang, "Ini off the record ya!"
Aduh... tapi gak apalah. Yang penting saya jadi tahu alangkah sulitnya mewujudkan keinginan guru bahasa Lampung supaya di Lampung segera punya Prodi S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Lampung.
Prodi yang lebih cepat dibuka itu kalau sesuai dengan pasar seperti berita ini: http://antaralampung.com/…/pemprov-lampung-dukung-prodi-man…
Tiba-tiba Udien datang mewawancarai Mamak Kenut, teman saya soal nasib S1 Bahasa Lampung yang terkait juga dengan nasib guru bahasa Lampung yang gak bisa jadi sarjana. Karena wawancara deket saya, maka saya dengerlah apa kata Mamak Kenut.
"Yang sabarlah. Kau pikir gampang bikin program studi. Ini sudah diperjuangakan, tetapi terbentur lagi dengan nomenklatur Kementerian yang baru," jawab Mamak Kenut.
"Ini masalah sekarang. Dulu....," Udien mau ngeyel.
"Ah, jangan banyak tanya. Kayak gak ngerti birokrasi aja."
"Ya, Mamak. Tapi...
 "Ai kidah, intinya memang susah tahu. Kalau gampang, tentulah S1 Pendidikan Bahasa Lampung itu sudah lama ada di FKIP Unila. Jadi... perbanyak doa aja."
Agui!
(*Maaf nih kepada guru bahasa Lampung. ini cuma hiburannya saja. Siapa tahu setelah ini izin S1 Bahasa Lampung segera keluar. )