Friday, April 22, 2011

Komnas HAM Turun ke Lampung

Radar Lampung Web Version : Jumat, 22 April 2011

Polda Bentuk Tiga Tim Investigasi

BANDARLAMPUNG – Polda Lampung dan Polres Tulangbawang serta anggota Polsek Tulangbawang Udik harus pandai-pandai menyusun alibinya. Sebab, bentrok anggota Polsek Tuba Udik dengan ratusan warga Gunungbatin Udik, Kecamatan Terusannunyai, Lampung Tengah, menuai perhatian serius dari Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM).

Rencananya, Minggu atau Senin (24-25/4) mendatang, komisi yang membidangi permasalahan HAM di Indonesia tersebut akan menurunkan timnya ke lokasi kerusuhan untuk mencari fakta-fakta di lapangan terkait bentrokan yang menyebabkan dua warga tewas tertembak itu.

’’Kami akan ke Lampung untuk menyelidiki bentrokan tersebut. Kedatangan kami untuk menyelidiki apakah ada pelanggaran HAM. Penyelidikan diawali dengan mencari tahu penyebab terjadinya bentrokan,’’ ujar Komisioner Komnas HAM Johny Nelson Simanjuntak kepada Radar Lampung melalui sambungan telepon kemarin (21/4).

Johny menegaskan, ada tiga tujuan kedatangan mereka ke Lampung nanti. Pertama, untuk menyelidiki peristiwa bentrokan itu. Lalu untuk mengetahui apakah memang respons polisi ketika menerima kedatangan ratusan warga dengan cara memberondong menggunakan peluru tajam. Dan yang terakhir, mengetahui sikap dan mental kepolisian setempat

’’Mental kepolisian setempat juga akan kami selidiki, mengapa sampai bentrokan tersebut terjadi, apakah ketika itu polisi sudah ketakutan sehingga merespons kedatangan warga dengan tembakan peluru tajam. Kalau seperti itu, sangat jelas indikasi pelanggaran HAM ada dalam kasus ini,’’ paparnya.

Apalagi informasi yang didapatnya, tidak hanya sekali pihak kepolisian di kabupaten itu bentrok dengan warga. ’’Jangan-jangan ada masalah di polres tersebut. Karena bisa jadi, anggotanya hanya mengetahui menangani masyarakat dengan sistem milter sehingga tidak tahu bagaimana seharusnya fungsi polisi bagi masyarakat,’’ sindirnya.

Dia menambahkan, tim Komnas HAM yang turun ke lapangan tidak akan bergabung dengan tim pencari fakta lainnya, termasuk dengan Polda Lampung. ’’Yang kami cari kan beda, yakni untuk mengetahui apakah ada pelanggaran HAM dalam kasus tersebut. Nantinya jika ditemukan itu (pelanggaran HAM, Red) akan kami tuntut sesuai dengan temuan tersebut,’’ pungkasnya.

Salah Sistem, Bukan Oknum

Ketua Lampung Police Watch (LPW) M.D. Rizani secara tegas meminta Polda Lampung untuk menggali fakta baru di lapangan, bukan hanya dengan menjawab melalui media massa.

’’Sekarang saya tanya dengan Anda, mengapa untuk menangkap seorang bandar narkoba harus seorang Kanit Provos yang mengejar? Nah, sampai sejauh mana seorang Kanit Provos mengetahui data tersangka yang telah menjadi target operasi? Artinya, LPW melihat alasan Polda Lampung yang disampaikan oleh Kabidhumas AKBP Sulistyaningsih melalui media massa hari ini (kemarin, Red) sangat janggal,’’ ujarnya kemarin.

Rizani juga menilai, terdapat kecerobohan dari Polres Tuba dalam menangani kedatangan massa. Menurutnya, sesuai penjelasan dari Polda Lampung, penangkapan Sahab (45) yang dinyatakan sebagai bandar narkoba terjadi pada pukul 17.00 WIB di arena organ tunggal. Sementara massa bergerak ke Mapolsek Tuba Udik sekitar pukul 21.00 WIB. Artinya, ada space (jarak) waktu 4-5 jam.

’’Masak dalam jangka waktu tersebut polisi tidak bisa melakukan tindakan persuasif. Seharusnya kan mereka bisa langsung menghubungi tokoh-tokoh masyarakat, adat, agama, dan tentunya pemerintahan untuk mencegah bentrokan terjadi. Bukannya malah melayani emosi warga dengan memborbardir pakai senjata api yang diisi peluru tajam,’’ sesalnya.

Rizani mengharapkan, dengan terjadinya bentrokan tersebut, bisa menjadi bahan introspeksi Polda Lampung serta polres dan jajarannya lantaran bukti sikap kearogansian polisi di Provinsi Lampung sudah banyak terjadi.

Ia menguraikan, selain bentrok, sudah banyak arogansi aparat yang terjadi di Lampung. Contohnya oknum perwira di polda yang diduga menampar mantan camat Kemiling, dua oknum polisi yang diduga menculik salah seorang warga kemudian membuangnya ke jurang di Lampung Barat, kasus bentrok polisi di Kabupaten Mesuji yang menyebabkan warga tewas tertembak, polisi yang diduga melepaskan tersangka narkotika di Polresta Bandarlampung, dan banyak kasus-kasus lainnya.

’’Nah, kalau sudah banyak begini, tidak pantas sebutannya oknum. Ini berarti ada kesalahan sistem pembinaan mental kepada para polisi di Lampung,’’ tandasnya.

Rizani juga mengharapkan sistem peminjaman senpi yang diberikan kepada anggota lebih selektif sehingga tidak terjadi penyalahgunaan di lapangan. ’’Saat ini kan bagi anggota yang ingin memegang senpi harus lulus tes psikologis tertulis secara kolektif saja. Apakah hanya dengan itu sudah cukup? Untuk jadi wartawan saja selain tes psikologi, ada juga tes wawancara dan lainnya. Padahal hanya untuk mendapatkan pena dan laptop. Masak kalah sama tes masuk untuk menjadi wartawan,’’ sindirnya.

Terpisah, sekitar pukul 15.00 WIB kemarin, Kapolda Lampung Brigjen Pol. Sulistyo Ishak dengan didampingi Dirreskrimsus Kombespol Joko Hartanto, Dirintelkam Kombespol Budiono Sandi, dan Kabidhumas AKBP Sulistyaningsih menggelar konferensi pers di ruang Graha Jurnalis Mapolda Lampung.

Sulistyo menyatakan, pihaknya telah membentuk tim investigasi yang bertugas mencari fakta kebenaran kasus di lapangan untuk menyelidiki kebenaran kejadian bentrokan antara warga dengan polisi pada Selasa (19/4) lalu di wilayah Polsek Tuba Udik, arena organ tunggal, serta pembakaran pos polisi.

Tim pertama dipimpin Kabidpropam AKBP Asdjima’in. Tim ini bertugas untuk melakukan langkah-langkah proaktif mengenai sisi keprofesionalan tugas polisi ketika terjadi bentrokan.

Lalu tim kedua kaitan tugasnya mengenai keresersean. Koordinasinya di bawah Dirreskrimum AKBP Mahavira Zen, yang tugasnya diawali dengan mengolah tempat kejadian perkara kembali.

’’Tim ketiga yakni tim pencari fakta lengkap di bawah pimpinan Irwasda (Kombespol Pria Siswandi Ismail, Red) dan wakilnya Karo Ops (Kombespol Rahyono) dengan melibatkan unsur yang terlibat dari binmas dan unsur-unsur yang lain,’’ jelas Kapolda.

Mantan Wakadivhumas Mabes Polri ini melanjutkan, pembentukan tim bertujuan mendapatkan fakta sebenarnya di lapangan. ’’Kita tidak menginginkan kesimpangsiuran informasi. Mudah-mudahan simpang siur itu bisa terjawab dengan tiga tim yang dibentuk, tentunya juga masukan dari masyarakat dan media massa. Kita tidak ingin dengan adanya kasus ini, mengesankan polda tidak profesional dalam penanganannya,’’ tandas dia.

Alumnus Akademi Kepolisian tahun 1978 ini melanjutkan, pembentukan tim juga untuk meluruskan jika ditemukan tindakan polisi yang tidak profesional di lapangan. ’’Polisi dituntut profesional. Kalau ada hal-hal yang dinilai tidak profesional secara teknis atau ketentuan yang ada, maka tim investigasi akan melihat juga dari sana,’’ pungkasnya.

Sementara itu, terus Sulistyo, langkah lain yang dilakukan polda adalah bersama-sama dengan Forkopimda Kabupaten Tuba Barat menjaga kondusivitas masyarakat. ’’Tentunya kita tidak ingin hal serupa terulang. Kita berharap partisipasi dari masyarakat dan kesatuan-kesatuan yang lain,’’ tukasnya.

Lalu sampai berapa lama tiga tim diberi waktu bertugas? Jenderal bintang satu itu secara tegas menyatakan, tiga tim yang dibentuknya hanya dialokasikan waktu selama satu pekan dengan efektif kerja sejak kemarin. Sehingga tiga tim yang dibentuk hanya memiliki enam hari lagi waktu kerja.

’’Kita berharap kebenaran materil bisa ditemukan oleh tiga tim investigasi ini. Sementara tim yang dibentuk juga secara internal dan insya Allah hasil penyelidikan mereka sangat objektif. Jika memang harus A hasilnya, mengapa kami harus katakan B. Kami janji serius,’’ ujarnya.

Pria berkacamata ini menambahkan, Polda Lampung mulai kemarin akan menerapkan seleksi ketat dalam meminjamkan senpi kepada anggota. ’’Dari kejadian-kejadian yang ada dan hasil evaluasi yang dilakukan, kami sepakat hasil psikotes tertulis tidak menjamin seorang anggota laik dinyatakan untuk dipinjamkan senpi. Mulai sekarang, siapa pun anggota yang diperbolehkan memegang senpi adalah yang memiliki perangai atau attitude keseharian yang baik. Penilaiannya dilakukan oleh pimpinannya masing-masing,’’ pungkasnya.

Warga Masih Trauma, Senpi Rakitan Dibantah

Pantauan Radar Lampung di Dayamurni, Kecamatan Tumijajar, Tuba Barat, sejumlah warung kecil masih tutup. Hal ini lantaran mereka masih takut dengan peristiwa Selasa (19/4) malam lalu. Karena pada saat itu jumlah massa cukup banyak, yakni sekitar 400 orang, yang datang dengan menggunakan truk dan mobil minibus serta motor.

Jajaran unsur pimpinan kecamatan seperti Camat Untung Budiono, M.H., Kapolsek Tuba Udik dan Tuba Tengah, serta Danramil terus melakukan koordinasi dalam setiap kesempatan.

Bahkan hubungan silaturahmi terus dijalin Untung dengan camat Terusannunyai. ’’Kita ingin semua berjalan baik, masyarakat sejahtera. Namun, kesemua itu bermuara pada keamanan,’’ katanya di Mapolsek Tuba Udik kemarin.

Aris (32) dan Kasminto (42), warga Dayamurni yang berjualan gorengan dan nasi, mengatakan bahwa mereka masih trauma lantaran peristiwa tersebut. Namun, keduanya terpaksa membuka warung makan dan depot gorengannya lantaran tidak ada biaya untuk menyambung hidup sehari-hari.

