Monday, December 25, 2017

Tuntunan Akidah Islam Semakin Dirasakan Perlu Bagi Generasi Muda.

Generasi yang akan datang selain memiliki penguasaan keilmuan yang memadai serta berbagai keterampilan yang mendukung, maka yang paling penting adalah memeiliki kepenganutan terhadap akidah yang benar. Tampa tuntunan akidah yang benar maka wawasan keilmuan serta keterampilan yang dimiliki justeru akan memperparah keadaan mereka karena bisa saja ditunggangi oleh berbagai kepentingan yang justeru akan saling menghancurkan. Demikian disampaikan oleh Dr. (C) Bainal Huri Halim, M.Kom. Dosen Universitas Tulangbawang Bandar Lampung dalam materi Khutbah yang disampaikannya selaku Khatib pada sholat Jum,at di Masjid Al Bana  komplek Kampus Poli Teknik Negeri Lampung 22 Desember 2017 yang lalu, dengan Thema Insan Bertaqwa Wajib melahirkan Generasi Muda Yang Inovatip Berkualitas dan Mandiri"

Sekolah dan kampus serta Pemerintah sesungguhnya wajib memfasilitasi agar terselenggaranya kesempatan yang luas bagi setiap pelajar/ mahasiswa untuk mengembangkan dirinya seluas luasnya, perhatian serta pemberian fasilitas baik dalam bentuk sarana prasarana maupun tenaga pembimbing yang memberikan bimbingan secara bertahap, terencana dan terarah dimaksudkan segera tercapainya maksud agar terwujudnya generasi yang cerdas ( smart ), berpengetahuan ( knowledge ), dan unggul (Exellent) sesuai dengan kaidah dan akidah Islamiyah.

Sholat Jum'at yang diikuti oleh segenap civitas academica itu sangat tertarik dengan thema yang disampaikan, sehingga seusai sholat diselenggarakan ramah tamah yang dihadiri oleh  Dr. Ir. Surono.MT selaku Direktur Politeknik Negeri Lampung (Polinela ) Maka terselenggaralah Sresehan & Ramah Tamah bersama Dr. Dedy Hermawan , M.Si , juga Bu Rahayu Sulistiowati ,M.Si dan Prof. Dr.YULIANTO , dan Bu Selvi Diana Melinda , S.A.N. , MA. Serta beberapa Dosen  dalam Silaturahim tersebut Dr. Dedy Hermawan, M.Si , menyampaikan semoga kedepan di harapkan terjalin nya peningkatan kemitraan di bidang Akademik yang berkesinambungan.

Sumber : Karo Humas UTB melapor kan dari Kampus UNILA 

Thursday, October 12, 2017

Bali old video 13: 1935 Legong: Dance of the Vigins



Menurut penjelasan gambar ini dibuat tahun 1935, artinya 10 tahun menjelang Kemerdekaan Indonesia yaitu 17 Agustus 1945. Lalu bagaimana pula Wanita Lampung tahun 1815, agak sulit bagi kita karena keterbatasan data dalam bentuk gambar yang menggambarkan kleseharian penduduk Lampung.

GUNDIK dan PERCERAIAN



Lappung Beni | Fajar Sumatera | Senin, 9 Oktober 2017 | Halaman 1

Frieda Amran

Antropolog, Pemerhati Sejarah Sosial Budaya Bermukim di Beland

BAGI lelaki Lampong, memelihara selir atau gundik bukanlah hal yang asing. Selain dilayani oleh isteri-isteri mereka, para kepala adat dan orang kaya biasa pula (minta) dilayani oleh budak-budak perempuan atau para ‘lambang’. Tak jarang, dari hubungan-hubungan ini lahir anak-anak yang dapat diakui sebagai anak sah dengan menyembelih kerbau dan kambing serta menyelenggarakan perhelatan makan bersama. Dengan demikian, ada lelaki-lelaki Lampong yang memiliki dan menanggung banyak isteri, terdiri dari keempat isteri yang dinikahinya sendiri, isteri-isteri yang diwarisinya dari kerabatnya yang sudah meninggal dan ditambah lagi dengan gundik-gundiknya.
Endika Toewan, seorang kakek tua yang memimpin kampung Boemi Aboeng (di daerah Toelang Bawang) memiliki 14 orang isteri dan gundik. Beberapa lelaki lain memiliki isteri dan gundik yang sama banyaknya.
Biasanya bila seorang lelaki hendak menjadikan seorang perempuan selir atau gundiknya, ia menyembelih beberapa ekor unggas dan menyelenggarakan perhelatan makan bersama. Ini sudah cukup untuk mengumumkan dan mensahkan hubungannya dengan seorang perempuan. Ketika lelaki itu meninggal dunia, gundik-gundik ini pun diwariskan kepada kakak, adik atau kemenakan-kemenakannya yang lelaki (‘samalang’).
Dibandingkan dengan daerah-daerah lain di Lampong, penduduk Telok Betong dan penduduk Boerne di Teluk Samangka lebih menampilkan diri sebagai pemeluk agama Islam. Francis menduga bahwa sikap ini muncul karena ketakutan lama terhadap kekuasaan Kesultanan Bantam. Tampaknya tak banyak yang tahu bahwa kesultanan itu sudah ditaklukkan oleh Belanda. Mereka tampaknya enggan pula disebut sebagai orang ‘kafier’ oleh pendatang-pendatang yang selalu saja mendatangi daerah-daerah ini.
Di daerah-daerah ini, terkadang tuntutan cerai yang diajukan oleh seorang perempuan, dikabulkan. Walau sebetulnya sesuai hukum Islam—sesuai yang diceritakan kepada Francis, anak-anak dari perkawinan yang terputus oleh perceraian harus dibagi di antara suami dan isteri itu, nyatanya hal itu tidak terjadi. Lebih sering, anak-anak itu tetap menjadi hak dan tanggung jawab sang (mantan) suami.
Bila terjadi perceraian, uang ‘djoedjoer’ yang telah diserahkan seorang lelaki kepada ayahanda calon isterinya atau ahli waris mertuanya itu wajib dikembalikan oleh perempuan yang bercerai. Benda dan barang yang dibawa perempuan itu ketika menikah, berhak diambilnya kembali. Akan tetapi, segala sesuatu yang diperoleh pasangan suami-isteri itu selama rentang pernikahan mereka, tetap dianggap sebagai bagian sang suami.
Di daerah Toelang Bawang, Sipoeti dan Sekampong, baik yang terdapat di pesisir Telok Betong maupun yang terdapat di daerah Samangka, tak seorang pun yang ditanyai Francis pernah menyaksikan atau mengalami terjadinya sebuah perceraian. Namun, cerita mengenai perceraian terdengar di daerah Toelang Bawang dan Sipoeti.
Jauh sebelum pemuda-pemuda Lampong terpikir untuk jatuh cinta dan menikah, mereka harus menjalani satu hal: sunat. Anak-anak keluarga—keluarga kaya biasanya disunat ketika berusia di antara 7 dan 10 tahun. Anak-anak keluarga yang kurang berada disunat pada usia lebih tua atau bahkan, terkadang tidak disunat sama sekali. Penduduk yang tinggal di pedalaman Lampong—orang Aboeng—tidak menganggap penyunatan sebagai aturan di dalam adat.
Seperti juga di Pulau Jawa, sunat di Lampong dilakukan oleh dukun. Anak-anak lelaki disunat dengan menggunakan pisau yang sangat tajam; anak-anak perempuan—yang di Lampong, jarang sekali terjadi, disunat dengan menggunakan gunting. Sebagai imbalan, untuk penyunatan anak lelaki, seorang dukun lelaki menerima 6 sampai 12 ‘oewang’ (satu ‘oewang’ bernilai 10 sen). Untuk menyunat anak perempuan, seorang dukun perempuan menerima imbalan sebesar 3 ‘oewang’.
Dalam usia lanjut, beberapa lagi menyunatkan diri untuk kedua kalinya. Hal ini dilakukan dengan harapan untuk dapat mengembalikan keperkasaan mereka di masa lalu. Salah seorang yang melakukan ini adalah kapala kampong Boemi Aboeng, Endika Toewan (yang namanya disebutkan di atas). Francis menduga bahwa Endika Toewan bukanlah satu-satunya lelaki yang melakukan sunat kedua itu. Pasti banyak lelaki yang mendahuluinya. Pasti banyak pula lelaki yang mengikuti jejaknya; apalagi setelah salah seorang isterinya—setelah sunat kedua itu—berhasil melahirkan seorang anak perempuan. Kelahiran anak perempuan itu dipandang sebagai semacam mukjizat oleh warga kampung. []
Pustaka Acuan:
E. Francis. Herinneringen uit den levensloop van een indisch’ ambtenaar van 1815 tot 1851 medegedeeld in brieven door E. Francis. Eerste Deel. Batavia: HM van Dorp. 1856.

Sunday, September 10, 2017

SURAT KEPADA ISBEDY STIAWAN ZS

BERDOSAKAH MENYELIPKAN INFORMASI, MOTIVASI ATAU INSPIRASI DALAM KARYA SENI.



Ketika saya menghidupkan laptop sebenarnya saya tak tahu ingin menulis apa dan di mana, ketika sumua sudah siap baru saya kepikiran bahwa saya mau menulis surat kepada Isbedy Setiawan. Saya mengenal beliau sudah lama sekali pada saat itu yang saya ingat bahwa postur tubuhnya kurus, melihat fisiknya pada saat itu orang pasti mengatakan bahwa profesi beliau adalah wartawan, karena saya jumpa beliau diberbagai even. Orang belum tergirig untuk mengatakan bahwa beliau itu seniman, karena belum melekat tanda tanda fisik. Setidaknya saya pernah berfikir seperti itu, belakangan baru saya tahu persis bahwa beliau adalah penyair. Artinya kami sebenarnya ternyata berada di dua area yang berbeda walaupun sama sama pecinta kebudayaan, Pada saat itu saya adalah tenaga peneliti di tempat saya bekerja pad saat itu kantor saya bernama Kanwil Depdikbud Provinsi Lampung.


Secara kumat kumatan saya menikmati karya sastra. Masa remaja saya dahulu sesuai dengan zamannya, ketika mulai memiliki rasa cinta kepada seseorang, yaitu teman sekolah maka otomatis kami sebagai penyair, minimal penyair jadi jadian. Semua lirik lagu lagu mesra dicatat dan dihapal. setiap hari membutuhkan pulpen dan kertas kosong untuk ditulisi dan dan digambari sesuai dengan gejolak rasa pada saat saat itu. Cukup banyak sair yang terselesaikan tetapi jauh dari sempurna, karena tulisan itu sangat terikat kepada seseorang yang yang jelas sosoknya. Yang membuat syair tak kreatif.

Ada sesuatu yang sudah lama ingin saya katakan kepada Isbedy Stiawan bahwa Nabi Muhammad SAW sebenarnya memiliki ketertarikan terhadap syair sehingga muncullah hadis yang berbunyi Inna minasy syi'ri lihikmatan, Inna minal bayan lisyihron Sesungguhnya  sesungguhnya diantara syair itu ada hikmah dan sesungguhnya diantara bayah itu ada sihir. Apa asbabunnuzulnya.

Penyebab munculnya hadits (asbabul wurud) ini adalah terjadi di sutu peperangan terdapat sejumlah balatentara yang mengalami luka luka. Yang membantu membalut luka mereka, tetapi darah tetap sajamengalir, hingga datang seseorang yang bernama Hasan Ibnu Tsabit, dia  meminta diberikan kapur barus, kapur barus itu ditabukannya di bagian yang luka, tidak berapa lama kemudian darah itu berhenti mengalir, bahkan lukapun mengering.

Rasulullah Muhammad SAW. menyaksikan itu semua lalu Beliau bertanya kepada Hasan Ibnu Tsabit : Dari mana kamu tahu hal itu ? Jawan Hasan Dari Pujangga. Kata Hasan.
Inilah bait syair itu :
... di malam aku bertemu dengannya, aku berpikir meninggalkannya
Maka air mata komeaku mengalir bagaikan getah andam
segera aku usap air mataku dengan pipinya
Sebab biasanya kapur barus menghentikan darah.

Rasul mengatakan bahwa "Sesungguhnya diantara syair ada hikmah"

Seperti yang kita ketahui bahwa sebelum Muhammad SAW berhasil mengembangkan Islam di Kota Makkah, sekalipun disebut masa kegelapan, tetapi sesungguhnya masyarakat Makkah pada saat itu memiliki kemajuan sastra yang luar biasa. Mungkin kita kurang terampil menikmati syair tersebut diatas, tetapi yang tertangkap oleh saya, ternyata penyair yang karyanya ditampilkan di atas, memasukkan informasi obat herbap pengering luka di ditengah tengah keindahan syairnya.

Saya tidak tahu apakah juga Sahabatku Isbedi Stiawan ZS berkenan menyelipkan sesuatu seperti informasi, dakwah atau inspirasi ke dalam karya seninya. Sewaktu duduk di bangku kuliah saya dan beberapa orang teman sempat berdebat dengan Kanda Syu'bah Asa, tentang keharusan menyelipkan kalimat titipan dalam karya seni, Kanda Syu'bah Asya yang memerankan tokoh Aidit pada film Penerangan G 30 S PKI itu justeru menolak dengan alasan De L'art For L'art, Seni adalah untuk seni, jangan disisipkan sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan seni. Atau Kanda Syu'bah Asya tak ingin ekspressi seninya dibatasi kebebasannya. Entahlah.

Sekali lagi saya tidak tahu apakah Sahabatku Isbedi Stiawan sama dengan Kanda Syu'bah Asya, tetapi menurut hemat saya, menyelipkan informasi bahwa kapur barus bisa mengeringkan darah manakala dalam keadaan darurat perang dan keterbatasan obat ternyata sangat informatif sekali dan bahkan Rasulullah SAW mendukung dengan mengatakan bahwa diantara syair bisa diselipkan hikmah dan tidak merusah seni. Sebagaimana kita tahu bahwa penduduk Makkah mengakui bahwa al-Quran memiliki nilai seni yang demikian tinggi. Saya nyatakan saya berseberangan dengan Kanda Syu'bah Asya, tetapi bila filmnya diputarkan maka saya akan menonton Film G 30 S PKI, karena Kanda Syu'bah Asya konon berhasil memerakan perannya sebagai DN Aidit sebagai Ketua Partai Komunis Indonesia itu. Silakan Kanda Syu'bah Asya mengadegankan diri se Aidit Aiditnya, sebatas itu tapi jangan mengadegankan sesuatu yang tak layak dotonton.


Thursday, September 7, 2017

DATA TUTUR DAN CARA MENYIKAPINYA

Secara kebetulan saya sempat berkenalan dan berkomunikasi dengan baik dengan beberapa orang peneliti arkeologi dari berbagai spesialis, ada yang prasejarah, klasik, modern dan Islam dan saya juga pernah mengikuti mereka melakukan ekskavasi dan berusaha menemui beberapa orang pimpinan komunitas Lampung. Yang ingin aya tegaskan sebelumnya adalah bahwa saya bukan argeolog dan bukan pula sejarawan, melainkan pecinta budaya Lampung karena saya dibesarkan di lingkungan komunitas Lampung. Cinta adalah sesuatu yang tak betepi, demikian kira kira pikiran yang selalu berkecamuk di otak saya.

Ketika saya melihat langsung aktivitas mereka melakukan penelituan secara arkeologis maka salah satu aktivitas mereka adalah mengumpulkan data tutur. Data tutur adalah data yang dihimpun dari sejumlah orang yang ada di sekitar situs yang diteliti, Narasumber sangat bergam tentang kemampuan komunikasinya maupun akademisnya, sehingga bisa dibayangkan betapa beranekaragamnya data informasi itu, ibarat lautan maka penelitian menampung semua yang terbawa oleh segala arua. Bagi oeneliti di luar arkeolog, bisa saja menyebutnya data sampah, tetapi tidak bagi penelitiuan arkeologis yang sedang saya amati itu.

Data Sampah ?. Bukan !.

Walaupun data tutur itu tak layak diketengahkan dalam Pertemuan Tahunan Arkeolog Indonesia, tetapi ingin saya katakan bahwa itu bukan data sampah. Karena data itu untuk membantu para arkeolog memahami sikap dan respon masyarakat sekitar situs. Data tutur terkait situs itu memang beranekaragam, bahkan cenderung ngarang, karangan dengan maksud sebagai pendidikan bagi para pimpinan kepada para anggota komunitas, sehingga ceritera itu selalu diterimakan dari generasi ke generasi, dan biasanya manakala cerita itu dianggap benar oleh komunitas itu maka situs ityui ternyata lebih terpelihara, karena ada kebanggan bagi komunitas setempat. Saya pernah mengunjungi situis Benteng di Bengkulu, bagi masyarakat awam maka akan sia sia saja berkunjung ke situs itu tampa adanya cerita bohong tentang situs itu, walaupu memang cerita sampah bagi peneliti arkeolog yang kurang bermurah hati.

Cerita sejarah di lingkungan arkeolog harus bearawal mula dari diketemukannya situs peninggalan sejarah, para erkeolog yang terdiri dari berbagai spesialisasi itu akan membantu masyarakat bagaimana cara meluruskan cerita sekitar situs itu, bagaimana posisinya situs itu diletakkan, nama benda, ukuran benda, kegunaan serta paduk tahun berapa para arkeolog itu akan membantu meluruskannya. Tetai sejauh ini sepanjang yang saya tahu para peneliti arkeolog tak akan mengganggui data tutur itu seberapa melencengnya.

Untuk Kepentingan Khusus.

Data tutur sebagain besar adalah ngarang dan sulit dipertanggungjawabkan dalam penelitian sebuah situs, apalagi situs prasejarah umapamnanya, maka rentang waktu yang demikian lama, maka data tutur yang berkembang di masyarakat sudah pasti mengalami penyelewengan yang demikian parah. Tetapi biasanya ceritera turun temurun itu diciptakan untuk merekat persatuan. Atau di Benteng Kota Bengkulu ceritera bohong juga dikarang untuk menyemarakkan perpariwisataan di Bengkulu.
Hanya saja data tutur iru umumnya sesuatu yang tak layak diketengahkan dalam forum yang menginginkan kebenaran, artinya sebaiknya data tutur itu untuk dikalangan internal saja. Karena bangsa ini justeru akan hancur manakala dicatat identitasnya dari cerita yang tak bertanggungjawab secara kesejarahan dan ilmu pengetahuan. Walauoun cerita cerita itu sudah melagenda, maka ilmu sejarah tajk akan menerimanya sebagai bukti sejarah, apalagidata tutur yang lebih sulit mempertanggungjawabkannya.

Terima kasih teman teman arkeolog yang dahulu sempat mengajak aku bersahabat, ada saja gunanya ilmu dari kalian, bagiku.

Tuesday, August 29, 2017

Gamol Pering Untuk Mengangkat Musik Gamol Lampung



Perlu saya klarifikasi bahwa saya tidak memihak salah satu antara apakah itu Cetik atau Gamol, antara Raja Cetim dengan Hasyum K. Gamolan, bagi saya kedua duanya sebuah realita yang pernah muncul. Dan yang paling penting bagi saya adalah bagaimana musik yang tergolong musik perkusi ini bisa berkembang karena sesungguhnya gamol Lampung itu ada di Lampung, yang kesemuanya harus terangkat bukan hanya Musik Perkusi Lampung Barat, karena di daerah lain pun ada, di seantero daerah Lampung tercinta ini, jadi keberadaannya bukan untuk saling mematikan atau meniadakan, tetapi sebaliknya untuk saling mengangkat, yang pada saatnya adalah martabat daerah yang kita junjung. Mengapa gamol Lampung asal Lambar lebih mudah dan praktis dikembangkan. Yaitu adalah karena pelaku seniman musik perkusi Lampung ini hingga sekarang masih hidup dan bahan baku masih tersedia.

Bahan Gamol Pering.

Bahan gampl pering itu ada disekitar kita, karena dia terbuat dari bambu yang bagus, ukuran bagusnya adalah kekukuhan, kepadatan serta keawetanya. dan ada satu lagu yang harus menjadi catatan, bahwa babu yang dijadikan bahan gamol itu adalah bambu yang mati karena tuanya. Bambu bahan gamol adalah bambu yang mati dalam keadaan masih tegak di tempatnya, dan matinya karena unsur ketuaan, bukan mati karena ditebang atau mati karena terserang penyakit atau virus dan lain sebagainya sehingga mengakibatkan kematian seblum mengalami kematangan. Bambu dalam kondisi semacam itu adalah bambu yang tumbuh dalam rumpun yang belum banyak mengalami pemberdayaan sehingga terancam penebahngan yang terburu buru. Bambu semacam itu sejak dahulu memang banyak tumbuh di daerah Lampung Barat.

Ada daerah yang jarang terdapat bambu tuwa karena ditebang dengan berbagai alasan, ada juga daerah yang banyak bambu tuanya tetapi kondisi bambu kurang kuat, padat, tebal dan awet. Ada juga daerah yang ditumbuhi bambu yang baik dan memenuhi persyaratan untuk dibuat sebagai bahan gamol pering, tetapi bambu itu banyak ditebang sebagai bahan membuat bagan oleh nelayan di laut, sehingga bambu bambu itu tidak sempat matio di rumpunnya karena ketuaan, karena belum terlalu tuapun telah ditebang, karena kebutuhan nelayan menggangti bagan mereka yang pada musim musim tertentu terncam dihanyukan oleh ombak yang cukup besar dan deras.

Proses Pembuatan Gamolan Pering.

Tidak ada kesulitan untuk mengetahui bagaimana proses pembuatan gamol Pering Lampung Barat ini, karena masih relatif mudah menemui pengrajin gamol ini. Tetapi walaupun mereka bisa  menjelaskan  bagaimana praktik proses  pembuatan gamolan bahkan mereka terampil memainkan. Karena pengrajin gamol pada umumnya sekaligus sebagai seniman musik gamol di maksud. Tetapi tentu saja pihak peneliti, Harus mereka terlebih dahulu apa adanya, sebagai data awal. Mungkin terjadi perbedaan penggunaan kata atau istilah yang biasa diucapkan oleh para pelaku yang sedang diteliti, hal tersebut dalam rangka mencari data sebanyak mungkin dan selengkap mungkin.

Perlu dicatat selengkap mungkin bagaimana proses  mereka

Proses dan Perkembangan Penggunaan.

Tinjauan Prosepek Pengembangan.

Sunday, August 27, 2017

CETIK DAN GAMOL SERTA TOKOHNYA



Masyarakat Lampung terlebih Lampung Barat merasa bangga dengan semakin dikenal dan senanginya musik perkusi bambu Lampung yang semula dikenal orang sebagai gamol Lampung, lalu muncul kembali dan lebih mempopulerkan nama Cetik, lalu muncul lagi nampak lebih konsepsional karena sudah diuji nilai estetis akademisnya dengan nama gamolan atau gampl Lampong dengan tokoh Hasyim Kan Gamolan. Ada dua tokoh atau yang ditokohkan dalam prihal musik perkusi Lampunh ini ini yaitu Raja Cetik dan Gamol Lampung. Saya sebenarnya tidak tertarik membela dan menidakkan salah satunya. Di mata saya yang awam tentang kesenian dan kepentingan dunia akademis, tetapi ingin saya katakan bahwa dunia akademis itu setelah ada thesa maka akan ada antitesa untuk memnculkan thesa baru. Secara seni bagi saya kita tidak harus seperti itu, karena di mata kami yang awam, alat perkusi yang satu telah melahirkan dua orang tokoh yaitu Mamak Lil sebagai Raja Cetik dan Hasyim Kan Gamolan sebagai tokohnya, dan diterima oleh masyarakat.

Secara pribadi saya belum berani mengaku ngaku memiliki kedekatan dengan keduanya, tetapi saya akan mengaku saya mengenal keduanya, karena keduanya karena keduanya memiliki kepopuleran dan saya jelas memberikan respon terhadap keduanya secara wajar, karena saya pernah ditugaskan oleh kantor sebagai tenaga peneliti kebudayaan, dan juga pernah ditugaskan sebagai vocal point budaya Lampung khususnya  tentang Piil Pesenggiri. Walaupun sebenarnya saya bukan arkeolog, seniman atau semacamnya, latar belakang pendidikan saya adalah Filsafat. Tetapi saya merasa sangat tertolong dalam melaksanakan tugas saya oleh disiplin ilmu yang saya dalami. Banyak teman teman yang sebenarnya diberikan tugas dan kesempatan yang sama tetapi mereka merasa kesulitan menggoreskan berbagai laporannya. Kelebihan saya dibanding mereka hanya soal kecintaan dan respon terhadap apa yang ditugaskan kepada kami itu.

Dalam meneliti budaya Lampung saya sering menempatkan diri sebagai orang luar dari komunitas komunitas yang ada, karena ada kebiasaan pendukung budaya Lampung ini seperti saling berebut sebagai siapa yang paling Lampung diantara mereka sesama orang Lampung. Saya ingin mengetakan seperti itu saja, karena saya sangat mencibtai Lampung. Walaupun tidak sepersis kasus cetik dan gamol. Tetapi sikap pembelaan dalam masalah ini seperti terulang kembali seperti kami sedang aktip meneliti. Itulah pula sebabnya dalam penelitian kami diberi label sebagai kegiatan inventarisasi dan tidak diwajibakan membuat kesimpulan.

Jika ada dua tokoh yang kita kenal dalam perkusi Lampung ini, maka tokoh Raja Cetik lebih memilih diam, apalagi dia merasa bahwa gelar rajanya didapat dari orang lain, yang prosedurnyapun dia tak tahu, apakah sesuao SOP atau tidak, dan bahkan dia tak tahu apakah ada SOP dalam pemberian gelar tak resmi itu, keadaan seperti ini membuat dia tak berdaya bila ingin membela diri, tetapi nampaknya dia tidak memiliki keinginan untuk membela diri. Sebenarnya Mamak Lil adalah pelaku seni perkusi ini, Tentang cara menabuh memang nampaknya dia sangat menonjol se Lampung Barat. Mamak Lil itu seorang seniman perkusi Lampung, jika orang ingin meneliti alat perkusi ini maka Mamak Lil siap menjadi narasumber, mulai dari cara memilih bambu, cara membuat, dan cara menabuhnya, walaupun beliau kurang mahir menterjemahkan irama musik ini secara somisasi, tetapi beliau bisa menunjukkan cara menabuh secara klear sehingga seniman akademik bisa mendapatkan nada solmisasi dari beliau secara sempurna dan utuh. Disamping itu Mamak Lil bisa bercerita banyak tentang lat musik perkusi yang satu ini seorang diri, sehingga beliau tak berkutik ketika digelari Si Raja Cetik.

Berbeda dengan Hasyim Kan Gamolan, beliau nampaknya terdorong untuk berusaha menjelaskan akan kebenaran teorinya di bangku Perguruan Tinggi, karena beliau adalah akademisi yang sebelumnya telah meneliti, menulis dan mempertanggungjawabkan hasil penelitiannya sehingga beliau diperbolehkan menyandang gelar kesarjanaannya. Prestasi yang demikian bagis di dunia seni itu maka sangat pantas bila beliau menjadi tokoh yang sangat populer dalam dunia perkusi Lampung ini. Jelas belum ada duanya. Tetapi kita tak begitu saja mengerti mengapa belaiu sangat alergi mendengar kata Cetik itu. Mungkin nama ini sengaja tak dimasukkan dalam thesis atau disertasinya sehingga pasca pengujian thesis atau disertasinya orang seperti tak boleh lagi menyebut nyebut nama cetik itu.

Karena beliau berusaha membantah setiap ucapan celetukan di WA saya merasa prihatin, saya pernah memiliki nasib yang sama ketika semua tulisan tulisan saya yang memang saya peruntukkan di komunitas yang ada sebagian Provinsi se Indonesia itu. Mereka biasa melontarkan istilah dan respon yang sedianya hanya ingin lucu lucu saja, lalu bila kita tanggapi secara serius maka kita akan kehabisan stamina, karena saya adalah sebagai penulis maka sasaran tembak tentu saja ditujukan kepada saya secara pribadi, akhirnya saya tak inginmelayani mereka, bila memang ada yang tidak sependapat dengan tulisan saya, saya persilakan untuk menulis dan saya menjamin akan dimuat di blog yang sama. Saya ingin menganjurkan Hasyim Kan Gamolan untuk tidak melayani celetukan celetukan itu. Tetapi belakangan justeru saya digolongkan sebagai orang yang mengalami rabun dekat dan gagal paham tentang Cetik dan Gamol ini.

Saya ingin katakan TERSERAH KAMULAH. Saya tak ingin pedulikan ungkapan yang cuma celetukan,  bagi saya yang penting musik perkusi Lampung mendapat kemajuan, saya jadi segan untuk menggunakan kata cetik atau gamol,  khawatir  ada yang kurang berkenan.




Friday, August 25, 2017

INGIN MENGABDI UNTUK PEMBINAAN BAHASA LAMPUNG

MENAWARKAN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA LAMPUNG

Secara tidak terencana saya jumpa kembali dengan seorang sahabat yang sudah belasan tahun lalu tak jumpa, sebanarnya kami berada pada komunitas tertentu, yang dalam komunitas itu saya sering diminta untuk maju memberikan pencrahan dan motivasi untuk kemajuan dan perkembangan komunitas itu mestinya. Tetapi dia mengatakan bahwa sekalipun  sudah lama tak jumpa tetapi sejatinya dia merasa dekat karena sejak dahulu dia selalu mengikuti tulisan tulisan yang saya publikasikan melalui blog, dia menjadi senang katanya membaca blog itu karena bernuansa berbeda dengan tulisan tulisan lain yang ditampilkan oleh beberapa dari komunitas kami itu.

Seperti biasa pembicaraan ke Barat - Timur, hingga suatu tahap pembicaraan kami bicara tentang apa yang saya perbuat di hari hari tua, Saya katakan bahwa selain tetap mengelola beberapa blog, khususnya blog tentang komunitas kami saya ceritakan contoh yaoutube yang saya buat terkait beberapa hal, dan yang terakhir saya juga menceritakan ketertarikan saya untuk membuat cuplikan lagu sebagai sekedar bahan komunikasi antar sesama keluarga terutama yang telah jauh dan lama merantau dan anak anaknya mulai jarang mendengar bahasa Lampung. Baru baru beberapa lagu yang saya buatkan videonya, dan berniat untuk meningkatkan kualitas pembuatan video dan yaoutube agar nampak lebih provesional, karena banyak karya saya yang nampak indah di layar HP, tetapi ternyata beranbtakan di layar TV,

Perangkat Media Pembelajaran Bahasa Lampung.

