Sunday, September 10, 2017

SURAT KEPADA ISBEDY STIAWAN ZS

BERDOSAKAH MENYELIPKAN INFORMASI, MOTIVASI ATAU INSPIRASI DALAM KARYA SENI.



Ketika saya menghidupkan laptop sebenarnya saya tak tahu ingin menulis apa dan di mana, ketika sumua sudah siap baru saya kepikiran bahwa saya mau menulis surat kepada Isbedy Setiawan. Saya mengenal beliau sudah lama sekali pada saat itu yang saya ingat bahwa postur tubuhnya kurus, melihat fisiknya pada saat itu orang pasti mengatakan bahwa profesi beliau adalah wartawan, karena saya jumpa beliau diberbagai even. Orang belum tergirig untuk mengatakan bahwa beliau itu seniman, karena belum melekat tanda tanda fisik. Setidaknya saya pernah berfikir seperti itu, belakangan baru saya tahu persis bahwa beliau adalah penyair. Artinya kami sebenarnya ternyata berada di dua area yang berbeda walaupun sama sama pecinta kebudayaan, Pada saat itu saya adalah tenaga peneliti di tempat saya bekerja pad saat itu kantor saya bernama Kanwil Depdikbud Provinsi Lampung.


Secara kumat kumatan saya menikmati karya sastra. Masa remaja saya dahulu sesuai dengan zamannya, ketika mulai memiliki rasa cinta kepada seseorang, yaitu teman sekolah maka otomatis kami sebagai penyair, minimal penyair jadi jadian. Semua lirik lagu lagu mesra dicatat dan dihapal. setiap hari membutuhkan pulpen dan kertas kosong untuk ditulisi dan dan digambari sesuai dengan gejolak rasa pada saat saat itu. Cukup banyak sair yang terselesaikan tetapi jauh dari sempurna, karena tulisan itu sangat terikat kepada seseorang yang yang jelas sosoknya. Yang membuat syair tak kreatif.

Ada sesuatu yang sudah lama ingin saya katakan kepada Isbedy Stiawan bahwa Nabi Muhammad SAW sebenarnya memiliki ketertarikan terhadap syair sehingga muncullah hadis yang berbunyi Inna minasy syi'ri lihikmatan, Inna minal bayan lisyihron Sesungguhnya  sesungguhnya diantara syair itu ada hikmah dan sesungguhnya diantara bayah itu ada sihir. Apa asbabunnuzulnya.

Penyebab munculnya hadits (asbabul wurud) ini adalah terjadi di sutu peperangan terdapat sejumlah balatentara yang mengalami luka luka. Yang membantu membalut luka mereka, tetapi darah tetap sajamengalir, hingga datang seseorang yang bernama Hasan Ibnu Tsabit, dia  meminta diberikan kapur barus, kapur barus itu ditabukannya di bagian yang luka, tidak berapa lama kemudian darah itu berhenti mengalir, bahkan lukapun mengering.

Rasulullah Muhammad SAW. menyaksikan itu semua lalu Beliau bertanya kepada Hasan Ibnu Tsabit : Dari mana kamu tahu hal itu ? Jawan Hasan Dari Pujangga. Kata Hasan.
Inilah bait syair itu :
... di malam aku bertemu dengannya, aku berpikir meninggalkannya
Maka air mata komeaku mengalir bagaikan getah andam
segera aku usap air mataku dengan pipinya
Sebab biasanya kapur barus menghentikan darah.

Rasul mengatakan bahwa "Sesungguhnya diantara syair ada hikmah"

Seperti yang kita ketahui bahwa sebelum Muhammad SAW berhasil mengembangkan Islam di Kota Makkah, sekalipun disebut masa kegelapan, tetapi sesungguhnya masyarakat Makkah pada saat itu memiliki kemajuan sastra yang luar biasa. Mungkin kita kurang terampil menikmati syair tersebut diatas, tetapi yang tertangkap oleh saya, ternyata penyair yang karyanya ditampilkan di atas, memasukkan informasi obat herbap pengering luka di ditengah tengah keindahan syairnya.

Saya tidak tahu apakah juga Sahabatku Isbedi Stiawan ZS berkenan menyelipkan sesuatu seperti informasi, dakwah atau inspirasi ke dalam karya seninya. Sewaktu duduk di bangku kuliah saya dan beberapa orang teman sempat berdebat dengan Kanda Syu'bah Asa, tentang keharusan menyelipkan kalimat titipan dalam karya seni, Kanda Syu'bah Asya yang memerankan tokoh Aidit pada film Penerangan G 30 S PKI itu justeru menolak dengan alasan De L'art For L'art, Seni adalah untuk seni, jangan disisipkan sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan seni. Atau Kanda Syu'bah Asya tak ingin ekspressi seninya dibatasi kebebasannya. Entahlah.

