Tuesday, August 29, 2017

Gamol Pering Untuk Mengangkat Musik Gamol Lampung



Perlu saya klarifikasi bahwa saya tidak memihak salah satu antara apakah itu Cetik atau Gamol, antara Raja Cetim dengan Hasyum K. Gamolan, bagi saya kedua duanya sebuah realita yang pernah muncul. Dan yang paling penting bagi saya adalah bagaimana musik yang tergolong musik perkusi ini bisa berkembang karena sesungguhnya gamol Lampung itu ada di Lampung, yang kesemuanya harus terangkat bukan hanya Musik Perkusi Lampung Barat, karena di daerah lain pun ada, di seantero daerah Lampung tercinta ini, jadi keberadaannya bukan untuk saling mematikan atau meniadakan, tetapi sebaliknya untuk saling mengangkat, yang pada saatnya adalah martabat daerah yang kita junjung. Mengapa gamol Lampung asal Lambar lebih mudah dan praktis dikembangkan. Yaitu adalah karena pelaku seniman musik perkusi Lampung ini hingga sekarang masih hidup dan bahan baku masih tersedia.

Bahan Gamol Pering.

Bahan gampl pering itu ada disekitar kita, karena dia terbuat dari bambu yang bagus, ukuran bagusnya adalah kekukuhan, kepadatan serta keawetanya. dan ada satu lagu yang harus menjadi catatan, bahwa babu yang dijadikan bahan gamol itu adalah bambu yang mati karena tuanya. Bambu bahan gamol adalah bambu yang mati dalam keadaan masih tegak di tempatnya, dan matinya karena unsur ketuaan, bukan mati karena ditebang atau mati karena terserang penyakit atau virus dan lain sebagainya sehingga mengakibatkan kematian seblum mengalami kematangan. Bambu dalam kondisi semacam itu adalah bambu yang tumbuh dalam rumpun yang belum banyak mengalami pemberdayaan sehingga terancam penebahngan yang terburu buru. Bambu semacam itu sejak dahulu memang banyak tumbuh di daerah Lampung Barat.

Ada daerah yang jarang terdapat bambu tuwa karena ditebang dengan berbagai alasan, ada juga daerah yang banyak bambu tuanya tetapi kondisi bambu kurang kuat, padat, tebal dan awet. Ada juga daerah yang ditumbuhi bambu yang baik dan memenuhi persyaratan untuk dibuat sebagai bahan gamol pering, tetapi bambu itu banyak ditebang sebagai bahan membuat bagan oleh nelayan di laut, sehingga bambu bambu itu tidak sempat matio di rumpunnya karena ketuaan, karena belum terlalu tuapun telah ditebang, karena kebutuhan nelayan menggangti bagan mereka yang pada musim musim tertentu terncam dihanyukan oleh ombak yang cukup besar dan deras.

Proses Pembuatan Gamolan Pering.

Tidak ada kesulitan untuk mengetahui bagaimana proses pembuatan gamol Pering Lampung Barat ini, karena masih relatif mudah menemui pengrajin gamol ini. Tetapi walaupun mereka bisa  menjelaskan  bagaimana praktik proses  pembuatan gamolan bahkan mereka terampil memainkan. Karena pengrajin gamol pada umumnya sekaligus sebagai seniman musik gamol di maksud. Tetapi tentu saja pihak peneliti, Harus mereka terlebih dahulu apa adanya, sebagai data awal. Mungkin terjadi perbedaan penggunaan kata atau istilah yang biasa diucapkan oleh para pelaku yang sedang diteliti, hal tersebut dalam rangka mencari data sebanyak mungkin dan selengkap mungkin.

Perlu dicatat selengkap mungkin bagaimana proses  mereka

Proses dan Perkembangan Penggunaan.

Tinjauan Prosepek Pengembangan.

Sunday, August 27, 2017

CETIK DAN GAMOL SERTA TOKOHNYA



Masyarakat Lampung terlebih Lampung Barat merasa bangga dengan semakin dikenal dan senanginya musik perkusi bambu Lampung yang semula dikenal orang sebagai gamol Lampung, lalu muncul kembali dan lebih mempopulerkan nama Cetik, lalu muncul lagi nampak lebih konsepsional karena sudah diuji nilai estetis akademisnya dengan nama gamolan atau gampl Lampong dengan tokoh Hasyim Kan Gamolan. Ada dua tokoh atau yang ditokohkan dalam prihal musik perkusi Lampunh ini ini yaitu Raja Cetik dan Gamol Lampung. Saya sebenarnya tidak tertarik membela dan menidakkan salah satunya. Di mata saya yang awam tentang kesenian dan kepentingan dunia akademis, tetapi ingin saya katakan bahwa dunia akademis itu setelah ada thesa maka akan ada antitesa untuk memnculkan thesa baru. Secara seni bagi saya kita tidak harus seperti itu, karena di mata kami yang awam, alat perkusi yang satu telah melahirkan dua orang tokoh yaitu Mamak Lil sebagai Raja Cetik dan Hasyim Kan Gamolan sebagai tokohnya, dan diterima oleh masyarakat.

Secara pribadi saya belum berani mengaku ngaku memiliki kedekatan dengan keduanya, tetapi saya akan mengaku saya mengenal keduanya, karena keduanya karena keduanya memiliki kepopuleran dan saya jelas memberikan respon terhadap keduanya secara wajar, karena saya pernah ditugaskan oleh kantor sebagai tenaga peneliti kebudayaan, dan juga pernah ditugaskan sebagai vocal point budaya Lampung khususnya  tentang Piil Pesenggiri. Walaupun sebenarnya saya bukan arkeolog, seniman atau semacamnya, latar belakang pendidikan saya adalah Filsafat. Tetapi saya merasa sangat tertolong dalam melaksanakan tugas saya oleh disiplin ilmu yang saya dalami. Banyak teman teman yang sebenarnya diberikan tugas dan kesempatan yang sama tetapi mereka merasa kesulitan menggoreskan berbagai laporannya. Kelebihan saya dibanding mereka hanya soal kecintaan dan respon terhadap apa yang ditugaskan kepada kami itu.

Dalam meneliti budaya Lampung saya sering menempatkan diri sebagai orang luar dari komunitas komunitas yang ada, karena ada kebiasaan pendukung budaya Lampung ini seperti saling berebut sebagai siapa yang paling Lampung diantara mereka sesama orang Lampung. Saya ingin mengetakan seperti itu saja, karena saya sangat mencibtai Lampung. Walaupun tidak sepersis kasus cetik dan gamol. Tetapi sikap pembelaan dalam masalah ini seperti terulang kembali seperti kami sedang aktip meneliti. Itulah pula sebabnya dalam penelitian kami diberi label sebagai kegiatan inventarisasi dan tidak diwajibakan membuat kesimpulan.

Jika ada dua tokoh yang kita kenal dalam perkusi Lampung ini, maka tokoh Raja Cetik lebih memilih diam, apalagi dia merasa bahwa gelar rajanya didapat dari orang lain, yang prosedurnyapun dia tak tahu, apakah sesuao SOP atau tidak, dan bahkan dia tak tahu apakah ada SOP dalam pemberian gelar tak resmi itu, keadaan seperti ini membuat dia tak berdaya bila ingin membela diri, tetapi nampaknya dia tidak memiliki keinginan untuk membela diri. Sebenarnya Mamak Lil adalah pelaku seni perkusi ini, Tentang cara menabuh memang nampaknya dia sangat menonjol se Lampung Barat. Mamak Lil itu seorang seniman perkusi Lampung, jika orang ingin meneliti alat perkusi ini maka Mamak Lil siap menjadi narasumber, mulai dari cara memilih bambu, cara membuat, dan cara menabuhnya, walaupun beliau kurang mahir menterjemahkan irama musik ini secara somisasi, tetapi beliau bisa menunjukkan cara menabuh secara klear sehingga seniman akademik bisa mendapatkan nada solmisasi dari beliau secara sempurna dan utuh. Disamping itu Mamak Lil bisa bercerita banyak tentang lat musik perkusi yang satu ini seorang diri, sehingga beliau tak berkutik ketika digelari Si Raja Cetik.

Berbeda dengan Hasyim Kan Gamolan, beliau nampaknya terdorong untuk berusaha menjelaskan akan kebenaran teorinya di bangku Perguruan Tinggi, karena beliau adalah akademisi yang sebelumnya telah meneliti, menulis dan mempertanggungjawabkan hasil penelitiannya sehingga beliau diperbolehkan menyandang gelar kesarjanaannya. Prestasi yang demikian bagis di dunia seni itu maka sangat pantas bila beliau menjadi tokoh yang sangat populer dalam dunia perkusi Lampung ini. Jelas belum ada duanya. Tetapi kita tak begitu saja mengerti mengapa belaiu sangat alergi mendengar kata Cetik itu. Mungkin nama ini sengaja tak dimasukkan dalam thesis atau disertasinya sehingga pasca pengujian thesis atau disertasinya orang seperti tak boleh lagi menyebut nyebut nama cetik itu.

