Tuesday, May 16, 2017

KERAJAAN LAMPUNG TERWAKILI DALAM AAC 2017.


Oleh Fachruddin
Novan Saliwa dalam acun facebooknya menuliskan khabar bahwa dalam rangka peringatan Konfrensi Asia Afrika tahun 2017 Pewaris Kerajaan Sekala Brak mendapat kehormatan diundang oleh Panitua Penyelenggara dan juga tampil dalam Asian African Carnival bersama sama dengan dengan pewaris berbagai Kerajaan Nusantara lainnya. Tentu saja keberadaan Wakil dari Lampung itu sesuatu yang pantas di syukuri, karena sekaligus mewakili Lampung sebagai pernyataan bahwa  Lampung sejak dahulukala tercatat sebagai komunitas yang beradab. Memiliki aturan, dan ketaraturan dalam mencapai tujuan bersama, sekalipun dalambentuk kerajaan, tentu dengan segala kelemahan dan kekuranannya.

Bersama sejunlah Kerajaan Nusantara yang terwarisi Kerajaan Sekala Brak ikut hadir bersama kekayaan bangsa Indonesia itu. Tidak semua daerah memiliki kemampuan untuk mengirimkan utusannya. Dan itu tentu merupakan kelebihan dan keistimewaan bagi daerah Lampung, di mata daerah lain. Walaupun di Lampung sendiri masih banyak yang belum mengenal siapa itu pewaris Kerajaan Sekala Brak.

Bagi mereka yang tidak itu wajar, lewat pemberitahuan merka akan tahu juga, tetapi mereka yang tidak suka itu akan membutuhkan proses yang panjang untuk tahu, karena harus merubah sikap terlebih dahulu. Kerajaan Sekala Brak tidak sebesar kerajaan Tulangbawang. Tetapi sayang kerajaan Tulangbawang tidak mampu bertahan. Sejatinya banyak juga kerajaan lain di Lampung ini sepadan dengan Sekala Brak, tetapi karena sesuatu dan lain hal mereka mendapatkan kesulitan untuk mempertahankan eksistensinya.

Yang paling istimewa barangkali pewaris kerajaan Sekala Brak ini, yang keberadaannya dipastikan naik turun, tetspi komunitas pewaris sangat kompak, mereka masih menjaga komunikasi dengan baik hingga saat ini. Bukan tidak pernah terjadi pro dan kontra antar sesama mereka,  namun demikian mereka tidak sampai saling menidakkan. Selama ini budaya tutur dinternal sangat dipelihara, kedudukan seseorang dalam keluarga ataupun dalam komunitas lebih luas mereka hargai dan mereka jaga.

Lalu apa manfaatnya mempertahankan itu semua, toh zaman sudah berganti. Manfaatnya adalah dalam rangka mempertahankan kearifan tradisional. Pada saat ini kemiskinan pengetahuan dan pemahaman masyarakat akan kearifan tradissional mulai melemah. dalam waktu bersamaan masuklah nilai nilai budaya luar yang bersembunyi dibalik demokrasi, padahal intinya adalah feodalisme dan kapitalisme yang sangat mengerikan, yang akan mengancam keberadaan kita semua, keberadaan niliai luhur yang selama ini mengawal keberadaan kita.

DELEGASI KERATON MERIAHKAN AAC



Foto Novan Saliwa.

Foto : Sultan Edward Syah Pernong dipayungi bersama Sultan Kasepuhan Cirebon dan Walikota Bandung Ridwan Kamil.