Pembicaraan semakin seru karena dia ternyata sebelumnya telah mempersiapkan perangkat media pembelajaran bahasa Lampung, yang sesungguhnya telah dia tekuni sejak lama, dia ingin pembelajaran bahasa Lampung diajarkan dengan menggunakan media yang modern untuk percepatan dalam proses pembelajaran. Walaupun dia bukan asli Lampung tetapi dia tertarik dengan bahasa Lampung dan ingin berpartisipasi dalam pengembangan pembelajaran bahasa Lampungdi tingkat dasar dan menengah dan juga bisa diajarkan bagi mahasasiwa yang dipersiapkan untuk menjadi guru Bahasa Lampung.

Yang sudah terbilang selesai adalah penyusunan perangkat media pembelajaran, langkah berikutnya adalah materi atau bahan ajarnya. bersama perekaman suara, ini baru tergarap sebagian. Materi, bahan ajar dan suara tentu dilaksanakan  kemudian untuk disesuaikannya dengan kurikulum dan silabus yang berlaku. Baru kemudian diajarkan kepada para guru atau mahasiswa jusan bahasa Lampung  untuk bagaimana mempraktekkan pembelajaran yang menggunakan prangkat pembelajaran ini.

Dengan menggunakan srana ini maka guru bisa dengan cepat melaksanakan proses pembelajaran  dengan hasil yang cepat serta daya serap yang lebih banyak. Sehingga pembelajaran bahasa Lampung akan menghasilkan anak anak yang semula tidak pandai bercakap cakap dengan bahasa Lampung menjadi memiliki kemampuan bercakap cakap dengan bahasa Lampunh, bukan hanya sejkedar belajar aksara Lampung, selain aksara Lampung, juga yang lebih penting adalah bahasa Lampung. Perangkat ini bisa digunakanuntuk dialek A dan juga tersedia untuk dialek O. Tentu masing masing daerah akan memilih manayang mayoritas dan mana yang pengajarnya siap. Karena perangkat ini bukan sebatas belajar aksara, terapi juga bahasa.

Inspirasi Gagasan Pembelajaran Modern.

Mengingat bahwa masyarakat Lampung penutur bahasa Lampung bukanlah mayoritas di Lampung, artinya bahwa sebagian besar siswa yang ada di kota bukan pemakai bahasa Lampung, maka pembelajaran bahasa Lampung harus dibantu dengan prangkat  Pembelajaran bahasa Jawa di Jawa saja masih menggunakan perangkat media pembelajaran, agar proses belajar mengajar berlangsung secara efektif efissien. Dalam pembelajaran kita harus menargetkan daya serap siswa setinggi tingginya, dan menjadi ingatan yang sesetiya setiyanya. Dan dengan alat ukur yang sangat mudah dan nyata.

Dan dengan penggunaan media pembelajaran itu maka menargetkan pembelajaran bahasa Lampung hingga mengerti dan terampil berbahasa Lampung adalah sangat logis. Pilihan daerah pulau Jawa menjadi incaran pertimbangan karena di Jawa segalanya relatif terselenggara dengan baik. Dari suvey yang diselenggarakan maka perlu disampaikan bahwa perangkat pembelajaran dengan menngunakan teknologi ini menjadi pilihan.

Pertimbangan Strategis.

Bahasa Lampung adalah salah satu bahasa Ibu yang mulai terancam hilang, karena penutur bahasa Lampung semakin sedikit, juga belum diketemukan metaode dan cara pembelajaran yang benar benar modern. Pada saat ini baru muncul Kamus Bahasa Lampung, Jelas itu saja belum cukup. Dibutuhkan perangkat media pembelajaran bahsa Lampung yang canggih. Cara menulis, cara membaca dan suara dapat ditampilkan dalam media ini. Bukan hanya putra putri orang Lampung saja yang bisa belajar dengan alat ini, tetapi siapapun bisa mengikutinya, dan bisa memahami serta terampil berbahasa.

Dengan keterampilan berbahasa Lampung maka nilai nilai budaya Lampung dapat kita pelajarai dan selanjutnya bisa dipertahankan. Yang manakala perangkat ini bisa kita manfaatkan dan digunakan secara maksimal maka pembelajaran bahasa Lampung mendatang bukan hanya sebatas dapat menggunakan aksara Lampung sepatah sepatah, melainkan kita dapat memprogramkan sesuatu yang lebih nyata dalam upaya memperthankan sebuah nilai bilai, yaitu nilai nilai budaya Lampung.

Dengan tergalinya nilai nilai budaya Lampung, maka kita akan memungkinkan menggali potensi daerah dan lingkungan Lampung untuk mengupayakan kesejahteraan masyarakat Lampung, karena kita sangat memungkinkan membangun Lampung dengan tidak mencerabut dari budaya Lampung. Karena budaya Lampung adalah sesuatu yang harus kita pertehankan, kita gali dan kita kembangkan. Kemampuan berbahasa Lampung yang baiuk adalah merupakan langkah awal menuju itu semua.

ANTARA CETIK DAN GAMOL TIDAK SALING MEMATIKAN

Pulang agak malam sekita pukul 12.18 malan saya sempatkan membuka WA sekedar referesing, astaga saya temukan postingan yang membicarakan sesatu yang menurut saya tak terlalu mendesak di dibicarakan dan apalagi diperdebatkan, pertama karena tak akan selesai dengan berdiskusi di WA. kedua tak akan selesai diskusi tampa moderator seperti itu dan ketiga ini tak mendesak untuk dibahas. Memang bagi saya yang awam masalah kebudayaan ini mungkin tak terlalu sensitif. Tetapi seingat saya para akademisi juga sangat menyukai manakala ada suatu perbedaan panjang, yang akan selalu menark dibahas. Yang meributkan sesuatu perbedaan adalah dunia dagang, dunia bisnis, mereka seringkali sensitif dalam membahas sesuatu yang terkait merk daganmg mereka.

Pernah saya bertamu di ruang kerja seorang Profesor Zakiyah Daradjat, entah apa awal mulanya sehingga pembicaraan meluas sampai ke kegelisahan hatinya mengingat ada beberapa bagian dari tulisannya yang dianggapnya kurang tepat, dan beliau berminat ingin memperbaikinya, Karena buku tersebut menjadi bacaan wajib bagi mahasiswa di beberapa perguruan tinggi.  Hal itu disampaikan kepada penrbit. Di luar dugaannya penerbit ternyata menolak, karena buku tersebut telah mengalami beberapa kali cetak ulang. Bila ibu ingin membantah tulisan itu silakan tulis buku baru, dan kami berjanji akan menerbitkannya.

Keahlian Prof. Zakiyah Daradjat sangat terkenal, tetapi tidak semudahj itu Ia boleh menidakkan sesuatui yang pernah ditulisnya sendiri. Tulisan itu adalah sesuatu yang membanggakan pagi pernerbit. Kalaupun telah muncul keyakinan, pendapat ataupun gagasan lain, maka itu dianggap adalah sesuatu yang berdiri sendiri. Tetapi kekeliruan itu ingin diabadikan dalam dunia akademik. Artinya hal hal yang jelas jelas salahpuin dalam dunia akademik sedapat mungkin akan mereka pertahan catatan akan keberadaannya.

Demikianpun antara Gamol dan Cetik yang memang merupakan realita, realitanya ada yang menyebut gamol dan ada yang menyebutnya cetik itu adalah suatu kekayaan belaka. Jelas gamol dan cetik adalah sesuatu yang sempat atau masih dituturkan oleh para pendukung alat instrumen seni perkusi asal Lampung itu. Terlepas dari Hasim Gamol tidak menyebutkan nama Cetik melainkan gamol, maka kami kami yang terbilang awam ini tidaklah merasa mendesak untuk membicarakannya, jika pembicaraan dimaksudkan untuk saling menidakkan.

Cetik Itu Ada.

Mungkin sikap kami sama dengan percetakan yang saya ceritakan di atas, kalaupun Prof. Berubah pikiran terhadap suatu teori maka dipersilakan Profesor menulis sebuah buku lagi khusus membantah teori yang pernah dilontarkannya sebelumnya. Jika terhadap tulisan sendiri saja seseorang diharuskan menulis buku kembali tetapi tetap mengakui adanya buku pertama. Kalaupun Hasyim Gamol ingin memakai nama Gamol bagi instrumen perkusi asal Lampung itu tidak masalah, tetapi bukan berarti bahwa yang menyebutnya Cetik tidak ada, orang yang menyebut ctik ada. Perkara adanya sejak kapan, itu sesuatu yang lain.Jika dalam tulisan atau Thesis Hasyim Gamolan menyebut Gamol Lampung, bukan berarti menidakkan Cetik. Karena realita penyebut cetik itu memang pernah ada.  Tetapi yang saya tahu sewaktu kecil adalah hanya gamol.

Saya lahir di Desa Pagelaran,  Ayah asal Pekon Awi Kebuayan Perenong, sedang Ibu asal Kembahang Kebuayan Buay Bejalan Di Way. Sebagai pewaris komunitas Kerajaan Sekala Brak. Samar samar dalam ingatan saya orang menabuh Gamol Lampung, tetapi setelah saya sedikit besar gamol itu tak lagi berbunyi karena penabuhnyapun telah tiada. Yang tersisa adalah syair lagunya yang berbunyi :

nak ni nak ni nak ni Kung
gamolan haji Kusai
wat mulli jak Gedung
Yaddo tamong ni Roai

Saya menjadi sangat terkesan karena Roai yang nama lengkapnya Roaini itu salah satu teman kecil saya, dan Tamongnya yang disebut dari Gedung itu adalah Ina Lunik Mari'ah dengan demikian maka gamol Lampung itu setia dalam ingatan saya, sesetianya ingatan terhadap teman kecil, dan nada lagu itu seingat saya adalah juga nada gamol Lampung yang ada dalam ingatan saya.