’’Bagaimana lagi, kalau nggak jualan besok, nggak bisa ngebul dapurnya,’’ ujar Aris sekitar pukul 15.00 WIB kemarin.

Hingga kemarin, aparat kepolisian pun masih berjaga-jaga di Mapolsek Tuba Udik, yang langsung di bawah komando Kapolres Tuba AKBP Dwi Irianto, S.I.K., M.Si.

Selain itu, Kapolsek Tuba Udik AKP Iswan Sahri juga setia menjaga kantor mapolsek bersama tiga peleton anggota dari Satuan Brimobda Lampung serta pasukan Samapta Polres Tuba dan Mapolda Lampung.

Iswan kepada Radar Lampung menuturkan, untuk penjagaan terdiri anggota brimob, samapta, dan satuan lainnya dari Resor Tuba. ’’Jadi, tujuan dari penempatan pasukan di sini hanya untuk mengantisipasi, jangan sampai ada hal-hal yang tidak kita inginkan,’’ tuturnya.

Sementara, para korban yang tertembak pascabentrok polisi Tuba dengan warga Kampung Gunungbatin Udik masih dirawat di Rumah Sakit Yukum Medical Center (YMC) dan Rumah Sakit Islam (RSI) Asy Syufaa, Yukumjaya.

Bahkan, Yudi (30), sopir truk yang tinggal di Kampung Gunungjaya, Terusannunyai, sadar dan masih menjalani perawatan di ruang HCU RS YMC. Dia bisa diajak bicara, walau masih terbata-bata karena menahan sakit di dada kanannya akibat tertembak peluru polisi.

’’Saya tidak tahu apa masalahnya. Karena waktu malam itu saya lagi mau narik muatan, terus diajak puluhan warga Gunungbatin untuk datang ke Polsek Tulangbawang Udik. Tiba di Pasar Dayamurni, rombongan telah dihadang anggota polisi,’’ terangnya.

Selain Yudi, korban luka tembak yang dibawa ke RS Yukum Medical Center yakni Udin (25), kernet truk, yang tinggal di Kampung Gunungbatin Baru. Ia mengalami luka tembak pada paha kiri. Kemudian korban luka tembak lainnya, yaitu Adi Saputra (21), warga Kampung Gunungbatin Baru. Dia menderita luka tembak tepat di bagian dada dan harus menjalani perawatan di RS Islam Asy Syifaa Yukumjaya, Kecamatan Terbanggibesar. Lalu Anggi (26), warga Gunungbantin Udik, mengalami luka tembak di tangan kanan dan menjalani perawatan di RS Asy Syifaa.

Sementara jenazah Sahab (45) dan Anton (28) telah dimakamkan di tempat pemakaman umum kampung setempat. Kepada Radar Lamteng (grup Radar Lampung), Heri, teman Anton, membantah senjata api (senpi) rakitan yang ditemukan polisi di lokasi kejadian milik warga Gunungbatin.

’’Soalnya kedatangan mereka untuk mempertanyakan permasalahan sebenarnya hingga bisa menewaskan Sahab. Namun, kedatangan mereka ke sana diduga melakukan penyerangan, sehingga warga yang menggunakan truk, mobil, dan motor berhamburan,’’ terangnya.

Akibat kejadian itu, Anton yang posisinya berada dalam mobil Suzuki Escudo BE 1085 T tertembak. Bahkan, mobil tersebut nyaris hancur diberondung peluru polisi. Kini mobil itu berada di Polsek Tuba Udik.

’’Tidak hanya itu. Yudi, sopir truk BE 9120 TA, juga tertembak. Sedangkan yang lainnya, yaitu Anggi, Udin, dan Adi, tertembak ketika melarikan diri dari petugas. Sementara mobil yang dibawa kami bersama Anton masih berada di kantor polsek dalam keadaan hancur karena ditembak polisi,’’ ujarnya. (fei/rnn/whk/c1/ary)

No comments:

Post a Comment