Monday, April 25, 2011

Bangsa yang Tak Merawat Diri

MUHIDIN M.DAHLAN
Kerani di Indonesia Buku (IBOEKOE), tinggal di Yogyakarta


SOEKARNO bilang, Indonesia adalah bangsa kuli dan kuli dari bangsa-bangsa. Menurut saya, Indonesia bangsa perusak. Bangsa yang tak punya mental merawat. Apa pun akan dirusaknya jika itu tak memberi keuntungan pragmatis. Tak peduli, bahkan milik berharga Proklamator Indonesia. Dua warisan dari dua bapak pendiri bangsa (founding fathers) itu, sepanjang reformasi, terkubur satu-satu.

Alkisah, Perpustakaan Idayu menyatu menjadi tanah di Sentul pada 2006. Perpustakaan yang berdiri tahun 1966 ini menyimpan koleksi bibliografi Indonesia sejak 1955; pertama oleh PT Gunung Agung (penerbit dan toko buku) kemudian dialihkan ke Idayu tahun 1966, termasuk koleksi kliping koran dari tahun 1960-an, koran-koran daerah dari seluruh daerah yang selalu diterima Idayu secara gratis.

Ada juga koleksi Books on Indonesia sebanyak 3.000 judul. Pidato Bung Karno mulai dari yang terpendek (1949) hingga terakhir, termasuk saat menerima gelar doktor honoris causa dari lebih 20 universitas di dalam dan luar negeri. Ada pula foto dan film revolusi 1945 yang diperoleh dari IPPHOS. Dokumen Petisi 50 yang terkoleksi lengkap. Buku atau artikel terlarang juga ada dalam rangkaian koleksi.

Koleksi-koleksi itu berubah menjadi tanah, dimakan rayap Sentul. Menurut Murtini Pendit, yang 15 tahun mengurus dokumentasi Idayu, mereka sudah berupaya agar warisan itu mendapat tempat layak.

Setelah Gedung Kebangkitan Indonesia (STOVIA) yang dipakai Idayu diambil alih pemerintah, Idayu terusir. Mereka membujuk Perpustakaan Nasional memberi ruang khusus untuk bibliografi, tetapi ditolak. Universitas Indonesia juga menolak.

Terakhir, mereka menyewa gedung di Sentul. Gudang itu sekaligus menjadi kuburan akhir koleksi bibliografi Idayu.

Sepanjang reformasi, stempel ”bukan bangsa (bermental) perawat” ini mendapat legitimasinya. Selain Idayu di Jakarta, Pemerintah Kota Bandung juga pernah ambil ancang-ancang menghabisi Gedung Landraad, tempat di mana Soekarno diadili pada 1930. Untunglah ada sekelompok kecil budayawan memperjuangkannya habis-habisan hingga gedung itu kini menjadi pusat kebudayaan yang aktif.

Pada bulan Agustus 2010 mencuat peristiwa miris. Para ahli waris Inggit menjual surat nikah berikut surat cerai Soekarno dan Inggit Garnasih karena ketiadaan dana merawat barang-barang peninggalan keduanya, museum dan rumah sakit bersalin Inggit Garnasih di Kota Bandung.

Di Yogyakarta, Perpustakaan Hatta, rumah bernaung buku-buku yang dibeli dan dikumpulkan Hatta sepanjang hayatnya, akhirnya ”rebah” tahun 2007. Koleksinya dijual ke Perpustakaan Universitas Gadjah Mada.

Rahzen (2000) pernah cerita, puluhan ribu koleksi buku Perdana Menteri Ali Sastro Amidjojo justru didapatkannya tak sengaja di rumah jagal buku dan bersiap dibuburkan. Demikian juga koleksi Adam Malik mblusuk-mblusuk di pasar gelap buku bekas. Dan kita masih bisa menderetnya sepanjang-panjangnya.

Merawat memori

Mental merawat memori adalah salah satu modal dasar peradaban besar. Pada abad ke-10—bahkan sebelumnya—Nuswantara mengalami puncak kejayaannya. Relief Candi Cetho, Sukuh, dan Panataran, misalnya, menggambarkan relief-relief peradaban dunia yang mengukuhkan Nuswantara sebagai pusat peradaban. Tesis ini yang diyakini dua akademisi yang belum pernah ke Indonesia sekalipun, Stephen Oppenheimer (Eden in the East) dan Arysio Santos (Atlantis, The Lost Continent Finally Found).

Ditengarai, saat itu pemerintah sadar bahwa semangat global harus diikuti fondasi dasar bagaimana mengadopsi peradaban itu dengan semangat mendokumentasikan seluruh khazanah keilmuan dunia yang puncaknya berlangsung pada abad ke-14.

Seusai menyelesaikan proyek kolektif gigantik, Sadur: Sejarah Terjemahan di Indonesia dan Malaysia (2009), Henri Chambert-Loir (2010) menyimpulkan, mental (dukungan dan kebijakan) pemerintahlah kuncinya. Pada masa Dharmawangsa Teguh dan beberapa generasi setelahnya, hampir semua bahasa dunia digunakan di Nusantara karena kerajaan mendukung penuh proyek itu.

Kini, jangankan mendokumentasikan ilmu-ilmu di dunia, merawat warisan intelektual dua Proklamator Indonesia saja pemerintah tersaruk-saruk. Jangankan mengumpulkan buku/dokumen dari peradaban global secara sistematis seperti dilakukan Library of Congress Amerika Serikat dengan bergerilya hingga ke kabupaten-kabupaten kecil mencari dokumen berbahasa Indonesia, merawat rumah peradaban yang ada saja tak sanggup.

