Sunday, April 4, 2010
DAERAH LAMPUNG (provil)
Daerah Lampung terletak di ujung bagian selatan pulau Sumatra, antara 3045 dan 60 L.S. serta 1050 dan 1030 B.T. Propinsi perbatasan sebelah utara dengan propinsi Sumatra Selatan dan propinsi Bengkulu, sebelah timur dengan laut Jawa, sebelah selatan dengan laut sunda, dan sebelah barat berbatasan dengan Samudra Indonesia.
Secara garis besar daerah Lampung sebelah Barat dan Selatan adalah daerah pegunungan dan bagian Tengah, Utara dan Timur merupakan daerah rendah. Gunung-gunung yang tinggi adalah gunung Tanggamus, gunung Rajabasa, gunung Tebak, dan lain-lain. Sedangkan sungai-sungai antara lain sungai Sekampung� di Lampung selatan, Way Seputih di Lampung Tengah dan Way Tulang Bawang di Lampung Utara. Sungai-sungai ini menyebabkan daerah Lampung yang dialiri menjadi subur, sehingga banyak penduduk pulau lain terutama jawa dan Bali ingin membuka sawah baru di daerah ini.
Penduduk daerah Lampung terdiri dari penduduk dari Lamoung yang berjumlah 25% dan penduduk pendatang 75%, dari jumlah penduduk. Suku-suku pendatang adalh dari Jawa, Palembang dan Sunda serta Banten, Bali, Tapanuli, Minang,Bugis dan beberapa suku bangsa lainnya. Struktur sosial masyarakat Lampung adalah bersifat genealogis teritorial, hal ini membuata mereka selalu terikat pada harga meraka. Di desa-desa, umumnya berdiam warga yang berasal dari satu cikal bakal yang sama yang disebut Buay atau Kampung-kanpung atau dipedesaan didirikan Nuwo Balak yaitu rumah besar sebagai tempat berdiam keluarga besar (extended family). semula tiap buay mendiami suatu wilayah disebut Marga atau Merga, dan merga ini terdiri dari beberapa kampung disebut Tiyuh. Tiyuh biasanya didiami beberapa suku, dan suku terdiri dari beberapa cangkoi, selanjudnya cangkoi terdiri dari beberapa Nuwo.
Dengan demikian marga, tiyuh dan kampung adalah faktor kesatuan wilayah, sedang buay, suku, cangkoi, dan nuwo menunjukan kesatuan genealogis. Mata pencaharian masyarakat Lampung adalah bertani dengan hasil utanma padi, perkebunan menghasilkan kopi, lada, karet, cengkeh, kelapa, tembakau dan vanili.
Di masa lampau daerah Lampung telah berdiri kerajaan seperti yang disbutkan dalam buku sejarah kuno dari Dinasati Han dari Cina, tentang negara To Lang Poliwang yang terletak di wilayah Lampung. Secara historis genealogis, masyarakat tradisional Lampung terdiri dari 2 golongan, yaitu golongan Lampung kepaduan di pedalaman dan golongan paminggir di pesisir. antara kedua golongan tersebut terdapat corak kebudayaan yang agak berlainan.
Kekerabatan masyarakat Lampung bersifat patrilineal yaitu garis keturunan sepihak, dari pihak laki-laki atau ayah. Sistem perkawinan yang umum dilakukan adalah dengan memakai sereh atau uang jujun atau tukar, di mana setelah kawin istri masuk clan suamnya. Bila suaminya meninggal, maka ia dikawinkan dengan saudara laki-laki suaminya, hal ini disebut perkawinan nyemalang.
Dalam masyarakat Lampung ada beberapa bagian siklus kehidupan seseorang yang dianggap penting sehingga perlu diadakan upacara-upacara adat yang bercampur dengan unsur agama Islam. Di antaranya adalah upacara kuruk liman , disaat kandungan umur 7 bulan, upacara saleh darah yaitu upacara kelahiran, upacara mahan manik yatiu upacara turun tanah, bayi berumur 40 hari, upacara khitanan bila bayi berumur 5 tahun, upacara serah sepi bila anak berumur 17 tahun dan sebagainya. Juga upacara perkawinan, kematian dan upacara adat lainnya seperti cokok pepadun yaitu pelantikan pengimbang baru sebagai kepala adat.
Masyarakat Lampung kaya akan berbagai cabang kebudayaan seperti bahasa, kesenian dan lain-lain. Dalam bidang kesenian ada beraneka ragam misalnya seni tari dengan tari-tarian adat misalnya tari melintang tari keris, tari piring, tari sebarudangan,tari sahwi dan lain-lain, dan seni tradisional yakni Diker dan Zikir dengan iringan kendang, Adi-adi Loru Lomban , yaitu semacam pantun bersahut dengan iringan harmonium. Sedangkan seni kerajianan berupa tikar daun pandan, bakul tempat sirih dari rotan, tikar bambu untuk menjemur padi, dan lain-lain. Seni pahat seni ukir dan seni lukis tidak dapat berkembang.
Di bidang seni bangunan terutama untuk bertempat tinggal, ada beberapa macam rumah yakni rumah tradisional berbentuk rumah panggung atau rumah di atas tiang dan rumah modern yakni rumah di atas tanah. Rumah-rumah tradisional sampai kini masih dapat ditemui terutama di pedalaman.
Menurut fungsinya rumah tradisional mempunyai bentuk dan warna yang berbeda-beda atau lain. Nuwo Tuho yakni rumah pengimbang atau rumah bangsawan yang dianggap tertua dan dihormati oleh seluruh masyarakat adat setempat, Nuwo Balak yakni rumah besar milik keluarga besar milik keluarga masyrakat Pepadun, Lamban Balak rumah besar milik keluarga besar masyarakat Paminggir, Nuwo Menyanak yakni rumah bagi keluarga kecil, Nuwo Sesat yaitu rumah tempat pertemuan (balai adat), Nuwo Kattua yakni rumah tempat bekerja bagi seorang penyimbang yang mempunyai kedudukan sebagai pesirah, dan Tanggo Rajo yakni rumah yang dibangun di pinggir kali, tempat perahu layar berlabuh dan membayar ulasan.
Kabupaten/Kota :
Kab. Lampung Barat (Liwa)
Kab. Tanggamus (Kotaagung)
Kab. Pringsewu (Pringsewu)
Kab. Lampung Selatan (Kalianda)
Kab. Pesawaran (Gedung Tataan)
Kab. Lampung Timur (Sukadana)
Kab. Lampung Tengah (Gunungsugih)
Kab. Lampung Utara (Kotabumi)
Kab. Way Kanan (Blambangan Umpu)
Kab. Tulang Bawang (Menggala)
Kab. Tulang Bawang Barat
Kab. Mewsuji (mesuji)
Kota Bandar Lampung (Bandar Lampung)
Kota Metro (Metro)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment