Pemilihan Presiden sejatinya tak lama lagi, kecuali Hanura belum ada partai yang telah menetapkan calonnya memang Abu Rizal bakri (ARB) sudah lama mensosialisasikan pemikirannya, Hatta Rajasa (PAN) telah menggejalakan keinginannya untuk Nypres, dan Surya Paloh sebenarnya juga sudah menampakkan birahi politiknya yang sulit disembunyikan, sementara Jusuf Kalla (JK) telah lama digadang gadang, sementara Machfud MD yang asli madura itu sering tertangkap tangan bermain mata. Masih menjadi kendala bagi para calon yang berasal dari luar Jawa, karena mereka tak cukup laku di tanah Jawa sementara pemilih justeru banyak terkonsentrasi di tanah Jawa ini. Politik premordial belum sepenuhnya terhapuskan. Maka Abu Rizal Bakry, Hatta Rajasa, Surya Paloh, Mahfud MD dan Jusuf Kalla, bila pada saatnya kelak akan maju sebagai Capres, maka dianjurkan untuk berpasangan dengan tokoh asal jawa.
Era Orde Baru.
Di era Orde Baru politik Jawanisasi sebenarnya sangat menonjol, apalagi pada saat itu calon Gubernur adalah droping dari pusat, Anggota DPRD Provinsi tinggal mengamini saja siapapun calon yang di drop dari pusat, pada tak peduli apapun perasaan orang daerah. Memang belum seluruh daerah yang mampu terjawanisasi, di Sumatera ini setidaknya ada empat Provinsi yang pusat harus berpikir dua kali mendrop calon gubernur asli Jawa, yaitu Aceh, Sumatera Utara, Padang dan Sumatera Selatan. Sisanya telah dianggap terlepas dari sikap premordialistik. Atau kalaupun tidak setidaknya lembaga adat setempat memang tidak stressing merebut kekuasaan. Provinsi di Sumatera yang langganan dipimpin oleh Gubernur asal Jawa adalah Provinsi Riau, Provinsi Jambi, Provinsi Bengkulu dan Provinsi Lampung.
Memang setelah ditetapkannya Undang Undang Pemerintahan Pedesaan, maka lembaga adat semakin melemah adanya, tetapi ada beberapa Provinsi yang lembaga adatnya tidak langsung redup, mereka masih memiliki semangat menentang undang undang ini, sehingga lembaga adat seperti tak kunjung sirna. Berbeda halnya dengan Lampung, bengkulu, Jambi dan Riau tadi. Sampai dengan sekarang pengaruh lembaga adat masih bervariasi adanya, tak dapat dikatakan telah sepenuhnya hilang.
Politik Aliran.
Dengan tidak berkembangnya politik aliran Islam di wilayah Timur tengah serta selalu kalahnya politik aliran Islam di berbagai negara islam di luar Timur Tengah meyakinkan banyak pihak akan selesainya politik premordial aliran Islam. Barangkali itu pula sebabnya maka PAN, PKS dan PKB serta PBB menyatakan diri sebagai Partai terbuka. Hanya PPP sendiri yang hingga saat ini masih menyatakan diri sebagai partai yang berazaskan Islam yang masih tersisa. Pada Pemilu tahun 2014 yang akan datang adalah merupakan ujian, masihkah partai yang berasakan Islam ini akan mampu bertahan untuk mendudukkan wakil wakilnya di Senayan.
Hampir seluruh pengamat seperti sebuah koor akan keyakinanya pada saat yang datang tak ada lagi partai berasakan Islam, pendapat ini diperkuat dengan berbagai hasil survey yang menunjukkan penurunan yang sangat drastis. Keyakinan ini mampu menghapuskan kenyataan menangnya partai Islam di Turkey dalam beberapa kali Pemilihan Umum. Seperti kita ketahui Erdogan dengan partai Islamnya Adalet ve Kalkinma Partisi (AKP) beberapa kali memenangkan Pemilu.
Partai Islam Turki.
Sukses Partai Islam Turki (AKP) sebenarnya mementahkan tulisan terkenal yang mengatakan The Failur Of Political Islam, yang menggambarkan secara gamblang sirnanya politik aliran Islam di muka persada, terlalu banyak negara Islam yang dapat dijadikan contoh sebagai kegagalan politik Islam berkiprah. Aliran politik Islam benar benar telah diemohi oleh ummat manusia sedunia. Hanya disedikit negara berkembang yang masih menyisakan politik Islam, itupun segera sirna sejalan dengan majunya demokrasi dan perkembangan teknologi dunia.
Sayangnya dalam waktu yang bersamaan berkali kali pemilu di Turki ini memantahkan tulisan yang demikian bagus dengan data data yang sangat lengkap serta analisa yang demikian akuirat. pa yang dituliskan dibuku itu sejatinya benar adanya, kecuali di Turki belaka. Dan kalaupun kita akan membenarkan gtulisan itu dalam waktu yang bersamaan kita akan membenarkan tidak ada teori teori sosial yang akurat, semuanya abu abu yang tak boleh digeneralisir.
Berpasangan dengan Tokoh Asal Jawa.
beranjak dari tidak validnya menggeneralisir hasil penelituian analisa sosial masyarakat, maka kita juga meyakini perlunya para tokoh calon presiden asal luar Jawa harus berpasangan dengan tokoh Jawa, karena pemilih pada pemilihan Presiden di Indonesia pada saat ini masih terganjal politik premordial yang masih adianut oleh sebagian besar pemilih dalam Pemilu Indonesia.
.
No comments:
Post a Comment