Tumbuhlah padi

Ini soal mental merawat yang tak dipunyai. Tanpa mental merawat, jangan harap ada visi yang menurun ke kebijakan. Mental merawat bukan retorika. Ia bersemayam dalam sikap budaya. Bentuk mental merawat itu terangkum dalam sebait kalimat Multatuli seperti dikutip Mohammad Hatta pada halaman akhir pleidoi Indonesia Merdeka: ”Onhoorbaar goeit de padi (tak terdengar tumbuhlah padi)”.

Kekuatan kebudayaan yang terpendam dalam memori sejarah, dengan berbagai bentuk medianya, sesungguhnya tak lain adalah kekuatan inti dari negara dan bangsa yang dibangun ini. Kekuatan yang menegaskan ”jati diri”, hal yang hanya ribut di mulut para petinggi. Dengan pelalaian sekaligus perusakan—disengaja atau tidak— kekuatan itu penanda kuat hilangnya diri dalam kolektivitas kita sebagai bangsa juga individualitas kita sebagai manusia.

Oleh karena itu, jangan pernah mimpi memanen kejayaan peradaban (Indonesia Jaya 2030) jika tak siap berjalan dalam kesunyian merawat, memupuk, dan menjaga warisan masa silam dengan segenap kesadaran. Bila tidak, aparat pemerintah hari ini akan dikutuk generasi berikutnya sebagai kutu bagi buku, rayap bagi dokumen, dan hama bagi padi yang menghancurkan harapan ”petani-petani” peradaban.

Muhidin M Dahlan, Kerani di Indonesia Buku (IBOEKOE), tinggal di Yogyakarta

Sumber: Kompas, Sabtu, 23 April 2011

Friday, April 22, 2011

Komnas HAM Turun ke Lampung

Radar Lampung Web Version : Jumat, 22 April 2011

Polda Bentuk Tiga Tim Investigasi

BANDARLAMPUNG – Polda Lampung dan Polres Tulangbawang serta anggota Polsek Tulangbawang Udik harus pandai-pandai menyusun alibinya. Sebab, bentrok anggota Polsek Tuba Udik dengan ratusan warga Gunungbatin Udik, Kecamatan Terusannunyai, Lampung Tengah, menuai perhatian serius dari Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM).

Rencananya, Minggu atau Senin (24-25/4) mendatang, komisi yang membidangi permasalahan HAM di Indonesia tersebut akan menurunkan timnya ke lokasi kerusuhan untuk mencari fakta-fakta di lapangan terkait bentrokan yang menyebabkan dua warga tewas tertembak itu.

’’Kami akan ke Lampung untuk menyelidiki bentrokan tersebut. Kedatangan kami untuk menyelidiki apakah ada pelanggaran HAM. Penyelidikan diawali dengan mencari tahu penyebab terjadinya bentrokan,’’ ujar Komisioner Komnas HAM Johny Nelson Simanjuntak kepada Radar Lampung melalui sambungan telepon kemarin (21/4).

Johny menegaskan, ada tiga tujuan kedatangan mereka ke Lampung nanti. Pertama, untuk menyelidiki peristiwa bentrokan itu. Lalu untuk mengetahui apakah memang respons polisi ketika menerima kedatangan ratusan warga dengan cara memberondong menggunakan peluru tajam. Dan yang terakhir, mengetahui sikap dan mental kepolisian setempat

’’Mental kepolisian setempat juga akan kami selidiki, mengapa sampai bentrokan tersebut terjadi, apakah ketika itu polisi sudah ketakutan sehingga merespons kedatangan warga dengan tembakan peluru tajam. Kalau seperti itu, sangat jelas indikasi pelanggaran HAM ada dalam kasus ini,’’ paparnya.

Apalagi informasi yang didapatnya, tidak hanya sekali pihak kepolisian di kabupaten itu bentrok dengan warga. ’’Jangan-jangan ada masalah di polres tersebut. Karena bisa jadi, anggotanya hanya mengetahui menangani masyarakat dengan sistem milter sehingga tidak tahu bagaimana seharusnya fungsi polisi bagi masyarakat,’’ sindirnya.

Dia menambahkan, tim Komnas HAM yang turun ke lapangan tidak akan bergabung dengan tim pencari fakta lainnya, termasuk dengan Polda Lampung. ’’Yang kami cari kan beda, yakni untuk mengetahui apakah ada pelanggaran HAM dalam kasus tersebut. Nantinya jika ditemukan itu (pelanggaran HAM, Red) akan kami tuntut sesuai dengan temuan tersebut,’’ pungkasnya.

Salah Sistem, Bukan Oknum

Ketua Lampung Police Watch (LPW) M.D. Rizani secara tegas meminta Polda Lampung untuk menggali fakta baru di lapangan, bukan hanya dengan menjawab melalui media massa.

’’Sekarang saya tanya dengan Anda, mengapa untuk menangkap seorang bandar narkoba harus seorang Kanit Provos yang mengejar? Nah, sampai sejauh mana seorang Kanit Provos mengetahui data tersangka yang telah menjadi target operasi? Artinya, LPW melihat alasan Polda Lampung yang disampaikan oleh Kabidhumas AKBP Sulistyaningsih melalui media massa hari ini (kemarin, Red) sangat janggal,’’ ujarnya kemarin.

Rizani juga menilai, terdapat kecerobohan dari Polres Tuba dalam menangani kedatangan massa. Menurutnya, sesuai penjelasan dari Polda Lampung, penangkapan Sahab (45) yang dinyatakan sebagai bandar narkoba terjadi pada pukul 17.00 WIB di arena organ tunggal. Sementara massa bergerak ke Mapolsek Tuba Udik sekitar pukul 21.00 WIB. Artinya, ada space (jarak) waktu 4-5 jam.

’’Masak dalam jangka waktu tersebut polisi tidak bisa melakukan tindakan persuasif. Seharusnya kan mereka bisa langsung menghubungi tokoh-tokoh masyarakat, adat, agama, dan tentunya pemerintahan untuk mencegah bentrokan terjadi. Bukannya malah melayani emosi warga dengan memborbardir pakai senjata api yang diisi peluru tajam,’’ sesalnya.

Rizani mengharapkan, dengan terjadinya bentrokan tersebut, bisa menjadi bahan introspeksi Polda Lampung serta polres dan jajarannya lantaran bukti sikap kearogansian polisi di Provinsi Lampung sudah banyak terjadi.

Ia menguraikan, selain bentrok, sudah banyak arogansi aparat yang terjadi di Lampung. Contohnya oknum perwira di polda yang diduga menampar mantan camat Kemiling, dua oknum polisi yang diduga menculik salah seorang warga kemudian membuangnya ke jurang di Lampung Barat, kasus bentrok polisi di Kabupaten Mesuji yang menyebabkan warga tewas tertembak, polisi yang diduga melepaskan tersangka narkotika di Polresta Bandarlampung, dan banyak kasus-kasus lainnya.

’’Nah, kalau sudah banyak begini, tidak pantas sebutannya oknum. Ini berarti ada kesalahan sistem pembinaan mental kepada para polisi di Lampung,’’ tandasnya.

Rizani juga mengharapkan sistem peminjaman senpi yang diberikan kepada anggota lebih selektif sehingga tidak terjadi penyalahgunaan di lapangan. ’’Saat ini kan bagi anggota yang ingin memegang senpi harus lulus tes psikologis tertulis secara kolektif saja. Apakah hanya dengan itu sudah cukup? Untuk jadi wartawan saja selain tes psikologi, ada juga tes wawancara dan lainnya. Padahal hanya untuk mendapatkan pena dan laptop. Masak kalah sama tes masuk untuk menjadi wartawan,’’ sindirnya.

Terpisah, sekitar pukul 15.00 WIB kemarin, Kapolda Lampung Brigjen Pol. Sulistyo Ishak dengan didampingi Dirreskrimsus Kombespol Joko Hartanto, Dirintelkam Kombespol Budiono Sandi, dan Kabidhumas AKBP Sulistyaningsih menggelar konferensi pers di ruang Graha Jurnalis Mapolda Lampung.

Sulistyo menyatakan, pihaknya telah membentuk tim investigasi yang bertugas mencari fakta kebenaran kasus di lapangan untuk menyelidiki kebenaran kejadian bentrokan antara warga dengan polisi pada Selasa (19/4) lalu di wilayah Polsek Tuba Udik, arena organ tunggal, serta pembakaran pos polisi.

Tim pertama dipimpin Kabidpropam AKBP Asdjima’in. Tim ini bertugas untuk melakukan langkah-langkah proaktif mengenai sisi keprofesionalan tugas polisi ketika terjadi bentrokan.

Lalu tim kedua kaitan tugasnya mengenai keresersean. Koordinasinya di bawah Dirreskrimum AKBP Mahavira Zen, yang tugasnya diawali dengan mengolah tempat kejadian perkara kembali.

’’Tim ketiga yakni tim pencari fakta lengkap di bawah pimpinan Irwasda (Kombespol Pria Siswandi Ismail, Red) dan wakilnya Karo Ops (Kombespol Rahyono) dengan melibatkan unsur yang terlibat dari binmas dan unsur-unsur yang lain,’’ jelas Kapolda.

Mantan Wakadivhumas Mabes Polri ini melanjutkan, pembentukan tim bertujuan mendapatkan fakta sebenarnya di lapangan. ’’Kita tidak menginginkan kesimpangsiuran informasi. Mudah-mudahan simpang siur itu bisa terjawab dengan tiga tim yang dibentuk, tentunya juga masukan dari masyarakat dan media massa. Kita tidak ingin dengan adanya kasus ini, mengesankan polda tidak profesional dalam penanganannya,’’ tandas dia.

Alumnus Akademi Kepolisian tahun 1978 ini melanjutkan, pembentukan tim juga untuk meluruskan jika ditemukan tindakan polisi yang tidak profesional di lapangan. ’’Polisi dituntut profesional. Kalau ada hal-hal yang dinilai tidak profesional secara teknis atau ketentuan yang ada, maka tim investigasi akan melihat juga dari sana,’’ pungkasnya.

Sementara itu, terus Sulistyo, langkah lain yang dilakukan polda adalah bersama-sama dengan Forkopimda Kabupaten Tuba Barat menjaga kondusivitas masyarakat. ’’Tentunya kita tidak ingin hal serupa terulang. Kita berharap partisipasi dari masyarakat dan kesatuan-kesatuan yang lain,’’ tukasnya.

Lalu sampai berapa lama tiga tim diberi waktu bertugas? Jenderal bintang satu itu secara tegas menyatakan, tiga tim yang dibentuknya hanya dialokasikan waktu selama satu pekan dengan efektif kerja sejak kemarin. Sehingga tiga tim yang dibentuk hanya memiliki enam hari lagi waktu kerja.

’’Kita berharap kebenaran materil bisa ditemukan oleh tiga tim investigasi ini. Sementara tim yang dibentuk juga secara internal dan insya Allah hasil penyelidikan mereka sangat objektif. Jika memang harus A hasilnya, mengapa kami harus katakan B. Kami janji serius,’’ ujarnya.

Pria berkacamata ini menambahkan, Polda Lampung mulai kemarin akan menerapkan seleksi ketat dalam meminjamkan senpi kepada anggota. ’’Dari kejadian-kejadian yang ada dan hasil evaluasi yang dilakukan, kami sepakat hasil psikotes tertulis tidak menjamin seorang anggota laik dinyatakan untuk dipinjamkan senpi. Mulai sekarang, siapa pun anggota yang diperbolehkan memegang senpi adalah yang memiliki perangai atau attitude keseharian yang baik. Penilaiannya dilakukan oleh pimpinannya masing-masing,’’ pungkasnya.

Warga Masih Trauma, Senpi Rakitan Dibantah

Pantauan Radar Lampung di Dayamurni, Kecamatan Tumijajar, Tuba Barat, sejumlah warung kecil masih tutup. Hal ini lantaran mereka masih takut dengan peristiwa Selasa (19/4) malam lalu. Karena pada saat itu jumlah massa cukup banyak, yakni sekitar 400 orang, yang datang dengan menggunakan truk dan mobil minibus serta motor.

Jajaran unsur pimpinan kecamatan seperti Camat Untung Budiono, M.H., Kapolsek Tuba Udik dan Tuba Tengah, serta Danramil terus melakukan koordinasi dalam setiap kesempatan.

Bahkan hubungan silaturahmi terus dijalin Untung dengan camat Terusannunyai. ’’Kita ingin semua berjalan baik, masyarakat sejahtera. Namun, kesemua itu bermuara pada keamanan,’’ katanya di Mapolsek Tuba Udik kemarin.

Aris (32) dan Kasminto (42), warga Dayamurni yang berjualan gorengan dan nasi, mengatakan bahwa mereka masih trauma lantaran peristiwa tersebut. Namun, keduanya terpaksa membuka warung makan dan depot gorengannya lantaran tidak ada biaya untuk menyambung hidup sehari-hari.

’’Bagaimana lagi, kalau nggak jualan besok, nggak bisa ngebul dapurnya,’’ ujar Aris sekitar pukul 15.00 WIB kemarin.

Hingga kemarin, aparat kepolisian pun masih berjaga-jaga di Mapolsek Tuba Udik, yang langsung di bawah komando Kapolres Tuba AKBP Dwi Irianto, S.I.K., M.Si.

Selain itu, Kapolsek Tuba Udik AKP Iswan Sahri juga setia menjaga kantor mapolsek bersama tiga peleton anggota dari Satuan Brimobda Lampung serta pasukan Samapta Polres Tuba dan Mapolda Lampung.

Iswan kepada Radar Lampung menuturkan, untuk penjagaan terdiri anggota brimob, samapta, dan satuan lainnya dari Resor Tuba. ’’Jadi, tujuan dari penempatan pasukan di sini hanya untuk mengantisipasi, jangan sampai ada hal-hal yang tidak kita inginkan,’’ tuturnya.

Sementara, para korban yang tertembak pascabentrok polisi Tuba dengan warga Kampung Gunungbatin Udik masih dirawat di Rumah Sakit Yukum Medical Center (YMC) dan Rumah Sakit Islam (RSI) Asy Syufaa, Yukumjaya.

Bahkan, Yudi (30), sopir truk yang tinggal di Kampung Gunungjaya, Terusannunyai, sadar dan masih menjalani perawatan di ruang HCU RS YMC. Dia bisa diajak bicara, walau masih terbata-bata karena menahan sakit di dada kanannya akibat tertembak peluru polisi.

’’Saya tidak tahu apa masalahnya. Karena waktu malam itu saya lagi mau narik muatan, terus diajak puluhan warga Gunungbatin untuk datang ke Polsek Tulangbawang Udik. Tiba di Pasar Dayamurni, rombongan telah dihadang anggota polisi,’’ terangnya.

Selain Yudi, korban luka tembak yang dibawa ke RS Yukum Medical Center yakni Udin (25), kernet truk, yang tinggal di Kampung Gunungbatin Baru. Ia mengalami luka tembak pada paha kiri. Kemudian korban luka tembak lainnya, yaitu Adi Saputra (21), warga Kampung Gunungbatin Baru. Dia menderita luka tembak tepat di bagian dada dan harus menjalani perawatan di RS Islam Asy Syifaa Yukumjaya, Kecamatan Terbanggibesar. Lalu Anggi (26), warga Gunungbantin Udik, mengalami luka tembak di tangan kanan dan menjalani perawatan di RS Asy Syifaa.

Sementara jenazah Sahab (45) dan Anton (28) telah dimakamkan di tempat pemakaman umum kampung setempat. Kepada Radar Lamteng (grup Radar Lampung), Heri, teman Anton, membantah senjata api (senpi) rakitan yang ditemukan polisi di lokasi kejadian milik warga Gunungbatin.

’’Soalnya kedatangan mereka untuk mempertanyakan permasalahan sebenarnya hingga bisa menewaskan Sahab. Namun, kedatangan mereka ke sana diduga melakukan penyerangan, sehingga warga yang menggunakan truk, mobil, dan motor berhamburan,’’ terangnya.

Akibat kejadian itu, Anton yang posisinya berada dalam mobil Suzuki Escudo BE 1085 T tertembak. Bahkan, mobil tersebut nyaris hancur diberondung peluru polisi. Kini mobil itu berada di Polsek Tuba Udik.

’’Tidak hanya itu. Yudi, sopir truk BE 9120 TA, juga tertembak. Sedangkan yang lainnya, yaitu Anggi, Udin, dan Adi, tertembak ketika melarikan diri dari petugas. Sementara mobil yang dibawa kami bersama Anton masih berada di kantor polsek dalam keadaan hancur karena ditembak polisi,’’ ujarnya. (fei/rnn/whk/c1/ary)

Bentrok Warga Mesuji v PT SWA, 7 Orang Tewas

Radar Lampung Web Version : Jumat, 22 April 2011


MESUJI – Bentrok terkait sengketa lahan kembali terjadi. Kali ini antara warga Sungai Sodong, Kecamatan Mesuji, dengan PT Sumber Wangi Alam (SWA). Informasi yang dihimpun dari tempat kejadian perkara (TKP), bentrokan itu menyebabkan tujuh orang tewas.

Saat ini, warga Desa Sungai Sodong menyerbu pabrik dan rumah karyawan perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit tersebut. Mereka bergabung dengan warga Desa Pagardewa, Sungai Tepuk, dan Pematangpanggang.

Warga datang ke perusahaan dengan menggunakan truk yang dilengkapi senjata api jenis FN, kecepek laras pendek dan panjang, serta parang. Informasinya, dua dari pihak warga tewas, sedangkan dari perusahaan lima orang. Di antaranya satpam dan asisten kebun yang dibunuh di depan keluarganya.

Apa yang menjadi motif keributan? Diduga warga Sungai Sodong sejak beberapa bulan ini melakukan pemanenan buah sawit milik PT SWA. Warga melakukan itu karena mengklaim kebun sawit tersebut jatah mereka, bukan milik inti perusahaan.

Hingga berita ini diturunkan, situasi di TKP masih mencekam. Seluruh karyawan PT SWA berlari meninggalkan rumah sehingga lokasi pabrik masih dikuasai warga.

Terpisah, Kapolda Sumatera Selatan Irjen Hasyim Irianto, S.H. melalui Kabidhumas Kombespol Sabaruddin Ginting, S.I.K. mengatakan, hingga kemarin sore pihaknya sedang melakukan upaya-upaya kepolisian dengan menurunkan personel ke lokasi kejadian.

’’Saat ini sedang dilakukan upaya-upaya kepolisian dari Polres OKI (Ogan Komering Ilir) dan jajaran polseknya. Kami (Polda Sumsel) sudah menurunkan personel satuan brimob dengan mem-backup langsung ke lokasi kejadian,’’ terang Ginting melalui pesan singkatnya tadi malam.

Dari informasi yang dihimpun, penyerangan bermula dari perkelahian antara dua warga Desa Sungai Sodong, Kecamatan Mesuji, Kabupaten OKI, dengan anggota Pengamanan (Pam) Swakarsa Wira Sandi yang sedang menjaga PT SWA di areal perkebunan yang diklaim milik perusahaan tersebut.

Kamis (21/4) sekitar pukul 12.00 WIB, rombongan karyawan dan buruh PT SWA yang selesai panen dengan pengawalan pam swakarsa dicegat oleh dua warga dari Desa Sungai Sodong. Kemudian, mereka diduga terlibat ribut mulut dan terjadilah perkelahian. Akibatnya, satu warga Desa Sungai Sodong terluka parah dan akhirnya meninggal dunia saat dilarikan ke puskesmas terdekat. Sedangkan satu warga lainnya ikut terluka.

Sementara satu anggota Pam Swakarsa Wira Sandi yang bernama Akbar meninggal dunia setelah sempat dilarikan ke Klinik Dabukrejo. Satu warga Desa Sungai Sodong yang terluka itu berhasil melarikan diri ke kampungnya dan memberitahukan kejadian tersebut kepada warga lainnya.

Situasi tambah mencekam, karena sejumlah warga Sungai Sodong yang tidak menerima kejadian itu diduga akan menyerang kamp PT SWA serta akan menyandera pimpinan dan karyawan perusahaan tersebut. (mg10/c1/niz)

Wednesday, April 20, 2011

Bentrok dengan Polisi di Tuba Barat Dua Warga Tewas

Utama Lampost : Rabu, 20 April 2011



GUNUNGMENANTI (Lampost): Seorang warga tewas ditembak polisi di arena pesta pernikahan di Kampung Gunungmenanti, Tumijajar, Tulangbawang Barat, kemarin siang. Malam harinya, massa yang marah berusaha menyerang polsek. Dalam bentrokan, seorang warga kembali tewas tertembak.

Korban yang ditembak di arena pesta adalah Sahab (45), warga Gunungbatin Udik, Kecamatan Terusan Nunyai, Lampung Tengah. Ia meninggal dunia dalam perjalanan saat dibawa ke Rumah Sakit Islam (RSI) Bandarjaya, Terbanggibesar, Lampung Tengah. Sementara, warga yang tewas saat berusaha menyerang polsek adalah Anton, juga warga Gunungbatin Udik.

Sahab ditembak Aipda David, kanit Provos Polsek Tulangbawang Udik, di arena pesta. Menurut Pusat (40), adik sepupu Sahab, David menembak Sahab karena cemburu.

Di tengah pesta, ujar Pusat, Sahab menuju panggung dan bersalaman dengan seorang biduan. Tita-tiba, David menegur dan memarahi korban. "Saat itu sempat cekcok di atas panggung," ujar Pusat. Wahab kemudian turun dari panggung.

Namun, kata Pusat, David menyusul dan mengarahkan pistol ke arah korban. Saat itu juga terdengar suara tembakan. "Tembakan itu mengenai dada dan perut. Akibat banyak kehilangan darah, korban meninggal saat dibawa ke rumah rumah sakit," ujarnya.

Tetapi, sejumlah polisi mengatakan Sahab juga memegang senjata api saat di pesta. "Dia (Sahab, red) juga terlibat kasus narkoba dan masuk DPO (daftar pencarian orang) kasus curas," ujar seorang polisi.

Serang Polsek

Kematian Sahab menyulut kemarahan warga Gunungbatin Udik. Malam harinya, sekitar pukul 21.30, massa di antaranya dengan empat truk, sebuah minibus, puluhan sepeda motor berusaha mendatangi Mapolsek Tulangbawang Udik yang berada di Pasar Dayamurni.

Tetapi, seratusan petugas kepolisian sudah berjaga-jaga di perempatan, sekitar 20 meter dari Mapolsek, karena sebelumnya telah mendengar kabar warga bakal mendatangi Mapolsek.

Massa yang datang dihadang polisi. Mobil Suzuki Escudo BE-1085-T warna hitam yang berada paling depan mendekati polisi. Dari dalam mobil terdengar teriakan: serang....! Dan, terdengar suara tembakan dari mobil.

Polisi balas melepaskan tembakan. Mobil berusaha kabur tetapi gagal karena ban pecah akibat ditembak polisi. Para penumpangnya turun dan kabur. Massa yang di atas truk dan sepeda motor pun kabur menjauhi petugas. Saat itulah, petugas menemukan Anton tewas di dekat mobil Escudo. Dalam mobil, petugas juga menemukan sebuah senjata api rakitan.

Dalam kejadian itu, polisi juga menangkap dua warga berikut sebuah sepeda motor dan mobil Escuda. Di Mapolsek, juga tampak sebuah mobil milik wartawan yang kacanya dipecahkan massa.

Tak lama setelah massa mundur, polisi juga mendapat kabar bahwa Pos Lantas Kalimiring di Kampung Murnijaya, Kecamatan Tumijajar, sekitar 10 km dari Polsek Tulangbawang Udik, dibakar massa.

Sampai tadi malam Kapolres Tulangbawang AKBP Dwi Iriyanto dan Pejabat Bupati Tulangbawang Barat Bachtiar Basri masih berada di Mapolsek Tulangbawang Udik. Tetapi, keduanya enggan berkomentar. "Suasana masih seperti ini, saya belum bisa berkomentar," ujar Kapolres. Sementara, Bachtiar Basri masih berusaha meredam massa dengan menghubungi sejumlah tokoh masyarakat.

Untuk mengantisipasi massa yang bakal berdatangan, petugas dari Polres Lampura pun dikerahkan untuk membantu aparat yang telah berjaga-jaga di sekitar Mapolsek Tulangbawang Udik. (CK-6/R-2)

Wednesday, April 13, 2011

SENGKETA LAHAN: Warga Purnama Tunggal dan Tanjungratu Bentrok

Ragam Lampost : Kamis, 14 April 2011


WAY PENGUBUAN (Lampost): Warga dua kampung di Kecamatan Way Pengubuan, Lampung Tengah—Kampung Purnama Tunggal dan Tanjungratu— bentrok, Rabu (13-4), sekitar pukul 11.00. Sebuah sepeda motor dibakar.

Kericuhan berawal dari persoalan batas lahan yang diperebutkan antara kedua kampung. Awalnya, Imam Bahroni, warga Purnama Tunggal, sedang menanam padi ditemani tiga keponakannya: Nafsiah, Mustakimah, dan Suwitri.

Saat itulah, Samsuri, warga Tanjungratu, mendatanginya dan mengingatkan bahwa lahan itu miliknya. Namun, Imam yang juga merasa memiliki hak atas lahan itu berkeras tetap menggarap lahan seperempat hektare tersebut. Akhirnya, terjadilah aksi saling pukul.

Imam dilarikan ke RS Islam, Bandarjaya, karena luka memar di wajah dan gigi depannya terlepas.

Mengetahui kejadian itu, ratusan warga Purnama Tunggal yang berbekal sejumlah senjata tajam berusaha menyerang warga Kampung Tanjungratu. Warga Tanjungratu pun sudah siaga.

Dari aksi balasan tersebut, sebuah sepeda motor Kawasaki BE-7136-HO yang dikendarai Sofi, warga Tanjungratu, dirusak warga Purnama Tunggal. Sofi berhasil melarikan diri.

Bentrokan baru dapat diredam setelah aparat dari Polres Lamteng turun ke lokasi kejadian. Dengan difasilitasi Kapolsek Way Pengubuan Iptu Nuraminin, Kasat Sabara Polres Lamteng AKP Ferry Anda, dan Camat Way Pengubuan Dancik Abubakar, warga kedua kampung akhirnya didamaikan di Mapolsek Way Pengubuan. "Saya harap masyarakat menahan diri sampai persoalan ini selesai. Tidak ada lagi warga yang saling serang," ujar Kapolsek.

Camat Way Pengubuan Dancik mengungkapkan pihaknya akan memfasilitasi penyelesaian sengketa lahan di perbatasan kedua kampung tersebut.

"Tanggal 18 April nanti saya ada acara di provinsi. Mudah-mudahan awal Mei nanti bisa diagendakan pertemuan antara perwakilan Kampung Purnama Tunggal dan Tanjungratu untuk membahas penyelesaian lahan ini," ujar Dancik.

Dalam pertemuan kemarin, warga kedua kampung sepakat menahan diri untuk tidak saling menyerang. Samsuri mengakui kesalahan karena memukul Imam Bahroni. Samsuri juga menyatakan bersedia memperbaiki sepeda motor milik Sofi yang dirusak warga Purnama Tunggal.

Sementara, biaya pengobatan Imam Bahroni yang dirawat di RS Islam Bandarjaya ditanggung sepenuhnya Kepala Kampung Purnama Tunggal, Sabarudin.

Wakil Bupati Lampung Tengah Mustafa yang masih di Jakarta untuk mengurusi lahan eks PT Pago langsung memerintahkan camat segera mencari solusi penyelesaian sengketa. (LUT/R-2)

Jalinteng Ditutup Sebulan Jalan lintas tengah ditutup total (JADS)

Utama Lampost : Rabu, 13 April 2011



BARADATU (Lampost): Jalan lintas tengah ditutup total karena kondisi jembatan Way Besai di Kampung Banjarmasin, Kecamatan Baradatu, Way Kanan, makin mengkhawatirkan. Perbaikan diperkirakan selesai satu bulan.

Mulai Selasa (12-4), pukul 00.00, jembatan itu tidak boleh dilalui kendaraan bermotor roda empat atau lebih. Kepolisian memasang portal dan hanya memperbolehkan jembatan dilewati sepeda motor dan pejalan kaki.

Dari pagi hingga sore kemarin, sekitar jembatan menjadi tempat naik-turun penumpang. Para penumpang diturunkan di pangkal jembatan. Selanjutnya, mereka melanjutkan dengan kendaraan umum yang mangkal di seberang jembatan.