Sekali lagi saya tidak tahu apakah Sahabatku Isbedi Stiawan sama dengan Kanda Syu'bah Asya, tetapi menurut hemat saya, menyelipkan informasi bahwa kapur barus bisa mengeringkan darah manakala dalam keadaan darurat perang dan keterbatasan obat ternyata sangat informatif sekali dan bahkan Rasulullah SAW mendukung dengan mengatakan bahwa diantara syair bisa diselipkan hikmah dan tidak merusah seni. Sebagaimana kita tahu bahwa penduduk Makkah mengakui bahwa al-Quran memiliki nilai seni yang demikian tinggi. Saya nyatakan saya berseberangan dengan Kanda Syu'bah Asya, tetapi bila filmnya diputarkan maka saya akan menonton Film G 30 S PKI, karena Kanda Syu'bah Asya konon berhasil memerakan perannya sebagai DN Aidit sebagai Ketua Partai Komunis Indonesia itu. Silakan Kanda Syu'bah Asya mengadegankan diri se Aidit Aiditnya, sebatas itu tapi jangan mengadegankan sesuatu yang tak layak dotonton.


Thursday, September 7, 2017

DATA TUTUR DAN CARA MENYIKAPINYA

Secara kebetulan saya sempat berkenalan dan berkomunikasi dengan baik dengan beberapa orang peneliti arkeologi dari berbagai spesialis, ada yang prasejarah, klasik, modern dan Islam dan saya juga pernah mengikuti mereka melakukan ekskavasi dan berusaha menemui beberapa orang pimpinan komunitas Lampung. Yang ingin aya tegaskan sebelumnya adalah bahwa saya bukan argeolog dan bukan pula sejarawan, melainkan pecinta budaya Lampung karena saya dibesarkan di lingkungan komunitas Lampung. Cinta adalah sesuatu yang tak betepi, demikian kira kira pikiran yang selalu berkecamuk di otak saya.

Ketika saya melihat langsung aktivitas mereka melakukan penelituan secara arkeologis maka salah satu aktivitas mereka adalah mengumpulkan data tutur. Data tutur adalah data yang dihimpun dari sejumlah orang yang ada di sekitar situs yang diteliti, Narasumber sangat bergam tentang kemampuan komunikasinya maupun akademisnya, sehingga bisa dibayangkan betapa beranekaragamnya data informasi itu, ibarat lautan maka penelitian menampung semua yang terbawa oleh segala arua. Bagi oeneliti di luar arkeolog, bisa saja menyebutnya data sampah, tetapi tidak bagi penelitiuan arkeologis yang sedang saya amati itu.

Data Sampah ?. Bukan !.

Walaupun data tutur itu tak layak diketengahkan dalam Pertemuan Tahunan Arkeolog Indonesia, tetapi ingin saya katakan bahwa itu bukan data sampah. Karena data itu untuk membantu para arkeolog memahami sikap dan respon masyarakat sekitar situs. Data tutur terkait situs itu memang beranekaragam, bahkan cenderung ngarang, karangan dengan maksud sebagai pendidikan bagi para pimpinan kepada para anggota komunitas, sehingga ceritera itu selalu diterimakan dari generasi ke generasi, dan biasanya manakala cerita itu dianggap benar oleh komunitas itu maka situs ityui ternyata lebih terpelihara, karena ada kebanggan bagi komunitas setempat. Saya pernah mengunjungi situis Benteng di Bengkulu, bagi masyarakat awam maka akan sia sia saja berkunjung ke situs itu tampa adanya cerita bohong tentang situs itu, walaupu memang cerita sampah bagi peneliti arkeolog yang kurang bermurah hati.

Cerita sejarah di lingkungan arkeolog harus bearawal mula dari diketemukannya situs peninggalan sejarah, para erkeolog yang terdiri dari berbagai spesialisasi itu akan membantu masyarakat bagaimana cara meluruskan cerita sekitar situs itu, bagaimana posisinya situs itu diletakkan, nama benda, ukuran benda, kegunaan serta paduk tahun berapa para arkeolog itu akan membantu meluruskannya. Tetai sejauh ini sepanjang yang saya tahu para peneliti arkeolog tak akan mengganggui data tutur itu seberapa melencengnya.

Untuk Kepentingan Khusus.

Data tutur sebagain besar adalah ngarang dan sulit dipertanggungjawabkan dalam penelitian sebuah situs, apalagi situs prasejarah umapamnanya, maka rentang waktu yang demikian lama, maka data tutur yang berkembang di masyarakat sudah pasti mengalami penyelewengan yang demikian parah. Tetapi biasanya ceritera turun temurun itu diciptakan untuk merekat persatuan. Atau di Benteng Kota Bengkulu ceritera bohong juga dikarang untuk menyemarakkan perpariwisataan di Bengkulu.
Hanya saja data tutur iru umumnya sesuatu yang tak layak diketengahkan dalam forum yang menginginkan kebenaran, artinya sebaiknya data tutur itu untuk dikalangan internal saja. Karena bangsa ini justeru akan hancur manakala dicatat identitasnya dari cerita yang tak bertanggungjawab secara kesejarahan dan ilmu pengetahuan. Walauoun cerita cerita itu sudah melagenda, maka ilmu sejarah tajk akan menerimanya sebagai bukti sejarah, apalagidata tutur yang lebih sulit mempertanggungjawabkannya.

Terima kasih teman teman arkeolog yang dahulu sempat mengajak aku bersahabat, ada saja gunanya ilmu dari kalian, bagiku.