Karena beliau berusaha membantah setiap ucapan celetukan di WA saya merasa prihatin, saya pernah memiliki nasib yang sama ketika semua tulisan tulisan saya yang memang saya peruntukkan di komunitas yang ada sebagian Provinsi se Indonesia itu. Mereka biasa melontarkan istilah dan respon yang sedianya hanya ingin lucu lucu saja, lalu bila kita tanggapi secara serius maka kita akan kehabisan stamina, karena saya adalah sebagai penulis maka sasaran tembak tentu saja ditujukan kepada saya secara pribadi, akhirnya saya tak inginmelayani mereka, bila memang ada yang tidak sependapat dengan tulisan saya, saya persilakan untuk menulis dan saya menjamin akan dimuat di blog yang sama. Saya ingin menganjurkan Hasyim Kan Gamolan untuk tidak melayani celetukan celetukan itu. Tetapi belakangan justeru saya digolongkan sebagai orang yang mengalami rabun dekat dan gagal paham tentang Cetik dan Gamol ini.

Saya ingin katakan TERSERAH KAMULAH. Saya tak ingin pedulikan ungkapan yang cuma celetukan,  bagi saya yang penting musik perkusi Lampung mendapat kemajuan, saya jadi segan untuk menggunakan kata cetik atau gamol,  khawatir  ada yang kurang berkenan.




Friday, August 25, 2017

INGIN MENGABDI UNTUK PEMBINAAN BAHASA LAMPUNG

MENAWARKAN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA LAMPUNG

Secara tidak terencana saya jumpa kembali dengan seorang sahabat yang sudah belasan tahun lalu tak jumpa, sebanarnya kami berada pada komunitas tertentu, yang dalam komunitas itu saya sering diminta untuk maju memberikan pencrahan dan motivasi untuk kemajuan dan perkembangan komunitas itu mestinya. Tetapi dia mengatakan bahwa sekalipun  sudah lama tak jumpa tetapi sejatinya dia merasa dekat karena sejak dahulu dia selalu mengikuti tulisan tulisan yang saya publikasikan melalui blog, dia menjadi senang katanya membaca blog itu karena bernuansa berbeda dengan tulisan tulisan lain yang ditampilkan oleh beberapa dari komunitas kami itu.

Seperti biasa pembicaraan ke Barat - Timur, hingga suatu tahap pembicaraan kami bicara tentang apa yang saya perbuat di hari hari tua, Saya katakan bahwa selain tetap mengelola beberapa blog, khususnya blog tentang komunitas kami saya ceritakan contoh yaoutube yang saya buat terkait beberapa hal, dan yang terakhir saya juga menceritakan ketertarikan saya untuk membuat cuplikan lagu sebagai sekedar bahan komunikasi antar sesama keluarga terutama yang telah jauh dan lama merantau dan anak anaknya mulai jarang mendengar bahasa Lampung. Baru baru beberapa lagu yang saya buatkan videonya, dan berniat untuk meningkatkan kualitas pembuatan video dan yaoutube agar nampak lebih provesional, karena banyak karya saya yang nampak indah di layar HP, tetapi ternyata beranbtakan di layar TV,

Perangkat Media Pembelajaran Bahasa Lampung.

Pembicaraan semakin seru karena dia ternyata sebelumnya telah mempersiapkan perangkat media pembelajaran bahasa Lampung, yang sesungguhnya telah dia tekuni sejak lama, dia ingin pembelajaran bahasa Lampung diajarkan dengan menggunakan media yang modern untuk percepatan dalam proses pembelajaran. Walaupun dia bukan asli Lampung tetapi dia tertarik dengan bahasa Lampung dan ingin berpartisipasi dalam pengembangan pembelajaran bahasa Lampungdi tingkat dasar dan menengah dan juga bisa diajarkan bagi mahasasiwa yang dipersiapkan untuk menjadi guru Bahasa Lampung.

Yang sudah terbilang selesai adalah penyusunan perangkat media pembelajaran, langkah berikutnya adalah materi atau bahan ajarnya. bersama perekaman suara, ini baru tergarap sebagian. Materi, bahan ajar dan suara tentu dilaksanakan  kemudian untuk disesuaikannya dengan kurikulum dan silabus yang berlaku. Baru kemudian diajarkan kepada para guru atau mahasiswa jusan bahasa Lampung  untuk bagaimana mempraktekkan pembelajaran yang menggunakan prangkat pembelajaran ini.

Dengan menggunakan srana ini maka guru bisa dengan cepat melaksanakan proses pembelajaran  dengan hasil yang cepat serta daya serap yang lebih banyak. Sehingga pembelajaran bahasa Lampung akan menghasilkan anak anak yang semula tidak pandai bercakap cakap dengan bahasa Lampung menjadi memiliki kemampuan bercakap cakap dengan bahasa Lampunh, bukan hanya sejkedar belajar aksara Lampung, selain aksara Lampung, juga yang lebih penting adalah bahasa Lampung. Perangkat ini bisa digunakanuntuk dialek A dan juga tersedia untuk dialek O. Tentu masing masing daerah akan memilih manayang mayoritas dan mana yang pengajarnya siap. Karena perangkat ini bukan sebatas belajar aksara, terapi juga bahasa.

Inspirasi Gagasan Pembelajaran Modern.

Mengingat bahwa masyarakat Lampung penutur bahasa Lampung bukanlah mayoritas di Lampung, artinya bahwa sebagian besar siswa yang ada di kota bukan pemakai bahasa Lampung, maka pembelajaran bahasa Lampung harus dibantu dengan prangkat  Pembelajaran bahasa Jawa di Jawa saja masih menggunakan perangkat media pembelajaran, agar proses belajar mengajar berlangsung secara efektif efissien. Dalam pembelajaran kita harus menargetkan daya serap siswa setinggi tingginya, dan menjadi ingatan yang sesetiya setiyanya. Dan dengan alat ukur yang sangat mudah dan nyata.

Dan dengan penggunaan media pembelajaran itu maka menargetkan pembelajaran bahasa Lampung hingga mengerti dan terampil berbahasa Lampung adalah sangat logis. Pilihan daerah pulau Jawa menjadi incaran pertimbangan karena di Jawa segalanya relatif terselenggara dengan baik. Dari suvey yang diselenggarakan maka perlu disampaikan bahwa perangkat pembelajaran dengan menngunakan teknologi ini menjadi pilihan.

Pertimbangan Strategis.

Bahasa Lampung adalah salah satu bahasa Ibu yang mulai terancam hilang, karena penutur bahasa Lampung semakin sedikit, juga belum diketemukan metaode dan cara pembelajaran yang benar benar modern. Pada saat ini baru muncul Kamus Bahasa Lampung, Jelas itu saja belum cukup. Dibutuhkan perangkat media pembelajaran bahsa Lampung yang canggih. Cara menulis, cara membaca dan suara dapat ditampilkan dalam media ini. Bukan hanya putra putri orang Lampung saja yang bisa belajar dengan alat ini, tetapi siapapun bisa mengikutinya, dan bisa memahami serta terampil berbahasa.

Dengan keterampilan berbahasa Lampung maka nilai nilai budaya Lampung dapat kita pelajarai dan selanjutnya bisa dipertahankan. Yang manakala perangkat ini bisa kita manfaatkan dan digunakan secara maksimal maka pembelajaran bahasa Lampung mendatang bukan hanya sebatas dapat menggunakan aksara Lampung sepatah sepatah, melainkan kita dapat memprogramkan sesuatu yang lebih nyata dalam upaya memperthankan sebuah nilai bilai, yaitu nilai nilai budaya Lampung.

Dengan tergalinya nilai nilai budaya Lampung, maka kita akan memungkinkan menggali potensi daerah dan lingkungan Lampung untuk mengupayakan kesejahteraan masyarakat Lampung, karena kita sangat memungkinkan membangun Lampung dengan tidak mencerabut dari budaya Lampung. Karena budaya Lampung adalah sesuatu yang harus kita pertehankan, kita gali dan kita kembangkan. Kemampuan berbahasa Lampung yang baiuk adalah merupakan langkah awal menuju itu semua.