Semua kendaraan dari arah Bandar Lampung yang melalui jalur lintas tengah dialihkan melalui simpang Tulungbuyut, Kampung Kalipapan, Kecamatan Negeriagung, tembus ke Kampung Gunungkatun, Kecamatan Baradatu, dan sebaliknya. Jalur sepanjang lebih kurang 35 km itu bisa ditempuh dengan waktu dua jam.

Kemarin Lampung Post menelusuri jalan alternatif itu. Mulai dari Kampung Gunungkatun hingga Kampung Kalipapan, jalanan banyak kubangan lumpur.

Di jalur tersebut, dua truk Colt Diesel BE-9257-JB bermuatan asbes dan BE-9661-BJ bermuatan semen terjebak di tanah yang ambles. Akibatnya, terjadi antrean kendaraan.

Ditemui di jalur alternatif, Kapolres Way Kanan AKBP Agus Prianto mengatakan pihaknya menjamin keamanan pengguna jalur alternatif termasuk pada malam hari. Pihak kepolisian setempat akan menurunkan anggotanya di beberapa titik ruas jalan dalam mengantisipasi keamanan dan kenyamanan pengendara.

Penutupan total jembatan di jalinteng itu berdasarkan surat dari Dinas Bina Marga Provinsi Lampung tanggal 11 April 2011. Berdasarkan hasil pemeriksaan tim Balai Besar Jalan Nasional Wilayah III, landasan as jembatan patah dan badan jembatan terus turun.

Patahnya landasan jembatan disebabkan truk Fuso BG-8181-FM bermuatan batu bara yang dikemudikan Juniarto (35) oleng ketika menuruni tikungan dan menghantam tiang jembatan pada Sabtu (9-4) pagi.

Perbaikan

Menurut Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala Dinas Bina Marga Provinsi Lampung Arif Hidayat, hari ini petugas akan ke lokasi untuk menganalisis rencana perbaikan dan kebutuhan anggaran.

"Yang jelas pengerjaannya tidak akan memakan waktu lama seperti jalinsum yang putus di Bakauheni. Paling satu bulanan," kata Arif kemarin.

Arif menjelaskan truk yang menabrak jembatan menyebabkan satu rangka baja rusak. Rangka beton di bawah jembatan pun turun dan berbahaya jika dilalui kendaraan berat.

Penanganannya, kata Arif, rangka baja yang lepas dan turun akan didongkrak ke atas dan diberi dudukan baja sepanjang kurang lebih 8 meter. Selama perbaikan, menurut Arif, jembatan ditutup total.

Arif memastikan Dinas Bina Marga tidak akan membangun jembatan darurat. Alasannya, sungai di bawah jembatan merupakan sungai dalam yang sangat berisiko jika melintasinya menggunakan jembatan darurat.

Usia jembatan itu sudah lebih dari 20 tahun. Kementerian Pekerjaan Umum, menurut dia, sudah merencanakan pembangunan jembatan serupa di sebelah jembatan yang ada sekarang melalui APBN 2011.

Jika jembatan baru ini rampung, seluruh arus transportasi tidak boleh melewati jembatan lama. "Tanah di sekitarnya sudah ada yang punya PU. Hanya membebaskan sedikit lagi," ujarnya. (LEH/NOV/MG3/R-2)

Lampung Basis NII Paling Strategis

Utama Lampost : Kamis, 14 April 2011


JAKARTA (Lampost): Para aktivis Negara Islam Indonesia (NII) masih aktif melanjutkan pergerakan di Indonesia. Provinsi Lampung bahkan dinilai menjadi salah satu basis NII paling strategis.

Pascapertemuan anggota NII di Tangerang pada 1 Juli 1979, Lampung dijadikan sebagai komandemen wilayah (KW) baru dan mengangkat Adah Djaelani sebagai imam NII.

"Data yang kami pantau, saat ini gerakan NII memiliki sekitar 200 ribu jamaah yang tersebar di Indonesia," jelas Pendiri NII Crisis Center Ken Setiawan di Jakarta, Rabu (13-4).

Pergerakan aktivis NII di Lampung pernah dipaparkan secara gamblang oleh Murni Sulaiman, pentolan NII, saat diundang ke redaksi Lampung Post beberapa tahun lalu. Murni saat itu mengatakan NII belum pernah dibubarkan, tetapi ia tidak lagi mengikuti kegiatan organisasi itu.

Menurut Ken Setiawan, Lampung adalah KW 8. Sedangkan Jakarta Raya (meliputi Jakarta, Tangerang, Banten, dan Bekasi) masuk KW 9. "Peningkatan jumlah anggota NII demikian pesat karena pola dan modus operandi terstruktur rapi. Mereka memakai sistem multi level marketing, setiap anggota baru wajib merekrut anggota lainnya."

Ken menjelaskan, penculikan Laela Febriani alias Lian (26), wanita yang diduga diculik dan mengalami 'pencucian otak', mirip dengan modus gerakan NII dalam merekrut para mujahid ataupun donatur. Menghipnosis dan mengajak berpergian jauh seseorang adalah ciri khas gerakan NII.

"Modus perekrutan NII biasanya diharuskan menginap satu hari satu malam untuk proses hijrah dan dibaiat (diambil sumpah setianya) untuk NII. Seperti itulah yang dialami Lian."

Stres dan Gila

Lian ditemukan di Masjid Atta'awun, Puncak, Kabupaten Bogor, Jumat (8-4) malam. Pegawai Kementerian Perhubungan yang hilang sejak Kamis (7-4) siang itu disuruh orang yang menghipnosisnya di padepokan Bogor untuk menemui seorang wanita bernama Aisah yang sudah menunggu di Masjid Atta'awun. Lian selamat karena Aisah bersama empat wanita bercadar lainnya tidak sabar menunggu.

Menurut Ken, kondisi psikologis korban yang direkrut NII bisa lebih parah dari Lian akibat kedalaman doktrinnya. Banyak dari korban NII yang stres, gila, bahkan berujung pada kematian.

"Yang stres atau gila terjadi pada anggota baru. Terjadi perang pada pikiran mereka, antara merasa ajaran NII itu benar dengan banyaknya kebohongan yang harus mereka buat. Yang sudah masuk struktural bukan tak mungkin berujung pada kematian. Karena mereka biasanya suka menyiksa diri sendiri hingga busung lapar."

Ken menceritakan salah seorang korban yang pernah menghilang hingga 14 tahun. Korban tersebut bahkan sudah menikah tanpa diketahui orang tuanya. "NII biasanya mengincar karyawan, mahasiswa, dan guru. Jadi bisa siapa pun yang menjadi korban," serunya memperingatkan.

Antisipasi yang paling kuat, menurut Ken, ada pada kewaspadaan orang-orang terdekat. Calon korban harus selalu mengomunikasikan setiap keganjilan pertemuan dengan siapapun. "Jangan diam, harus bicara kalau ada ajakan aneh. Ajaran lain yang menyimpang memang banyak, tapi NII ini yang paling ekstrim."

Terkait penculikan istrinya, Andhika Teguh sudah memberikan keterangan kepada penyidik Polda Metro Jaya. "Unit Kejahatan Keras juga sudah menugaskan Polwan untuk berkomunikasi dengan keluarga Lian. Sebab Lian belumstabil sehingga polisi belum dapat memintai keterangannya," cetus Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombes Baharudin Djafar.

Terkait padepokan yang menurut Lian penuh dengan orang bercadar dan berjenggot, Kanit Serse Polsek Cisarua AKP Iwan Wahyudi belum menelusurinya karena kasus penculikan tersebut ditangani Polda Metro Jaya. "Apakah kasus ini masuk penculikan atau tidak, itu kewenangan Polda Metro Jaya. Kami hanya membantu." (MI/R-1)

Monday, April 4, 2011

Revitalisasi Pertanian Butuh Rp65 Miliar

Ekonomi Lampost : Selasa, 5 April 2011






BANDAR LAMPUNG (Lampost): Pelaksanaan program revitalisasi penyuluhan pertanian, perikanan, dan kehutanan di Provinsi Lampung membutuhkan alokasi dana sebesar Rp65 miliar pada 2012.

Alokasi dana tersebut nantinya akan difungsikan untuk memantapkan program revitalisasi penyuluhan, di antaranya pemantapan sistem penyuluhan, pemantapan sistem pelatihan pertanian, revitalisasi sistem pendidikan pertanian, koordinatasi lintas pelaku, dan program pemberdayaan kelembagaan petani dan usaha.

"Pada 2012, dibutuhkan alokasi dana Rp65 miliar untuk mengatasi permasalahan yang ada, baik dari APBD provinsi maupun kabupaten/kota guna memantapkan program revitalisasi penyuluhan," kata Kepala Sekretariat Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan Provinsi Lampung, I Made Suwetja.

Ia mengungkapkan hal itu saat memberikan sambutan pada acara pengukuhan pengurus KTNA, pengukuhan komisi penyuluhan, pertemuan penyuluh, dan penyerahan lulusan Polinela menjadi penyuluh, serta pemberian penghargaan kepada PTPN VII dan PT Bukit Asam, di Balai Keratun, Bandar Lampung, Senin (4-4).

Suwetja menambahkan berdasarkan hasil prarakorenluh dan rakorenluh yang sudah dilakukan sebelumnya, terdapat tujuh kesepakatan dan salah satunya, yakni pelaksanaan penyuluhan pertanian, perikanan, dan kehutanan (P2K) masih dihadapkan pada masalah kurangnya tenaga penyuluh, terbatasnya sarana dan prasarana, serta kurang memadainya alokasi dana APBD provinsi dan kabupaten/kota. Hadir pada acara tersebut, Gubernur Lampung Sjachroedin Z.P. dan Wakil Ketua I KTNA Pusat Lukman Zakaria.

PT BA Terima Penghargaan

Suwetja menjelaskan hingga kini di Lampung telah memiliki 1.914 penyuluh, 180 balai penyuluh, 1.468 gapoktan, 19.043 poktan, dan 622 perkumpulan petani pemakai air. Selain itu, 62% petani di Lampung sudah tergabung ke kelompok tani. Jika hal tersebut dapat diberdayakan dengan benar, bukan hal mustahil Lampung akan menjadi provinsi unggulan dalam produksi hasil P2K.

Sementara itu, Gubernur Lampung Sjachroedin Z.P. dalam sambutannya mengatakan peran penyuluh sangat penting sebagai ujung tombak dalam meningkatkan kinerja perekonomian daerah dan kesejahteraan masyarakat, baik dalam hal memberikan bimbingan hingga untuk menghasilkan produksi P2K yang lebih maksimal.

Meskipun demikian, Gubernur menambahkan peran penyuluh saat ini masih dirasa kurang dan harus terus ditingkatkan. "Petani seakan sudah kehilangan kepercayaan karena kinerja penyuluh kendor akibat kurangnya perhatian dari pemerintah," ujarnya.

Secara terpisah, penghargaan yang diperoleh PT. Bukit Asam (Persero) Tbk. Unit Pelabuhan Tarahan terkait atas penyaluran program corporate social responsibility (CSR) kepada kelompok tani. Penghargaan yang diserahkan langsung Gubernur Lampung diterima Direktur SDM dan Umum PT BA Mahbub Iskandar.

Penghargaan yang diterima PT BA Unit Pelabuhan Tarahan berkat partisipasinya dalam mengisi pembangunan Provinsi Lampung melalui program kemitraan bidang pertanian, yaitu membantu dua kelompok tani yang terdiri 38 orang yang ada di Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Pringsewu.

Dana yang disalurkan Rp355 juta ini nantinya akan dicicil selama satu tahun, dan dana yang sudah dikembalikan tersebut akan disalurkan kembali kepada kelompok tani lainnya. (MG18/E-1)