Pada suatu saat saya sangat bergembira mendengar kabar bahwa gamol Lampung akan digalakkan lagi melalui sekolah sekolah. Pihak Pemerintah berkenan ikut memfasilitasi dilatihkannya Gamol Asal Lampung Barat itu di di sekolah sekolah pada saat itu adalah baru pertama kali saya mengenal istilah cetik.  Dari kegiatan itu maka muncullah tokoh si Raja Cetik. Gembira rasanya gamol yang sempat melekat diingatan sejak kecil itu muncul lagi, sekalipun namanya Cetik, tetapi dalam otak saya cetik adalah Gamol, dan gamol adalah cetik.

Perkara Nama.

Sikap pribadi saya adalah sama sekali tidak mendukung sikap yang harus mengambil kesimpulan ceti atau gamol secara mematikan, saling menidakkan. Adalah kenyataan bahwa ada masanya orang menyebutnya sebagai gamol, ada pula masanya orang menyebutnya sebagai cetik. Hanya saja memang perlu penelusurat sejak kapan orang menyebut gamol ini cetik. Adakan penelitian terlebih dahulu, toh sampel penelitian sangat jelas dan sangat terbatas. Istilah gamol sangat mudah dipahami karena nama itu tersebar diberbagai wilayah di Indonesia, tetapi istilah cetik, dari kata apa, dan apa pula pengertiannya.

Saya serasa ingin tertawa sendiri, karena orang tua saya berasal dari Pekon Awi, memang di komunitas Peminggir  Sukaratu Pagelaran, sama halnya di Sukabanjar, Pardasuka, Kedondong, Cukuhbalak dan beberapa daerah lain itu Awi itu artinya bambu, tetapi bagi daerah lain Awi itu tabu menyebutnya. Kata pihak percetakan buku yang sudah beberapakali dicetak ulang itu tak perlu diperbaiki dan ditarik dari peredaran, silakan saja menulos buku baru dan dijamin akan diterbitkan, karena ini catatan sejarah.

Memang tak perlu pula kita menghioalngkan kata Cetik, hatta di daerah lain nama cetik itu adalah nama yang buruk di Bali. Maka harus ditelioti terlebih dahulu secara metodologis,siapa awal mula pemakaio nama cetik itu, jika memang nama cetik itu adalah pemberian orang Bali maka memang harus dipertanyakan maksud pemebrian nama itu. Tetapi manakala pemakai sendiri yang memberikan nama itu maka perlu dicatat kisah pemberian nama cetik, cetik berasal dari kata apa, arti katanya apa, arti dalam istilah juga apa, Siapa yang menyebutnya pertama dan siapa pula yang mengikutinya, mengembangkannya atau menyebarkannya, dalam kontek apa.

Manakala sudah ada hasil penelitiannya, bolehlah kita berkumpul bersama untuk membicarakannya, boleh juga kita tampilkan makalah pembanding atau dan sebagainya. Itupun masih tergantung ada atau tidaknya pihak yang memfasilitasi itu semua.

Akhirul Kalam.

Pada saat ini yang sebenarnya kita harapkan adalah bahwa instrumen perkusi khas Lampung itu bisa diopertahankan dan dikembangkan. Dipertahankan artinya semakin banyak orang yang mau menerima kehadirannya dan bahkan mau belajar menabuhnya dan mengembangkannya artinya menciptakan nada nada tabuhnya, bila perlu mengarangkan lagu lagu yang sangat mungkin bisa diiringi oleh instrumen yang hanya memiliki nada nada yang terbatas ini.

Tetapi tentu saja bila ingin mengarangkan lagu dan syair untuk konsumsi gamolan atau cetik ini harus yang terkait dengan tanah atau wilayah Lampung, terkait atas aktivitas masyarakat adat Lampung, terkait adat istiadat Lampung dan semacamnya. Atau dengan kreasi baru, jika akan mengembangkan kreasi baru maka jangan lupa agar kreasi itu tidak keluar dari karakter dan filosofi masyarakat Lampung sehingga tak terlepas dari nilai nilai yang selama ini dijunjung oleh masyarakat Lampung. Terima kasih.

Friday, August 18, 2017

Upacara Suksesi Tradisional "Anjau Marga" Putih Doh-Cukuh Balak 1994/19...

Jangan Sampai Kita Ciptakan Budaya Daur Ulang.

FACHRUDDIN.

Masuknya budaya Eropa ke Indonesia sama sekali tampa filter yang berarti dari Pemerintah, dan memang nampaknya suatu saat harus kita bayar mahal, selain  kita akan kehilangan identitas, dan justeru diharuskan mencari identitas baru. Dan hampir dapat dipastikan identitas baru itu hanyalah merupakan budaya daur ulang. Budaya daur ulang itu sangat memungkinkan karena kono kabarnya banyak UU kita yang hanya kopi paste dari UU milik negara yang doianggap lebih maju, atau justeru kepentingan negera maju tersebut. Maka harus kita antisipasi keterpaksaan kita untuk memiliki budaya daur ulang tersebut.

Secara pribadi saya mensyukuri munculnya lembaga pseudo lembaga adat, agar bisa mewakili lembaga adat yang ada dalam berkomunikasi dengan Pemerintah. peran ini sangat memungkinkan manakala lembaga itu bisa ditempati wakil wakil dari lembaga adat yang ada, digabung dengan sejumlah intelektual daerah dan pejabat atau mantan pejabat Pemerintah agar juga serba sedikit akan mengetahui seluk beluk keuangan, karena peran lembaga ini tentu tidak akan terlepas dari peran pengelolaan atau penggunaan keuangan, dalam membangun budaya secara keseluruhan.

Tetapi memang agak menghawatirkan kartena tampilan awal lembaga pseudo lembaga adat seperti, seolah akan menggantikan peran fungsi lembaga adat. Hal itu tak mungkin akan gerjadi, bahkan  manakala akan dipaksakan, maka lembaga itu tak akan lebih hanya berperan sebagai lembaga pemborosan belaka, yang praktiknya adalah menghabiskan anggaran, sementara kemanfaatannya bagi komunitas adat.

Yang paling tepat lembaga pseudo lembaga adat bentukan Pemerintah itu memerankan diri sebagai forum komunikasi dari lembaga adat yang ada, yang tugasnya memberdayakan lembaga adat yang ada, dan menguoayakan dana yang difasilitasi Pemerintah untuk membentuk lembaga adat yang mandiri.

Adalah merupakan keharusan lembaga adat harus berkembang, dan saling mempengaruhi dengan nilai nilai budaya lain daerah melalui kontak jontak budaya, tetapi segala sesuatunya harus berjalan secara alami, jang sampai terjadi yang satu mendominasi yang lain. Itulah sebaganya lembaga pseudo adat bentukan Pemerintah itu juga harus dilengkapi dengan personal intelektual dari masing masing kelompok adat. Karena sesungguhnya perubahan perubahan yang harus dilakukan oleh kelompok komunitas adat itu tidak terlepas dari peran intelektual masing masing pihak komunitas tersebut.

Manakala itu berlangsung secara alami, maka tidak ada keharusan kita untuk menciptakan budaya daur ulang. Tetapi manakala ada terjadi kopy paste peraturan atau perundang undangan dariluar dengan latar belakang budaya yang berbedan dan bahkan bertentangan, maka berarti dengan demikian akan terjadi budaya gaur ulang produk bangsa lain. Itulah sebabnya kehadiran intelektual di masing komunitas adat itu mutlak dibutuhkan, karena akan ikut membantu proses perkembangan dan perubahan kebudayaan. yang alami.

Wednesday, August 16, 2017

PERTAHANKAN EKSISTENSI KERATUAN MENANGSI



Keratuan Menangsi adalah salah satu Keratuan yaitu komunitas adat  yang sejatinya  dahulu memiliki pasukan perajurit yang tangguh. Sekalipun sempat berpindah dari satu wilayah ke Wilayah lain untuk mencari wilayah yang lebih kondusif namun tetap berhasil menjaga komunikasi dengan garis silsilah yang mereka miliki. guna mempertahankan keabadian sejarah dalam mempertahankan filosofi hidup yang mereka yakini akan mampu menghantar anak keturunan mereka mencarapai tarap kehidupan yang membahagiakan.

Kemam;uan Keratuan ini membina hubungan dengan Kerajaan Banten adalah ukuran ketinggian peradaban yang telah mereka capai, Perjanjian  Kuripan  yang diabadikan dalam sebuah dalung yang dikenal dengan nama Dalung Kuripan adalah tahapan yang sangat dihargai dalam sejarah yang juga dicatat oleh Belanda.

Merajut kembali warga Menangsi yang terserak di beberapa tempat, serta merapatkan kembali dengan para pihak yang diyakini dan tercatat sebagai memiliki garis kekerabatan atau dengan pihak yang memiliki kesamaan dalam berbagai hal yang terhimpun dalam rumpun sebagai Marga Saibatin. Mempertautkan kembali yang sejatinya memang bertautan adalah langkah positif. dalam rangka mempertahankan dan mempertegas identitas

Himpun kembali sejumlah data tutur yang selama ini hanya disiarkan melalui penuturan para tetaua Marga.

Wednesday, August 9, 2017

LGBT DI UNILA .... ?



Terusik kegembiraan kita dengan diresmikannya Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Raden  Intan Lampung menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung karena berita sebelumnya yang tersebar adalah munculnya berita tentang berkembangnya komunitas LGBT di kalangan mahasiswa Universitas Lampung, sebagai Universitas Kebanggaan Daerah Lampung. Karena jelas jelas kehadiran mereka adalah karena penyakit dan akan mendatangkan penyakit yang akan sangat merugikan daerah bahkan Bangsa  dan itu semua sangat terkutuk dalam pandangan agama. Karena bila di lingkungan mahasiswa  Unila bisa berkembang, maka tidak tertutup akan berkembang  pada mahasiswa lainya di Universitas dan PT lainnya di Lampung. Ditinjau dari segi kebudayaan maka akan menghancurkan budaya kita.

Berdasarkan apa yang disampaikan oleh ahli psikologie dan psikiater bahwa LGBT itu adalah merupakan gangguan mental, yang bisa disebabkan beberapa hal, karena meruapakan gangguan mental psikologi maka sejatinya LGBT itu adalah penyakit bukan fitrah dari Tuhan. Dan yang paling penting mental seperti itu adalah bisa disembuhkan, manakala memiliki usaha usaha untuk mencapai kesembuhan, maka para ahli mengatakan mereka masih memiliki harapan untuk sembuh. Dan jumlah mereka yang telah disembuhkan sudah sangat banyak. Merekas hanya mengalami nasib sial saja terprosok di jalan yang salah, maka tugas kita bersama mereka untuk menyembuhkan mereka.

Karena ini merupakan pemyakit jiwa maka biasanya yang bersangkutan sama sekali tidak merasa sakit, justeru apa yang dilakukan itu adalah waras dan sehat, justeru yang tak sependapat akan mereka katakan sebagai seseorang yang sakit. Yang lebih berbahaya lagi ada pihak yang mengatakan LGBT itu merupakan takdir, mereka telah dikodratkan seperti itu, sehingga mengahalangi halangi mereka untuk bersikap seperti itu akan sama halnya dengan menentang kodrat. Pendapat seperti itu jelas keliru besar, pendapat yang sesat dan sekaligus juga menyesatkan.

Karena mereka sedang sakit dan tak menyadari akan sakitnya, dan bukan merupakan takdir atau kodrat dari Allah. Maka LGBT tentunya bukan hak azazi manusia.  Dan adalah tugas kita yang sehat menyelematkan atau menyembuhkan mereka yang sedang mengalami sakit. Kita hilangkan penyakitnya dan kita luruyskan jalannya agar tak lagi mengalami sakit yang sama. Apalagi hal ini akan mengakibatkan kerusakan kerusakan nilai dan budaya luhur bangsa. Menyembuhkan mereka adalah keniscayaan, bukan intoleran, bukan pelanggaran HAM, tetapi sekali lagi kewajiban.

Ternyata keliru mengkelompokkan kelompok LGBT sebagai pilihan, tak ada pilihan untuk sakit, dan bukan pula Hak Azazi karena sakit mereka bisa menular ke orang lain. Adalah sesat menurut agama bilaikut ikut melestarikan dan mengembangkan penyakit terkutuk ini karena benar benar akan membahayakan ummat. Tak ada pilihan lain, Brantas Penyakitnya, Selamatkan Orangnya.

Monday, July 24, 2017

Bentrok PETIR vs TAMPIL,Tujuh Buah Mobil Rusak




Rencana demo yang dilakukan oleh Ormas Tim Andalan Masyarakat Pasukan Inti Lampung (TAMPIL), di Dinas Kesehatan (Dinkes) Lampung berakhir ricuh. Pasalnya, ada sekelompok massa berpakaian ormas Pasukan Elit Inti Rakyat (PETIR) Lampung, yang sudah berada di lokasi terlebih dahulu dan menyambut kedatangan Ormas TAMPIL di lokasi, Senin (24/7/2017).
Namun justru kedua ormas ini terjadi bentrok di Kantor Dinas Kesehatan Provinsi Lampung itu. Akibatnya suasana memanas dan ricuh. Para pejabat dan pegawai Dinkes banyak keluar kantor melihat kericuan di luar. Tapi tidak sedikit pejabat dan pegawai memilih meninggalkan kantor.
Bentrok massa dua ormas tersebut mengakibatkan tujuh mobil mengalami kerusakan pecah kaca dan penyok pada bodi kendaraan. Ada juga sejumlah anggota Ormas TAMPIL mengalami luka pada bagian tubuhnya.
“Ada beberapa anggota kita yang mengalami memar, namun tidak ada korban jiwa. Ada tujuh mobil kita yang rusak parah akibat dilempar batu dan pukulan balok. Bahkan ada yang menebaskan pedang jenis samurai ke mobil kita,” kata Ketua Umum Dewan Pimpinan Wilayah Ormas TAMPIL, Jemmy GR.
Atas kejadian itu, Jemmy GR meminta pihak yang berwajib dapat mengusut secara tuntas aksi anarkis yang ditengarai dilakukan oleh massa dari ormas PETIR. “Semua sudah kita serahkan pada yang berwajib, kita minta untuk diusut tuntas sampai ke akar-akarnya,” ujar Jemmy.
Siang itu, Ormas TAMPIL akan melakukan aksi unjuk rasa damai di Kantor Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Lampung terkait dugaan penyimpangan proyek pengadaan alat kesehatan (Alkes) dan Puskesmas Keliling (Pusling) tahun anggaran 2012.
Namun tanpa diduga, aksi damai yang akan dilakukan oleh ormas TAMPIL justru berakhir ricuh.

Belum bisa dipastikan penyebab kericuhan tesebut, namun pengakuan ketua ormas TAMPIL, kedatangan mereka di Dinas Kesehatan disambut massa yang memakai seragam ormas PETIR yang sejak pagi berada di lokasi dan melakukan serangan dengan melempari konvoi kendaraan yang ditumpangi massa ormas TAMPIL. Akibatnya, urung dilakukan karena terjadi kericuan dan bentrok massa.
Sumber : LE-Plus.com

Wednesday, June 28, 2017

BELAJAR BAHASA CHINA TAMPA GURU

Bagi anak keturunan etnis pendatang China yang sebenarnya sudah ratusan tahun tinggal di Indonesia, tetapi mereka ternyata mampu mempertahankan bahasa dan budaya China sekalipun tampa seorang guru. Hal ini saya pahimi ketika suatu hari saya masuk ke sebuah toko penjual alat alat listrik dan ketika saya menanyakan harga barang yang akan saya beli  ternyta terjadi dialog antara seorang gadis yang melayani saya dengan orang tuanya atau siemopunya toko, lalu terjawablah harga dan saya setuju. Dalam kesempatan yang cukup sempit saya menyempatkan bertanya : "Kamu bisa bahasa China Belajar Di Mana" ternyata dengan lancar dan rasa bangga gadis tersebut mengatakan bahwa itu bahasa Ibu, katanya. Saya hanya belajar kepada Mama dan Papa, tidak  ada guru khusus katanya, dari Mama dan Papa selain belajar bahasa China, saya belajar adat istiadat China, Kebudayaan China dan Filsafat China.

Dari sekian banyak yang harus diajarkan lalu apa yang paling penting diajarkan, semua lasaya khawatir dia tidak bisa menjawabnya, tetapi di luar dugaan saya, dia bilang yang paling penting difahami adalah Bahasa dan Filsafat China. Sedang saya ingin memastikan adalah Filsafat Etika China. masalah adat istiadat dan budaya China hanya sekilas. Sedang bahasa selain diajarkan sejak kecil, kami langsung praktek dalam berkomunikasi dan langsung diperbaiki manakala ada terjadi kesalahan dalam pemakaian bahasa, jadi kamunikasi di rumah kami selalu bahasa China sebagai bahasa Ibu.

Sedangkan filsafat kami diajarkan bersamaan dengan mempelajari agama Budha, emang kamupenganut agama Budha ?. Bukan sich katanya itu sbenarnya filsfat Kong HU Chu, katanya terus terang. Agama Kong Huchu itu agama resmi lho di Indonesia, Iya ... , katanya sibgkat membenarkan.

Dialog ini ini terputus hingga di situ  Dan dalam perjalanan pulang saya membatin begini : Sebetulnya dalam waktu ratusan Tahun etnis pendatang China mampu mempertahankan bahasa dan budaya China di Indonesia adalah karena mereka mempertahankan filsafat China. Salah satu filsafat China Lalu apakah filsafat etika China itu, yaitu sebuah tawaran yang memberikan jaminan bahwa dengan berpegang kepada falsafah etika itu adalah jaminan kebahagiaan bagi siapa yang berpegang kepadanya.

Marilah kita beralih ke Nasib Bahasa Lampung. Bahasa Lampung selama ini diajarkan minus filsafat Lampung, bahasa Lampung tidak diajarkan terkait dengan upaya mempertahankan memperkenalkan filsafat Lampung. Dengan adanya orang Lampung dan bahasa Lampung bisa bertahan hingga sekarang adalah bukti bahwa filsafat Lampung  memiliki kemampuan berinteraksinya filsfat Lampung dalam perkembangan masyarakathingga sekarang.

Sehingga manakala kita berupaya  memperkenalkan danj mempertahankan bahasa Lampung jika tampa memperkenalkan dan mempertahankan falsafah lampung, maka yakinlah bahwa hasilnya akan sangat kecil sekali. Mengapa masyarakat etnis China di Indonesia mempertahankan filsafat dan bahasa Chinaadalah karena mereka memiliki keyakinan bahwa dengan filsafat dan bahasa China mereka akan mampu meraih kebahagiaan.

Demikian juga halnya manakala filsafat Lampung itu tidak kita perkenalkan sebagai sesuatu yang bisa menghantar kebahagian seseorang, maka orangpun akan merasa enggal untuk belajar bahasa Lampung. .

NASIB GURU BAHASA LAMPUNG


Terima kasih infonya, Sahabat Arizka Warganegara. Ini yang lengkap beritanya, http://antaralampung.com/…/universitas-lampung-usulkan-tamb…
Ya, semoga dapat terlaksana dengan baik dan jangan terlalu lama. 
Bukan apa-apa, saya baru berbincang dengan Kaprodi S2 Bahasa Lampung Unila Dr. Farida Aryani. Ia menyatakan ingin sekali S1 Bahasa Lampung segera diwujudkan di Unila setelah ada S2-nya.
S1 Bahasa Lampung ini gak ada kaitannya dengan tiga fakultas yang mau dibentuk karena tempatnya sudah ada, yaitu di FKIP. Artinya, gak perlu fakutas baru untuk guru bahasa Lampung.
 Saya tanya ke beliau, sebenarnya di mana masalahnya kenapa S1 Bahasa Lampung belum juga dibuka. Maka, ia katakan apa adanya.
Sayangnya, Bu Farida bilang, "Ini off the record ya!"
Aduh... tapi gak apalah. Yang penting saya jadi tahu alangkah sulitnya mewujudkan keinginan guru bahasa Lampung supaya di Lampung segera punya Prodi S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Lampung.
Prodi yang lebih cepat dibuka itu kalau sesuai dengan pasar seperti berita ini: http://antaralampung.com/…/pemprov-lampung-dukung-prodi-man…
Tiba-tiba Udien datang mewawancarai Mamak Kenut, teman saya soal nasib S1 Bahasa Lampung yang terkait juga dengan nasib guru bahasa Lampung yang gak bisa jadi sarjana. Karena wawancara deket saya, maka saya dengerlah apa kata Mamak Kenut.
"Yang sabarlah. Kau pikir gampang bikin program studi. Ini sudah diperjuangakan, tetapi terbentur lagi dengan nomenklatur Kementerian yang baru," jawab Mamak Kenut.
"Ini masalah sekarang. Dulu....," Udien mau ngeyel.
"Ah, jangan banyak tanya. Kayak gak ngerti birokrasi aja."
"Ya, Mamak. Tapi...
 "Ai kidah, intinya memang susah tahu. Kalau gampang, tentulah S1 Pendidikan Bahasa Lampung itu sudah lama ada di FKIP Unila. Jadi... perbanyak doa aja."
Agui!
(*Maaf nih kepada guru bahasa Lampung. ini cuma hiburannya saja. Siapa tahu setelah ini izin S1 Bahasa Lampung segera keluar. )

Tuesday, May 16, 2017

KERAJAAN LAMPUNG TERWAKILI DALAM AAC 2017.


