Sunday, November 4, 2012

Eksotisme Tenun Ikat Inuh



TENUN ikat inuh dan bidak galah napuh merupakan tenun tertua di Lampung. Raswan sukses memadukannya menjadi busana kasual nan eksotik.

Kain tradisional Lampung yang didesain Raswan adalah tenun ikat inuh yang berasal dari Lampung Barat serta tenun ikat bidak galah napuh dari Way Kanan. Keduanya adalah kain adat yang pada awalnya hanya dipakai pada acara-acara tertentu saja.

Tenun ikat inuh mulanya hanya dipakai perempuan pada acara pernikahan. Perempuan yang memakainya harus istri dari laki-laki tertua dalam keluarga. Di masa itu, tidak semua wanita bisa memakai kain inuh, sedangkan tenun ikat bidak galah napuh dipakai hanya untuk acara adat untuk laki-laki dan perempuan.

Perbedaan kedua kain tenun ini terletak pada motifnya. Tenun ikat inuh memiliki motif lebih beragam berupa tumbuhan, kapal, dan rumah tradisional, sedangkan tenun bidak galah napuh bermotif bintik-bintik kecil yang diambil dari model kulit hewan. Napuh adalah sejenis hewan seperti kancil yang memiliki bintik-bintik kecil pada bagian leher.

Raswan sukses memadukan dua kain daerah ini menjadi model pakaian modern bertema kasual. Tidak hanya untuk wanita, pria juga bisa bergaya dengan busana ini. Model busana wanita berupa blezer, mini-dress, dan long dress. Pilihan warna yang dipakai seperti hijau tua, ungu, dan biru tua. Motif pada kain membuat pakaian kasual ini lebih eksotik dan mewah.

Dress pendek ini bisa dipadukan dengan kain tenun yang difungsikan sebagai selendang. Bisa dikenakan di leher atau diikatkan di pinggul. Perpaduan dress dengan kain tenun ikat inuh atau bidak galah napuh ini menghadirkan keanggunan dan kemewahan berbusana.

Raswan pun memadukan tenun ikat dengan kain tapis. Ini terlihat pada salah satu pakaian yang memadukan dua kain ikon Lampung itu. Tapis yang dibuat dari benang berwarna emas diletakkan pada bagian atas, di sekitar leher. Perpaduan ini menjadi kolaborasi yang indah dan sempurna. Kain tenun pun dipadukan dengan manik-manik yang melingkar di bawah leher. Pakaian jenis ini lebih menguatkan kesan tradisional sekaligus modern.


Untuk pakaian pria, kain tenun didesain menjadi kemeja trendi. Kemeja yang kasual ini memunculkan motif tenun yang kuat. Unsur tenun memancar dalam busana modern.

Raswan merancang kain tradisional lampung sesuai dengan tren busana saat ini. Selain untuk melestarikan kain tradisional, juga untuk lebih mengenalkan kepada anak muda dan masyarakat umum.


"Dengan desain yang modern, makin banyak orang yang tahu dan akan memakainya. Orang asing pun suka memakai busana ini, jadi tidak hanya untuk acara adat saja," kata Raswan.

Pembuatan kain tenun inuh dan bidak galah napuh menggunakan alat tenun bukan mesin atau ATBM. Dengan alat ini pembuatan kain lebih cepat dan biaya produksi pun bisa lebih kecil. Dalam sehari bisa dibuat kain sepanjang 6 meter. Untuk harga jual pun bisa lebih murah, hanya Rp200 ribu per 2 meter. Pembuatan busana dari kain tenun lampung pun bisa dibuat besar-besaran dengan harga yang tidak telampau mahal. (PADLI RAMDAN/M-2)

Sumber: Lampung Post, Minggu, 21 Oktober 2012

No comments:

Post a Comment