ASIAN AFRICAN CARNIVAL (AAC) 2017

Perhelatan Asian African Carnival (AAC) 2017 berlangsung meriah. Tahun ini, puluhan delegasi dari keraton-keraton se-Nusantara hadir menyemarakkan acara yang digelar ketigakalinya itu. Sabtu (13/5/2017), para sultan/raja se-Nusantara menjadi saksi peringatan 62 tahun Konferensi Asia Afrika.
Setiap sultan yang hadir membawa satu kontingen perwakilan kerajaan. Kerajaan Gowa, misalnya, membawa serta pasukan angkatan darat dan angkatan laut kerajaannya. Hal itu menunjukkan bahwa sejak dahulu, Gowa telah menjadi kerajaan maritim yang tangguh.
Demikian pula dengan Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak, Kepaksian Pernong Lampung yang juga membawa pasukan pengamanan Raja. Pasukan tersebut terdiri dari seratusan pendekar yang telah turun-temurun mengabdi kepada raja.
Lain halnya dengan kontingen dari Sleman, Yogyakarta, dan Surakarta yang lebih mempertunjukkan produk budaya. Dari Sleman, kontingen menampilkan kostum wayang kulit raksasa lengkap dengan seperangkat gamelan yang dibawa menggunakan rak beroda yang dimodifikasi. Sementara Yogyakarta dan Surakarta memperlihatkan pakaian khas daerah.
Kontingen yang unik adalah dari Kerajaan Bau Bau yang menampilkan kostum parade raksasa yang rumit dan kreatif. Selain oleh orang dewasa, kostum juga dibawakan oleh remaja dan anak-anak.
Tak ketinggalan, ada pula perwakilan dari mancanegara. India tampil membawakan musik dan tarian khas India yang dinamis dan menghentak-hentak. Warga pun ikut menari bersama mereka. Korea Selatan juga menampilkan musik dan pakaian tradisional.
Selain itu, kontingen ekspatriat dari mancanegara juga turut berpartisipasi, seperti dari Inggris, Mesir, Mexico, Afrika Jepang, Tiongkok, dan masih banyak lagi. Siang hari itu, warga Bandung disuguhi dengan nuansa Nusantara dan mancanegara yang kental.
Wali Kota Bandung M. Ridwan Kamil yang hadir membuka acara mengatakan bahwa perhelatan hari ini merupakan peringatan atas 62 tahun inspirasi yang dicetuskan melalui Konferensi Asia Afrika. Inspirasi tersebut lantas membawa ratusan negara menuju kemerdekaan dari kolonialisme.
"Konferensi Asia Afrika membawa semangat anti penjajahan, membawa semangat anti kolonialisme. Di Gedung Merdeka lahirlah semangat melawan penjajahan," katanya.
Melalui acara itu, Ridwan juga ingin menunjukkan keberagaman bangsa Indonesia dengan hadirnya para sultan/raja dari keraton-keraton se-Nusantara.
"Dari Kota Bandung kita sampaikan pesan semangat kebangkitan dan persatuan Indonesia. Kita sampaikan pesan kebangkitan keraton-keraton Nusantara untuk menjadi tempat yang terhormat di republik ini," tandasnya.
KABAG HUMAS SETDA KOTA BANDUNG
YAYAN A. BRILLYANA
Sumber : Akun Facebook Novan Saliwa.


Thursday, May 4, 2017

Prenong Angkon Muakhi Dengan Masyarakat Bulok


Lampos edisi Jumat 29 April 2017 dalam rubrik Ruwa Jurai memuat berita tentang aktivitas Buwai Prenong dari Warga Sekala Brak yaitu Angkon Muari dengan masyarakat Bulok Waylima Pringsewu. Mereka ini sudah puluhan tahunmenetap di Kecamatan Suwoh dan Bandar negeri Suwoh. Mereka melaksanakan acara Angkon Muari (angkat saudara) dengan  Keaksian Prenong Kelompok Paksi Pak Sekala Brak.

Sejatinya angkat muari ini adalah sesuatu yang asing lasgi bagi masyarakat adat Paksi Pak Sekala Brak yang terdiri dari (1) Buway Prenong, (2) Nyerupa, (3) Buway Bejalan di Way dan (4) Buwai Nyerupa. Sejak semula kebuayan ini memiliki daerah teritorial yang cukup jelas terdiri atas berapa Mekonan kelompok masyarakat.

Bila ada warga dari Kebuaian yang lain tinggal menetap di wilayah teritorial kebuaian yang lain dalam waktu yang lama dan seperti tak memiliki rencana untuk berpindah tempat tinggal di Kebuaian lainnya, biasanya yang bersangkutan melaksanakan angkon muari dengan Kebuaian setempat, dan bahkan diberikan kedudukan dan gelar keadatan yang terhormat kepada yang bersangkutan, sehingga yang bersangkutan dapat dilibatkan dalam berbagai aktivitas bah mekonan. (komunitas perkampungan) tampa canggung.

Demikian juga dengan angkon muari antara masyarakat komunitas kebuaian Prenong yang juga banyak tinggal di lingkungan komunitas kebuaian yang lain, adalah tak masalah angkon muari denganmasyarakada hal yang juga cukup unik dalam angkon muari ini, bahwa sekalipun telah diberikan gelar dan kedudukan di komunitas tertentu, tetapi jabatan dan gelar keadatan ditempat asal tidaklah harus dilepas, tak menjadihalangan tetap melaksanakan tugasnya dan fungsi keadatan di tempat asal.