Monday, January 25, 2016
Peradaban Lampung dari Tayuhan Agung Sekala Brak
BANDAR LAMPUNG -- Dua orang petugas kerajaan menghadap Saibatin Peniakan Dalom Beliau (SPDB) Sultan Pangeran Sekala Brak Ke-23 Brigjen Edward Syah Pernong di rumah adat Lamban Kuning, Sabtu (23/1) siang itu.
Setelah melakukan penghormatan kepada Sang Sultan, keduanya pun nagguh atau mohon izin dengan kata-kata: Natabik kilu mahap, sikindua jama SPDB Sultan Sekala Brak Yang Dipertuan Ke-23, nattahko adok nitian di Lambang Kuning jo, khadu kuguaiko sikam khua jon, di segala liyu kurang na, sikam ngahantunko kilu mahap. (Bahasa Lampung, artinya: Perkenankan kami menghaturkan salam hormat dan permohonan ampun kehadapan Paduka Yang Mulia SPDB, bahwa prosesi penganugerahan gelar adat sudah kami laksanakan, atas lebih dan kurangnya kami mohon dimaafkan).
Dengan begitu, resmilah sudah menantu Sultan, yakni Kompol Dofie Pahlevi Sanjaya, berhak menggunakan adok atau gelar adat Rajo Gusti Dalom Sesuhunan. Dia juga menerima keris pusaka Sapusan Bumi dari sang mertua Sultan Sekala Brak.
Penettahan adok atau pemberian gelar adat menjadi puncak acara tayuhan agung yang digelar Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak Kepaksian Pernong di Lamban Kuning, Jalan Pangeran Suhaimi, Sukarame, Bandar Lampung, kemarin. Setelah itu para kerabat kerajaan pun menyambut gembira dengan melakukan arak-arakan kembali.
Tayuhan agung itu digelar dalam pernikahan Raja Gusti Dalom Sesuhunan dengan putri Sultan, yakni Saibatin Dalom Putri Aregina Nareswari Firuzzaurahma Pernong. Sejak pagi, seluruh anggota kerajaan terlihat sibuk. Hulubalang, pemangku adat, serta pasukan yang akan memberikan pengawalan terhadap rombongan keluarga Kerajaan Lampung Skala Brak.
Sebelum pemberian gelar adat itu, acara dimulai dengan kedatangan rombongan ngarak maju atau arakan pengantin. Saat ngarak maju itu dikawal pasukan pengawal Saibatin dan tarian pencak di bagian depan. Tak lupa juga diarak beragam benda pusaka kerajaan.
Tayuhan agung itu dihadiri Wakil Gubernur Lampung Bachtiar Basri, Ketua DPRD Lampung Dedi Aprizal, Saibatin dan penyimbang se-Lampung, tokoh adat, masyarakat, serta sejumlah pejabat pemerintah-TNI-Polri di Bumi Ruwa Jurai. Hadir juga para raja dari kerajaan-kerajaan Sulawesi seperti Kerajaan Goa, Kerajaan Sriwijaya, Sumatera Selatan, dan Kerajaan Banten.
Pada acara itu juga diberikan sejumlah penghargaan kepada berbagai pihak yang telah berpartisipasi dalam melestarikan adat Lampung. Termasuk di antaranya Wakapolda Lampung Kombes Bonifasius Tampoy, Biro SDM Polda Lampung Kombes Nyoman Lastika, dan Pemimpin Redaksi Lampung Post Iskandar Zulkarnain menerima pusaka keris adat dari Sultan Sekala Brak.
Dalam sambutan keluarga Kerajaan Adat Sekala Brak oleh Perdana Menteri Kerajaan Brigjen Ike Edwin bergelar Gusti Batin Mangkunegara, menceritakan perkembangan peradaban di Lampung terutama di Sekala Brak. Saat 2500 sebelum Masehi, di Lampung hanya ditinggali suku batu, baru abad ketiga ada satu suku di Sekala Brak, yakni Tumi.
"Pada abad ke-11 perkembangan mulai terjadi dengan datangnya pedagang dari arab ke Negeri Pasai yang disambut dengan Sultan Zulkarnain, yaitu raja pertama Skala Brak dan keagamaan pun telah berubah menjadi Islam," kata Ike yang juga Kapolda Lampung itu.
Sumber : Lampost Co Lampost online, 24 Januari 2016
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment