Sunday, November 28, 2010

MENGURUT REPUTASI GELAP JABUNG


Fokus Lampost : Minggu, 28 November 2010

Reputasi nama Jabung di Kabupaten Lampung Timur berangsur pulih dari konotasi "markas begal". Namun, tragedi Asahan-Blimbingsari pekan lalu mementahkan perjuangan panjang warga dan aparat.

MINGGU (21-11) malam, keheningan bumi Kecamatan Jabung Lampung Timur tiba-tiba saja gegap gempita. Sekitar pukul 22.00, perang antarwarga Desa Asahan dan Desa Belimbingsari Kecamatan Jabung memecah kensenyapan. Bak menghadapi musuh masa penjajahan, ratusan warga dua desa yang masih terjalin tali persaudaraan dan hanya dipisahkan oleh areal persawahan sekitar tiga hektare itu, saling serang dengan tombak, parang, panah, molotov hingga senjata rakitan.

Desing peluru, bola api molotov, dan lemparan batu saling melesat ke arah dua belah pihak. Jerit histeris kaum ibu, anak-anak, dan orang tua malam itu kian memecah kesenyapan. Ratusan warga tak bersalah yang sedang tidur pulas, malam itu harus lari tunggang langgang menyelamatkan diri. Ada yang bersembunyi di kolong ranjang, di balik pintu, hingga mengungsi ke desa tetangga.

Akibat pertikaian itu, belasan warga dari dua belah pihak terkapar. Ada yang terkena peluru, terkena lemparan molotov, hingga kena lemparan batu.

Sekitar tiga jam "perang" itu berlangsung. Beruntung, aparat kepolisian dan TNI malam itu dengan cepat meredam konflik. Ratusan aparat termasuk sejumlah pasukan Brimob Polda Lampung dikerahkan. Mereka berjaga-jaga di perbatasan dan pintu masuk desa.

Dari lokasi konflik, aparat menyita sejumlah barang bukti molotov serta beberapa

peluru aktif. Sementara, warga yang terluka menjalani pengobatan di puskesmas dan rumah sakit. Keesokannya, pertikaian warga yang masih bersaudara itu berhasil didamaikan. Disaksikan sejumlah pejabat dan aparat keamanan serta tokoh masyarakat, kedua warga saling memaafkan dan akan mengobati warga mereka yang terluka. Selain itu, warga dua desa itu pun sanggup memperbaiki mobil patroli yang kena sasaran amuk warga.

Dilihat dari akar masalah, sebenarnya konflik warga dua desa itu hanya dipicu masalah sepele. Sebelum terjadi perang, sekitar pukul 17.00, aparat polsek setempat menciduk seorang warga Desa Asahan yang diduga mencuri motor milik warga Desa Blimbingsari. Tak terima warganya ditangkap petugas, warga Desa Asahan menyerbu desa tetangga mereka itu. Karena diserang, warga Desa Blimbingsari melawan. Pertikaian pun tak terelakkan.

Konflik warga pada kawasan dengan lahan pertanian yang subur itu sebenarnya bukan pertama kali terjadi. Sekitar tujuh tahun silam, warga membumihanguskan kantor polsek setempat. Meskipun peristiwa itu tak menimbulkan korban jiwa, kerugian materi mencapai ratusan juta.

Amuk warga yang berakhir dengan membakar kantor milik pemerintah itu pun kerap dipicu masalah sama. Yakni, tak terima polisi menangkap warga mereka yang diduga melakukan tindak kejahatan.

Dari sederetan konflik horizontal di Jabung, memunculkan sederet pertanyaan pada benak kita. Sudah seberapa parahkah aksi kejahatan di Jabung hingga warga tak lagi mampu membendung emosi? Lantas, apa faktor penyebab sehingga di Jabung selalu terjadi aksi kejahatan dan konflik antarwarga.

***

Jabung, nama wilayah ini memang tak asing bagi warga Sai Bumi Ruwa Jurai ini. Dan, bagi warga Lampung Timur, jika mendengar nama tersebut, tak jarang membuat bulu kuduk berdiri dan terkesan sangat menakutkan. Karena ketenarannya, nama salah satu desa dan ibu kota kecamatan di Kabupaten Lampung Timur itu juga dikenal warga asal luar provinsi, seperti Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi.

Yang membuat prihatin, orang mengenal nama desa itu hanya pada sisi negatif. Hal itu tak dimungkiri, pascareformasi, tindak kriminalitas di wilayah hasil pemekaran Kabupaten Lampung Tengah itu memang lumayan tinggi. Kejahatan paling menonjol kala itu berupa begal atau perampasan sepeda motor. Aksi garang yang tak jarang merenggut nyawa korban itu banyak terjadi di wilayah hukum Kecamatan Jabung dan sekitarnya.

Pada aksi itu, pelaku yang umumnya mengintai korban di jalan sepi, selalu dilengkapi senjata golok, kayu, hingga senjata api rakitan. Jika korban melawan karena mempertahankan kendaraan, akibatnyapun dapat ditebak. Pelaku tak segan-segan melukai atau menembak mati korbannya.

Jika dihitung sejak pascareformasi, tak sedikit korban kejahatan di wilayah hukum kecamatan itu meregang nyawa. Dan, akibat sederetan aksi kejahatan di wilayah itu, pengendara sepeda motor harus berpikir ulang jika akan melintasi wilayah tersebut. Apalagi, pada jalur tersebut,tak sedikit lintasan sepi penduduk yang memungkinkan pelaku beraksi.

Tak hanya itu, akibat maraknya aksi kejahatan di wilayah Kecamatan Jabung dan kecamatan tetangga waktu itu, tak sedikit calon investor mengurungkan niat menanamkan modal mereka. Maraknya aksi kejahatan terutama begal sepeda motor di wilayah hukum Jabung, membuat Pemkab Lampung Timur dan aparat kepolisian gerah. Guna menekan aksi kejahatan itu, aparat kepolisian bukan berarti tak bertindak. Bahkan, tak sedikit pelaku kejahatan ditangkap atau ditembak mati karena melawan petugas.

Kendati demikian, hal itu tak menyurutkan nyali pelaku. Malah, aksi kejahatan di wilayah itu kian menjadi. Lebih parah lagi, di kecamatan itu beredar isu peredaran dan perakitan senjata api rakitan sangat marak.

Terkait tingginya angka kriminalitas yang tak jarang melibatkan warga Jabung beberapa tahun terakhir, Hermansyah, tokoh pemuda setempat mengaku hal itu tak dimungkiri. Pasca reformasi, angka kriminalitas yang banyak melibatkan warga atau pelaku asal Jabung memang kerap menghiasi sejumlah media cetak dan elektronik. Pelaku asal daerah itu tak hanya beraksi di wilayah hukum setempat. Tapi, mereka juga ada yang melakukan aksi kejahatan di luar Lampung. Dan, akibat tindak kejahatan itu, tak sedikit dari mereka dibekuk aparat. Tak hanya itu, aparat kepolisian juga kerap membawa peti mati berisi mayat pelaku kejahatan asal daerah itu. "Pascareformasi, memang ada warga asal Jabung terlibat aksi kejahatan. Tapi, nggak semua orang Jabung itu penjahat. Saya pikir, semua daerah sama. Ada yang baik dan ada juga yang jadi penjahat," ujar pengurus karang taruna itu.

Menurut Hermansyah, dari serangkaian kejahatan yang pernah terjadi di wilayah Jabung beberapa tahun terakhir, memang berdampak cukup luas. Dampak dimaksud seperti, warga asal luar Jabung jadi enggan jika akan melintasi atau ke wilayah itu. Dampak lain adalah investor enggan berinvestasi pada kawasan yang masih subur itu. "Akibat pernah terjadi sejumlah aksi kejahatan, Kecamatan Jabung mungkin langsung mendapat julukan kawasan hitam atau wilayah yang menakutkan," kata dia.

Karena dewasa ini Jabung merupakan kawasan yang telah aman, ujar Herman, warga luar daerah hendaknya tak ragu jika ingin ke Jabung. Termasuk para penanam modal hendaknya dapat berinvestasi di wilayah itu. Sehingga hal itu dapat menekan tingkat pengangguran. "Jika warga atau pemuda banyak yang bekerja, saya yakin, kejahatan di Jabung dapat dikis habis," tegasnya.

Raden Jaya Mustari (53) tokoh masyarakat yang juga pamong desa menjelaskan, sejak beberapa tahun terakhir Jabung memang jadi catatan tersendiri bagi pemerintah terutama aparat kepolisian. Sorotan itu terjadi karena di wilayah itu kerap terjadi aksi kejahatan terutama begal sepeda motor. Mustari menduga, aksi itu terjadi karena beberapa faktor seperti banyaknya lintasan sepi penduduk yang memudahkan pelaku beraksi serta karena faktor ekonomi. Faktor lain diduga pelaku dengan mudah menjual barang hasil kejahatannya. "Jika disebut semua orang Jabung tukang begal, itu enggak benar. Sebab, pada masa nenek moyang kami kebiasaan buruk itu tak pernah terjadi," kata Mustari.

Oleh sebab itu, kata dia, bagi warga luar Jabung, hendaknya tak selalu memandang dari sudut menilai negatif atas kehidupan warga wilayah itu. Pasalnya, tak semua warga Jabung berhati jahat atau jadi penjahat. Lagipula, kejahatan yang terjadi dewasa ini tak hanya terjadi di wilayah Jabung, tapi, hampir tiap sudut Lampung Timur. Dan pelakunya pun banyak yang berasal dari luar Jabung.

"Kami selaku penduduk asli Jabung, hendaknya tak menilai orang Jabung negatif. Sebab, tak semua orang Jabung jahat. Dan, di daerah atau kecamatan lain pun banyak penjahat. Ini pernah terbukti ada pelaku kejahatan dari luar kecamatan, ditangkap di Jabung," ujarnya. (CHAIRUDIDDIN/M-1)

No comments:

Post a Comment