Oleh Fachruddin
Novan Saliwa dalam acun facebooknya menuliskan khabar bahwa dalam rangka peringatan Konfrensi Asia Afrika tahun 2017 Pewaris Kerajaan Sekala Brak mendapat kehormatan diundang oleh Panitua Penyelenggara dan juga tampil dalam Asian African Carnival bersama sama dengan dengan pewaris berbagai Kerajaan Nusantara lainnya. Tentu saja keberadaan Wakil dari Lampung itu sesuatu yang pantas di syukuri, karena sekaligus mewakili Lampung sebagai pernyataan bahwa  Lampung sejak dahulukala tercatat sebagai komunitas yang beradab. Memiliki aturan, dan ketaraturan dalam mencapai tujuan bersama, sekalipun dalambentuk kerajaan, tentu dengan segala kelemahan dan kekuranannya.

Bersama sejunlah Kerajaan Nusantara yang terwarisi Kerajaan Sekala Brak ikut hadir bersama kekayaan bangsa Indonesia itu. Tidak semua daerah memiliki kemampuan untuk mengirimkan utusannya. Dan itu tentu merupakan kelebihan dan keistimewaan bagi daerah Lampung, di mata daerah lain. Walaupun di Lampung sendiri masih banyak yang belum mengenal siapa itu pewaris Kerajaan Sekala Brak.

Bagi mereka yang tidak itu wajar, lewat pemberitahuan merka akan tahu juga, tetapi mereka yang tidak suka itu akan membutuhkan proses yang panjang untuk tahu, karena harus merubah sikap terlebih dahulu. Kerajaan Sekala Brak tidak sebesar kerajaan Tulangbawang. Tetapi sayang kerajaan Tulangbawang tidak mampu bertahan. Sejatinya banyak juga kerajaan lain di Lampung ini sepadan dengan Sekala Brak, tetapi karena sesuatu dan lain hal mereka mendapatkan kesulitan untuk mempertahankan eksistensinya.

Yang paling istimewa barangkali pewaris kerajaan Sekala Brak ini, yang keberadaannya dipastikan naik turun, tetspi komunitas pewaris sangat kompak, mereka masih menjaga komunikasi dengan baik hingga saat ini. Bukan tidak pernah terjadi pro dan kontra antar sesama mereka,  namun demikian mereka tidak sampai saling menidakkan. Selama ini budaya tutur dinternal sangat dipelihara, kedudukan seseorang dalam keluarga ataupun dalam komunitas lebih luas mereka hargai dan mereka jaga.

Lalu apa manfaatnya mempertahankan itu semua, toh zaman sudah berganti. Manfaatnya adalah dalam rangka mempertahankan kearifan tradisional. Pada saat ini kemiskinan pengetahuan dan pemahaman masyarakat akan kearifan tradissional mulai melemah. dalam waktu bersamaan masuklah nilai nilai budaya luar yang bersembunyi dibalik demokrasi, padahal intinya adalah feodalisme dan kapitalisme yang sangat mengerikan, yang akan mengancam keberadaan kita semua, keberadaan niliai luhur yang selama ini mengawal keberadaan kita.

DELEGASI KERATON MERIAHKAN AAC



Foto Novan Saliwa.

Foto : Sultan Edward Syah Pernong dipayungi bersama Sultan Kasepuhan Cirebon dan Walikota Bandung Ridwan Kamil.

ASIAN AFRICAN CARNIVAL (AAC) 2017

Perhelatan Asian African Carnival (AAC) 2017 berlangsung meriah. Tahun ini, puluhan delegasi dari keraton-keraton se-Nusantara hadir menyemarakkan acara yang digelar ketigakalinya itu. Sabtu (13/5/2017), para sultan/raja se-Nusantara menjadi saksi peringatan 62 tahun Konferensi Asia Afrika.
Setiap sultan yang hadir membawa satu kontingen perwakilan kerajaan. Kerajaan Gowa, misalnya, membawa serta pasukan angkatan darat dan angkatan laut kerajaannya. Hal itu menunjukkan bahwa sejak dahulu, Gowa telah menjadi kerajaan maritim yang tangguh.
Demikian pula dengan Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak, Kepaksian Pernong Lampung yang juga membawa pasukan pengamanan Raja. Pasukan tersebut terdiri dari seratusan pendekar yang telah turun-temurun mengabdi kepada raja.
Lain halnya dengan kontingen dari Sleman, Yogyakarta, dan Surakarta yang lebih mempertunjukkan produk budaya. Dari Sleman, kontingen menampilkan kostum wayang kulit raksasa lengkap dengan seperangkat gamelan yang dibawa menggunakan rak beroda yang dimodifikasi. Sementara Yogyakarta dan Surakarta memperlihatkan pakaian khas daerah.
Kontingen yang unik adalah dari Kerajaan Bau Bau yang menampilkan kostum parade raksasa yang rumit dan kreatif. Selain oleh orang dewasa, kostum juga dibawakan oleh remaja dan anak-anak.
Tak ketinggalan, ada pula perwakilan dari mancanegara. India tampil membawakan musik dan tarian khas India yang dinamis dan menghentak-hentak. Warga pun ikut menari bersama mereka. Korea Selatan juga menampilkan musik dan pakaian tradisional.
Selain itu, kontingen ekspatriat dari mancanegara juga turut berpartisipasi, seperti dari Inggris, Mesir, Mexico, Afrika Jepang, Tiongkok, dan masih banyak lagi. Siang hari itu, warga Bandung disuguhi dengan nuansa Nusantara dan mancanegara yang kental.
Wali Kota Bandung M. Ridwan Kamil yang hadir membuka acara mengatakan bahwa perhelatan hari ini merupakan peringatan atas 62 tahun inspirasi yang dicetuskan melalui Konferensi Asia Afrika. Inspirasi tersebut lantas membawa ratusan negara menuju kemerdekaan dari kolonialisme.
"Konferensi Asia Afrika membawa semangat anti penjajahan, membawa semangat anti kolonialisme. Di Gedung Merdeka lahirlah semangat melawan penjajahan," katanya.
Melalui acara itu, Ridwan juga ingin menunjukkan keberagaman bangsa Indonesia dengan hadirnya para sultan/raja dari keraton-keraton se-Nusantara.
"Dari Kota Bandung kita sampaikan pesan semangat kebangkitan dan persatuan Indonesia. Kita sampaikan pesan kebangkitan keraton-keraton Nusantara untuk menjadi tempat yang terhormat di republik ini," tandasnya.
KABAG HUMAS SETDA KOTA BANDUNG
YAYAN A. BRILLYANA
Sumber : Akun Facebook Novan Saliwa.


Thursday, May 4, 2017

Prenong Angkon Muakhi Dengan Masyarakat Bulok


Lampos edisi Jumat 29 April 2017 dalam rubrik Ruwa Jurai memuat berita tentang aktivitas Buwai Prenong dari Warga Sekala Brak yaitu Angkon Muari dengan masyarakat Bulok Waylima Pringsewu. Mereka ini sudah puluhan tahunmenetap di Kecamatan Suwoh dan Bandar negeri Suwoh. Mereka melaksanakan acara Angkon Muari (angkat saudara) dengan  Keaksian Prenong Kelompok Paksi Pak Sekala Brak.

Sejatinya angkat muari ini adalah sesuatu yang asing lasgi bagi masyarakat adat Paksi Pak Sekala Brak yang terdiri dari (1) Buway Prenong, (2) Nyerupa, (3) Buway Bejalan di Way dan (4) Buwai Nyerupa. Sejak semula kebuayan ini memiliki daerah teritorial yang cukup jelas terdiri atas berapa Mekonan kelompok masyarakat.

Bila ada warga dari Kebuaian yang lain tinggal menetap di wilayah teritorial kebuaian yang lain dalam waktu yang lama dan seperti tak memiliki rencana untuk berpindah tempat tinggal di Kebuaian lainnya, biasanya yang bersangkutan melaksanakan angkon muari dengan Kebuaian setempat, dan bahkan diberikan kedudukan dan gelar keadatan yang terhormat kepada yang bersangkutan, sehingga yang bersangkutan dapat dilibatkan dalam berbagai aktivitas bah mekonan. (komunitas perkampungan) tampa canggung.

Demikian juga dengan angkon muari antara masyarakat komunitas kebuaian Prenong yang juga banyak tinggal di lingkungan komunitas kebuaian yang lain, adalah tak masalah angkon muari denganmasyarakada hal yang juga cukup unik dalam angkon muari ini, bahwa sekalipun telah diberikan gelar dan kedudukan di komunitas tertentu, tetapi jabatan dan gelar keadatan ditempat asal tidaklah harus dilepas, tak menjadihalangan tetap melaksanakan tugasnya dan fungsi keadatan di tempat asal.

Saturday, April 15, 2017

Berharap Banyak Kepada Koperasi Syari'ah 212 Di Lampung



Terbaca berita di koran daerah Radar Lampung edisi Sabtu 15 April 2017 halaman 17 dalam rubrik berita.  Dengan judul berita Bangun Ekonomi Ummat  Koperasi Syari'ah  212  Rambah Lampung. Diberitakan bahwa Koperasi tersebut didirikan oleh Alumni dan simpatisan Aksi 212  Dengan Struktur Penasehat doketuai oleh H. Mukhlis Solihin, Dewan Pembina diketuai oleh H. Ardiansyah. Dewan pPengawas Syari'ah diketuai oleh Ust Nasir Hasan. Ketua Umum Dr.H. Bukhori A. Shomad sedang Pengurus Harian diketuai oleh H.Sutrisno.  Ditambahkan bahwa mengharap partisipasi oleh seluruh ummat Islam  di Lampung,  dan bahkan dimana saja berada tentunya.

Sebagai anggota ummat Islam yang mengidamkan kebangkita ummat Islam utamanya utamanya kebangkitan ekonomi ummat. Sudah menjadi rahasia umum bahwa memang mengalirnya uang di Indonesia dari berbagai pihak, tentu dengan berbagai iming iming kesejahteraan dan sebagainya, tetapi kenyataannya ummat sekarang semakin kejepit dan sulit membangun ekonominya, jangankan untuk membangun, untuk bertahanpun terasa sangat sulit, jangankan untuk mendapatkan pekerjaan yang layak, tidak di PHK oleh perusahaan.

Monday, March 27, 2017

Saksi Ahok Di Demo Di Kampung Halaman "Istri Ahmad Ishomuddin Menangis Suaminya Jadi Saksi Ahok"

 






LAMPUNG Isteri Ahmad Ishomuddin, Shally Widyasavitri mengaku sempat menangis saat suaminya menyampaikan niatnya menjadi saksi meringankan Ahok dalam kasus dugaan menista agama. Awalnya saya sempat menangis dan mem[ertanyakan keputusan suami saya, tetapi suami saya memberikan sejumlah penjelasan kepada saya, hingga akhirnya sayapun memutuskan untuk mendukung kepiutusannya ujar Shally. Keputusan Ahmad Ishomuddin menjadi saksi meringankan Ahok harus dibayar mahal. Rais Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul ulama (PBNU) itu telah dipecat dari kepengurusan Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Selain itu, ratusan massa mendemo Ishomuddin di kampung halamannya di Lampung. Mereka mendesak agar dosen Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Raden Intan Lampung itu dipecat dan dilaporkan ke polisi.
Radar Lampung (Grup Jawa Pos/pojoksatu) melaporkan, ratusan massa berkumpul di Tugu Adipura, Bandarlampung, menyuarakan keberatan atas kehadiran Ishom –sapaan Ahmad Ishomuddin– dalam kapasitasnya sebagai saksi ahli kasus penistaan agama dengan terdakwa Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.Amir Faisal Sanjaya, koordinator lapangan aksi, menjelaskan, Ishom dianggap turut memberi imbas negatif kepada masyarakat Lampung.
Demi menghindari praduga dan prasangka yang lebih buruk lagi, pada aksi itu terlontar sejumlah sikap tuntutan. Tuntutan yang berulang-ulang terdengar dalam orasi adalah agar Ishom diproses secara hukum.“Kami meminta kepada pihak kepolisian, apabila ada unsur pidana dalam urusan Ishomuddin ini, tegakkan hukum yang proporsional,” ujar Amir.
Tuntutan lain, rektor IAIN diminta segera mengambil tindakan atas apa yang telah dilakukan Ishom. Yakni dengan memecatnya dari segala urusan di IAIN Raden Intan. “Selambat-lambatnya 3 x 24 jam dari pernyataan sikap ini. Bila tidak, kami akan menggelar aksi damai mendatangi gedung rektorat IAIN,” tegas Amir.
Sebagai bentuk kritik, dalam aksi tersebut, massa mengumpulkan sejumlah uang receh. Melalui penggalangan koin itu, massa hendak menggambarkan sosok Ishom yang sedang mengemis uang recehan tanpa memandang dampak buruk yang akan muncul.
Terpisah, Radar Lampung kemarin mencoba menemui Ishom di kediamannya di kawasan Wayhalim, Bandarlampung. Suasana rumah itu seolah tidak terjadi apa-apa. Tak ada kerumunan, tidak ada pula penjagaan ketat oleh aparat kepolisian.
Namun, kabar yang beredar, polisi menempatkan anggota berpakaian preman untuk mengawasi rumah yang berada tepat di persimpangan tersebut.Nama Ishom sepertinya tidak begitu dikenal warga setempat. Namun demikian, ada beberapa warga yang mengaku tahu dengan sosok Ishom meski tidak mengenalnya secara dekat.
“Orangnya agak tertutup. Mungkin karena dia jarang berada di rumah. Dan status dia di rumah itu sebatas mengontrak,” ujar warga sekitar yang enggan disebut namanya.Pengakuan kurang dekat dengan warga sekitar datang dari pribadi Ishom. “Warga jarang kenal saya mungkin karena saya sering bertugas ke Jakarta,” jawab Ishom kepada Radar Lampung di teras rumahnya.
Meski terlihat santai, dia mengaku belakangan mendapat sejumlah teror. “Kalau teror mah cukup banyak. Ada yang melalui SMS, ada pula yang melalui Whatsapp. Tetapi tidak sampai melakukan perusakan ke rumah,” katanya. Bahkan, kata dia, siang kemarin sempat ada seorang wanita yang datang ke rumah hanya untuk menghujatnya.
“Dia meminta saya untuk segera bertobat. Tapi saya katakan padanya berhati-hatilah dalam berbicara. Setelah saya jelaskan beberapa hal, dia bisa tenang, lalu pulang,” ujarnya.Menyikapi tuntutan massa, dia mengaku tidak terlalu memusingkannya. “Silakan saja mereka mau berbicara apa. Saya pun siap atas segala konsekuensi. Saya pun mempersilakan perwakilan aksi untuk datang ke rumah. Yang penting jangan anarkis dan berbicara baik-baik,” katanya.

*Repelita Online merupakan wadah untuk menyalurkan ide/gagasan/opini/aspirasi warga. Setiap opini/berita yang terbit di Repelita Online yang merupakan kiriman dari penulis merupakan tanggung jawab dari Penulis.
Join @Repelita Channel on Telegram

Sunday, February 19, 2017

Hubungan PKI dan Tan Malaka



Pemberontakan 1926, Tan Malaka & Pengkhianatan Itu



Ragil Nugroho

Tak perlu risau. Ini versi PKI.
Bagi sebagian orang, Tan Malaka ujud dari legenda kiri. Tokoh revolusioner militan dan misterius. Tapi, bagi Partai Komunis Indonesia (PKI) tak seperti itu. Tan Malaka tak lebih dari seorang pengkhianat.
Apa pangkalnya?
Tanggal 25 Desember 1925, PKI melakukan konferensi di Candi Prambanan. Ini unik, rapat partai komunis dilakukan di lingkungan candi sisa feodal. Mungkin tempat ini yang paling aman. PKI kala itu memang sedang main umpet-umpetan dengan kekuasaan penjajah. Dalam pertemuan, semua anggota Hoofd Bestuur (Komite Sentral) yang ada di Indonesia hadir. Ditambah anggota dari daerah. Hasilnya mengejutkan: PKI akan melakukan pemberontakan bersenjata terhadap kekuasaan Belanda.
Situasi sebelum pemberontakan memang mendidih. Pemogokan buruh terjadi di berbagai lokasi. Di Semarang, Surabaya, Jakarta dan Medan, buruh melumpuhkan pabrik. Sampai Mei 1925, tercatat 65 kali pemogokan dengan melibatkan tiga ribu anggota komunis. Surat kabar revolusiner seperti Api, Merdeka, Proletar, Halilintar, dan Guntur, semakin gencar menyerang pemerintahan. Pun, kaum tani tak ketinggalan.
Setahun bersiap, 12 Nopember 1926 pemberontakan pecah. Ini tercatatat sebagai pemberontakan pertama yang dipimpin oleh sebuah organisasi.
Jalannya pemberontakan cukup mencekam.
Paling awal terjadi di Batavia. Dari Kampung Karet, 200 orang menuju Jakarta Kota. Mereka begitu percaya diri. Massa yang lain muncul dari Mangga Dua. Sementara, serombongan orang dari Tanah Abang berpapasan dengan dua orang reserse Belanda. Terjadi duel. Dua reserse itu mengalami nasib sial: tewas. Rata-rata pemberontak membawa senjata berupa golok, pedang, tombak dan senjata api rampasan. Kantor telepon mereka duduki. Pos polisi diserbu. Sasaran bukan hanya milik pemerintah, tapi juga penguasa feodal. Di Meester-Conerlis, rumah Asisten Wedana diobrak-obrak. Setelah berlangsung dua hari, pemberontakan baru bisa dipadamkan.
Tak hanya di Batavia. Tangerang, Banten, Priangan, Solo, Banyumas, Pekalongan, Kediri dan Sumatra Barat juga terjadi hal serupa. Mereka seolah muncul begitu saja. Massa berbondong-bondong membawa senjata. Tak takut bermuka-muka dengan aparat kolonial.
Memang semuanya bisa dipatahkan. Tapi menghasilkan satu hal: keberanian. Pemberontakan tak pernah sia-sia. Selalu ada pelajaran yang bisa ditimba. Sajak di nisan Aliarcham—tokoh pemberontakan yang gugur di Digul— tepat memberikan lukisan:
Bagi kami kau tak hilang tanpa bekas, tidak
Hari ini tumbuh dari masamu
Tangan kami jang meneruskan
Kerdja agung djuang hidupmu
Kami tantjapkan kata mulia hidup penuh harapan
Suluh dinjalakan dalam malammu
Kami jang meneruskan kepada pelandjut angkatan
Benar: pemberontakan itu akan menjadi bahan bagi para pelanjut angkatan. Takkan hilang tanpa bekas.
Ada beberapa alasan sebagai penyebab kegagalan pemberontakan itu. Di sini satu saja yang disebut: pengkhiatan Tan Malaka. Buku Pemberontakan November 1926 yang ditulis Lembaga Sedjarah PKI, menuliskan: ‘Pengchianatan trotskis Tan Malaka, baik sebelum pemberontakan, selama pemberontakan dan sesudah pemberontakan merupakan faktor jang perlu diungkapkan….’ Ada dua kata kunci di situ: ‘pengchianatan’ dan ‘trotskis.’ Trotskis adalah para pengikut Leon Trotsky, salah satu tokoh revolusioner Rusia.