ANTARA CETIK DAN GAMOL TIDAK SALING MEMATIKAN

Pulang agak malam sekita pukul 12.18 malan saya sempatkan membuka WA sekedar referesing, astaga saya temukan postingan yang membicarakan sesatu yang menurut saya tak terlalu mendesak di dibicarakan dan apalagi diperdebatkan, pertama karena tak akan selesai dengan berdiskusi di WA. kedua tak akan selesai diskusi tampa moderator seperti itu dan ketiga ini tak mendesak untuk dibahas. Memang bagi saya yang awam masalah kebudayaan ini mungkin tak terlalu sensitif. Tetapi seingat saya para akademisi juga sangat menyukai manakala ada suatu perbedaan panjang, yang akan selalu menark dibahas. Yang meributkan sesuatu perbedaan adalah dunia dagang, dunia bisnis, mereka seringkali sensitif dalam membahas sesuatu yang terkait merk daganmg mereka.

Pernah saya bertamu di ruang kerja seorang Profesor Zakiyah Daradjat, entah apa awal mulanya sehingga pembicaraan meluas sampai ke kegelisahan hatinya mengingat ada beberapa bagian dari tulisannya yang dianggapnya kurang tepat, dan beliau berminat ingin memperbaikinya, Karena buku tersebut menjadi bacaan wajib bagi mahasiswa di beberapa perguruan tinggi.  Hal itu disampaikan kepada penrbit. Di luar dugaannya penerbit ternyata menolak, karena buku tersebut telah mengalami beberapa kali cetak ulang. Bila ibu ingin membantah tulisan itu silakan tulis buku baru, dan kami berjanji akan menerbitkannya.

Keahlian Prof. Zakiyah Daradjat sangat terkenal, tetapi tidak semudahj itu Ia boleh menidakkan sesuatui yang pernah ditulisnya sendiri. Tulisan itu adalah sesuatu yang membanggakan pagi pernerbit. Kalaupun telah muncul keyakinan, pendapat ataupun gagasan lain, maka itu dianggap adalah sesuatu yang berdiri sendiri. Tetapi kekeliruan itu ingin diabadikan dalam dunia akademik. Artinya hal hal yang jelas jelas salahpuin dalam dunia akademik sedapat mungkin akan mereka pertahan catatan akan keberadaannya.

Demikianpun antara Gamol dan Cetik yang memang merupakan realita, realitanya ada yang menyebut gamol dan ada yang menyebutnya cetik itu adalah suatu kekayaan belaka. Jelas gamol dan cetik adalah sesuatu yang sempat atau masih dituturkan oleh para pendukung alat instrumen seni perkusi asal Lampung itu. Terlepas dari Hasim Gamol tidak menyebutkan nama Cetik melainkan gamol, maka kami kami yang terbilang awam ini tidaklah merasa mendesak untuk membicarakannya, jika pembicaraan dimaksudkan untuk saling menidakkan.

Cetik Itu Ada.

Mungkin sikap kami sama dengan percetakan yang saya ceritakan di atas, kalaupun Prof. Berubah pikiran terhadap suatu teori maka dipersilakan Profesor menulis sebuah buku lagi khusus membantah teori yang pernah dilontarkannya sebelumnya. Jika terhadap tulisan sendiri saja seseorang diharuskan menulis buku kembali tetapi tetap mengakui adanya buku pertama. Kalaupun Hasyim Gamol ingin memakai nama Gamol bagi instrumen perkusi asal Lampung itu tidak masalah, tetapi bukan berarti bahwa yang menyebutnya Cetik tidak ada, orang yang menyebut ctik ada. Perkara adanya sejak kapan, itu sesuatu yang lain.Jika dalam tulisan atau Thesis Hasyim Gamolan menyebut Gamol Lampung, bukan berarti menidakkan Cetik. Karena realita penyebut cetik itu memang pernah ada.  Tetapi yang saya tahu sewaktu kecil adalah hanya gamol.

Saya lahir di Desa Pagelaran,  Ayah asal Pekon Awi Kebuayan Perenong, sedang Ibu asal Kembahang Kebuayan Buay Bejalan Di Way. Sebagai pewaris komunitas Kerajaan Sekala Brak. Samar samar dalam ingatan saya orang menabuh Gamol Lampung, tetapi setelah saya sedikit besar gamol itu tak lagi berbunyi karena penabuhnyapun telah tiada. Yang tersisa adalah syair lagunya yang berbunyi :

nak ni nak ni nak ni Kung
gamolan haji Kusai
wat mulli jak Gedung
Yaddo tamong ni Roai

Saya menjadi sangat terkesan karena Roai yang nama lengkapnya Roaini itu salah satu teman kecil saya, dan Tamongnya yang disebut dari Gedung itu adalah Ina Lunik Mari'ah dengan demikian maka gamol Lampung itu setia dalam ingatan saya, sesetianya ingatan terhadap teman kecil, dan nada lagu itu seingat saya adalah juga nada gamol Lampung yang ada dalam ingatan saya.

Pada suatu saat saya sangat bergembira mendengar kabar bahwa gamol Lampung akan digalakkan lagi melalui sekolah sekolah. Pihak Pemerintah berkenan ikut memfasilitasi dilatihkannya Gamol Asal Lampung Barat itu di di sekolah sekolah pada saat itu adalah baru pertama kali saya mengenal istilah cetik.  Dari kegiatan itu maka muncullah tokoh si Raja Cetik. Gembira rasanya gamol yang sempat melekat diingatan sejak kecil itu muncul lagi, sekalipun namanya Cetik, tetapi dalam otak saya cetik adalah Gamol, dan gamol adalah cetik.

Perkara Nama.

Sikap pribadi saya adalah sama sekali tidak mendukung sikap yang harus mengambil kesimpulan ceti atau gamol secara mematikan, saling menidakkan. Adalah kenyataan bahwa ada masanya orang menyebutnya sebagai gamol, ada pula masanya orang menyebutnya sebagai cetik. Hanya saja memang perlu penelusurat sejak kapan orang menyebut gamol ini cetik. Adakan penelitian terlebih dahulu, toh sampel penelitian sangat jelas dan sangat terbatas. Istilah gamol sangat mudah dipahami karena nama itu tersebar diberbagai wilayah di Indonesia, tetapi istilah cetik, dari kata apa, dan apa pula pengertiannya.

Saya serasa ingin tertawa sendiri, karena orang tua saya berasal dari Pekon Awi, memang di komunitas Peminggir  Sukaratu Pagelaran, sama halnya di Sukabanjar, Pardasuka, Kedondong, Cukuhbalak dan beberapa daerah lain itu Awi itu artinya bambu, tetapi bagi daerah lain Awi itu tabu menyebutnya. Kata pihak percetakan buku yang sudah beberapakali dicetak ulang itu tak perlu diperbaiki dan ditarik dari peredaran, silakan saja menulos buku baru dan dijamin akan diterbitkan, karena ini catatan sejarah.

Memang tak perlu pula kita menghioalngkan kata Cetik, hatta di daerah lain nama cetik itu adalah nama yang buruk di Bali. Maka harus ditelioti terlebih dahulu secara metodologis,siapa awal mula pemakaio nama cetik itu, jika memang nama cetik itu adalah pemberian orang Bali maka memang harus dipertanyakan maksud pemebrian nama itu. Tetapi manakala pemakai sendiri yang memberikan nama itu maka perlu dicatat kisah pemberian nama cetik, cetik berasal dari kata apa, arti katanya apa, arti dalam istilah juga apa, Siapa yang menyebutnya pertama dan siapa pula yang mengikutinya, mengembangkannya atau menyebarkannya, dalam kontek apa.

Manakala sudah ada hasil penelitiannya, bolehlah kita berkumpul bersama untuk membicarakannya, boleh juga kita tampilkan makalah pembanding atau dan sebagainya. Itupun masih tergantung ada atau tidaknya pihak yang memfasilitasi itu semua.

Akhirul Kalam.

Pada saat ini yang sebenarnya kita harapkan adalah bahwa instrumen perkusi khas Lampung itu bisa diopertahankan dan dikembangkan. Dipertahankan artinya semakin banyak orang yang mau menerima kehadirannya dan bahkan mau belajar menabuhnya dan mengembangkannya artinya menciptakan nada nada tabuhnya, bila perlu mengarangkan lagu lagu yang sangat mungkin bisa diiringi oleh instrumen yang hanya memiliki nada nada yang terbatas ini.

Tetapi tentu saja bila ingin mengarangkan lagu dan syair untuk konsumsi gamolan atau cetik ini harus yang terkait dengan tanah atau wilayah Lampung, terkait atas aktivitas masyarakat adat Lampung, terkait adat istiadat Lampung dan semacamnya. Atau dengan kreasi baru, jika akan mengembangkan kreasi baru maka jangan lupa agar kreasi itu tidak keluar dari karakter dan filosofi masyarakat Lampung sehingga tak terlepas dari nilai nilai yang selama ini dijunjung oleh masyarakat Lampung. Terima kasih.

