Saturday, June 9, 2012

WALIKOTA BEKERJA UNTUK WARGA, BUKAN UNTUK MEN-KLH





Rasa kesal warga Bandar Lampung atas putusan Kementerian KLH terkait penghargaan Adipura yang diberikan kepada Kabupaten dan Kota se Indonesia, yang kita tahu bahwa Bandar Lampung mendapatkan predikat terkotor kedua Tingkat Nasional menjadi menarik untuk disimak. Karena dalam waktu yang bersamaan warga juga berterima kasih kepada Waliko Bandar Lampung yang telah memperioritaskan kebersihan dan penataan kota Bandar lampung, sehingga sangat dirasakan adanya peningkatan kenyamanan, walaupun di sana sini masih dapat ditingkatkan lagi.

Rasa kesal ini ternyata bukanlah berdasarkan emosi sempit belaka, karena bila kita perbandingkan dengan berbagai kota lainnya yang juga tidak mendapatkan penghargaan terbaik, maka kota bandar lampung sebenarnya masih sanggup mengunggulinya. Masyarakatpun menjadi bertanya tanya sebenarnya apa gerangan kreteria yang digunakan untuk memfonis Bandar Lampung sebagai kota terkotor itu.

Masih lekat diingatan kita pada masa Orde Baru dahulu untuk mendapatkan prediket terhormat demikian banyaknya Buapti dan Walikota yang berhasil membuat wi;layahnya menyandang kota terbersih itu, tetapi dengan menempuh pendekatan khusus kepada tim penilai. Semoga kita semua tidak melupakan bahwa hingga saat ini seorang mantan Kepala daerah masih mendekam dipenjara karena ketahuan dia telah menyuap tim penilai penilai Adpura dalam keberhasilannya memenangkan lomba itu. Sepertinya warga belum yakin panitia penilai telah meninggalkan praktik suap menyuap dalam menetapkan kemenangan lomba kebersihan kota ini.

Tetapi yang jelas bahwa merlombakan kebersihan pada Kota dan Kabupaten tentu saja maksudnya adalah untuk mendorong agar masing masing Kota dan kabupaten berusaha untuk membangun keindahan masinmg masing Kota dan Kabupaten. gelar terhormat memang poantas untuk diberikan kepada Kota terbersih, tetapi sebaliknya untuk apa memvonis kota terkotor. Haruskah gelar kota terkotor itu dilekatkan kepada kota yang gagal meraih penghargaan adipura. haruskah kota yang gagal mencapai gelar terhormat itu dihukum dengan gelar terburuk.

Sebaiknya panitia juga mensosialisasikan tentang aspek penilaian terhadap lomba ini, agar Pemerintah setempat dapat merumuskan program agar mencapai gelar terbaik. Selain itu masyarakat juga dapat berpartisipasi. Lo,ba ini akan dinilai berhasil manakala panitia penilai justeru akan kesulitan menentukan juara lantaran semua kota kenyataannya adalah baik dan indah, dibanding berusaha memukulkan palu godam sebagai vonis terburuk. Atau buatkan kreteria yang luas, karena dari kota yang gagal mencapai penghargaan adipura, tetapi sesungguhnya pantas untuk mendapatkan gelar terhormat lainnya.

Seperti pesan Rasulullah SAW dalam sebuah hadist, "Hendaknya janganlah cepat cepat menelan sesuatu yang dirasakan manis, dan memuntahkan sesuatu yang dirasakan pahit, siapa tahu yang manis itu sejatinya adalah racun, sementara yang pahit itu ternyata mengandung obat. Kepada Walikota bandar lampung kami berharap agar tetap mengupayakan Kota Bandar Lampung yang indah dan tertib. Jangan surut hanya lantaran tidak mendapatkan gelar terhormat dari Kementerian KLH, karena sesungguhnya warga kota bandar lampung, akan jauh lebih objekt6if untuk menilai keberhasilan Walikota yang dipilihnya. Walikota Bandar lampmh beserta jajarannya kami minta bekerjalah untuk kami selaku warga. Bukan untuk kementerian KLH.

No comments:

Post a Comment