Friday, August 18, 2017

Upacara Suksesi Tradisional "Anjau Marga" Putih Doh-Cukuh Balak 1994/19...

Jangan Sampai Kita Ciptakan Budaya Daur Ulang.

FACHRUDDIN.

Masuknya budaya Eropa ke Indonesia sama sekali tampa filter yang berarti dari Pemerintah, dan memang nampaknya suatu saat harus kita bayar mahal, selain  kita akan kehilangan identitas, dan justeru diharuskan mencari identitas baru. Dan hampir dapat dipastikan identitas baru itu hanyalah merupakan budaya daur ulang. Budaya daur ulang itu sangat memungkinkan karena kono kabarnya banyak UU kita yang hanya kopi paste dari UU milik negara yang doianggap lebih maju, atau justeru kepentingan negera maju tersebut. Maka harus kita antisipasi keterpaksaan kita untuk memiliki budaya daur ulang tersebut.

Secara pribadi saya mensyukuri munculnya lembaga pseudo lembaga adat, agar bisa mewakili lembaga adat yang ada dalam berkomunikasi dengan Pemerintah. peran ini sangat memungkinkan manakala lembaga itu bisa ditempati wakil wakil dari lembaga adat yang ada, digabung dengan sejumlah intelektual daerah dan pejabat atau mantan pejabat Pemerintah agar juga serba sedikit akan mengetahui seluk beluk keuangan, karena peran lembaga ini tentu tidak akan terlepas dari peran pengelolaan atau penggunaan keuangan, dalam membangun budaya secara keseluruhan.

Tetapi memang agak menghawatirkan kartena tampilan awal lembaga pseudo lembaga adat seperti, seolah akan menggantikan peran fungsi lembaga adat. Hal itu tak mungkin akan gerjadi, bahkan  manakala akan dipaksakan, maka lembaga itu tak akan lebih hanya berperan sebagai lembaga pemborosan belaka, yang praktiknya adalah menghabiskan anggaran, sementara kemanfaatannya bagi komunitas adat.

Yang paling tepat lembaga pseudo lembaga adat bentukan Pemerintah itu memerankan diri sebagai forum komunikasi dari lembaga adat yang ada, yang tugasnya memberdayakan lembaga adat yang ada, dan menguoayakan dana yang difasilitasi Pemerintah untuk membentuk lembaga adat yang mandiri.

Adalah merupakan keharusan lembaga adat harus berkembang, dan saling mempengaruhi dengan nilai nilai budaya lain daerah melalui kontak jontak budaya, tetapi segala sesuatunya harus berjalan secara alami, jang sampai terjadi yang satu mendominasi yang lain. Itulah sebaganya lembaga pseudo adat bentukan Pemerintah itu juga harus dilengkapi dengan personal intelektual dari masing masing kelompok adat. Karena sesungguhnya perubahan perubahan yang harus dilakukan oleh kelompok komunitas adat itu tidak terlepas dari peran intelektual masing masing pihak komunitas tersebut.

Manakala itu berlangsung secara alami, maka tidak ada keharusan kita untuk menciptakan budaya daur ulang. Tetapi manakala ada terjadi kopy paste peraturan atau perundang undangan dariluar dengan latar belakang budaya yang berbedan dan bahkan bertentangan, maka berarti dengan demikian akan terjadi budaya gaur ulang produk bangsa lain. Itulah sebabnya kehadiran intelektual di masing komunitas adat itu mutlak dibutuhkan, karena akan ikut membantu proses perkembangan dan perubahan kebudayaan. yang alami.

Wednesday, August 16, 2017

PERTAHANKAN EKSISTENSI KERATUAN MENANGSI



Keratuan Menangsi adalah salah satu Keratuan yaitu komunitas adat  yang sejatinya  dahulu memiliki pasukan perajurit yang tangguh. Sekalipun sempat berpindah dari satu wilayah ke Wilayah lain untuk mencari wilayah yang lebih kondusif namun tetap berhasil menjaga komunikasi dengan garis silsilah yang mereka miliki. guna mempertahankan keabadian sejarah dalam mempertahankan filosofi hidup yang mereka yakini akan mampu menghantar anak keturunan mereka mencarapai tarap kehidupan yang membahagiakan.

Kemam;uan Keratuan ini membina hubungan dengan Kerajaan Banten adalah ukuran ketinggian peradaban yang telah mereka capai, Perjanjian  Kuripan  yang diabadikan dalam sebuah dalung yang dikenal dengan nama Dalung Kuripan adalah tahapan yang sangat dihargai dalam sejarah yang juga dicatat oleh Belanda.

Merajut kembali warga Menangsi yang terserak di beberapa tempat, serta merapatkan kembali dengan para pihak yang diyakini dan tercatat sebagai memiliki garis kekerabatan atau dengan pihak yang memiliki kesamaan dalam berbagai hal yang terhimpun dalam rumpun sebagai Marga Saibatin. Mempertautkan kembali yang sejatinya memang bertautan adalah langkah positif. dalam rangka mempertahankan dan mempertegas identitas

Himpun kembali sejumlah data tutur yang selama ini hanya disiarkan melalui penuturan para tetaua Marga.

Wednesday, August 9, 2017

LGBT DI UNILA .... ?



Terusik kegembiraan kita dengan diresmikannya Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Raden  Intan Lampung menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung karena berita sebelumnya yang tersebar adalah munculnya berita tentang berkembangnya komunitas LGBT di kalangan mahasiswa Universitas Lampung, sebagai Universitas Kebanggaan Daerah Lampung. Karena jelas jelas kehadiran mereka adalah karena penyakit dan akan mendatangkan penyakit yang akan sangat merugikan daerah bahkan Bangsa  dan itu semua sangat terkutuk dalam pandangan agama. Karena bila di lingkungan mahasiswa  Unila bisa berkembang, maka tidak tertutup akan berkembang  pada mahasiswa lainya di Universitas dan PT lainnya di Lampung. Ditinjau dari segi kebudayaan maka akan menghancurkan budaya kita.

Berdasarkan apa yang disampaikan oleh ahli psikologie dan psikiater bahwa LGBT itu adalah merupakan gangguan mental, yang bisa disebabkan beberapa hal, karena meruapakan gangguan mental psikologi maka sejatinya LGBT itu adalah penyakit bukan fitrah dari Tuhan. Dan yang paling penting mental seperti itu adalah bisa disembuhkan, manakala memiliki usaha usaha untuk mencapai kesembuhan, maka para ahli mengatakan mereka masih memiliki harapan untuk sembuh. Dan jumlah mereka yang telah disembuhkan sudah sangat banyak. Merekas hanya mengalami nasib sial saja terprosok di jalan yang salah, maka tugas kita bersama mereka untuk menyembuhkan mereka.

Karena ini merupakan pemyakit jiwa maka biasanya yang bersangkutan sama sekali tidak merasa sakit, justeru apa yang dilakukan itu adalah waras dan sehat, justeru yang tak sependapat akan mereka katakan sebagai seseorang yang sakit. Yang lebih berbahaya lagi ada pihak yang mengatakan LGBT itu merupakan takdir, mereka telah dikodratkan seperti itu, sehingga mengahalangi halangi mereka untuk bersikap seperti itu akan sama halnya dengan menentang kodrat. Pendapat seperti itu jelas keliru besar, pendapat yang sesat dan sekaligus juga menyesatkan.

Karena mereka sedang sakit dan tak menyadari akan sakitnya, dan bukan merupakan takdir atau kodrat dari Allah. Maka LGBT tentunya bukan hak azazi manusia.  Dan adalah tugas kita yang sehat menyelematkan atau menyembuhkan mereka yang sedang mengalami sakit. Kita hilangkan penyakitnya dan kita luruyskan jalannya agar tak lagi mengalami sakit yang sama. Apalagi hal ini akan mengakibatkan kerusakan kerusakan nilai dan budaya luhur bangsa. Menyembuhkan mereka adalah keniscayaan, bukan intoleran, bukan pelanggaran HAM, tetapi sekali lagi kewajiban.

Ternyata keliru mengkelompokkan kelompok LGBT sebagai pilihan, tak ada pilihan untuk sakit, dan bukan pula Hak Azazi karena sakit mereka bisa menular ke orang lain. Adalah sesat menurut agama bilaikut ikut melestarikan dan mengembangkan penyakit terkutuk ini karena benar benar akan membahayakan ummat. Tak ada pilihan lain, Brantas Penyakitnya, Selamatkan Orangnya.