Thursday, May 3, 2012

Patung Roboh Gaya Iraq di Lampung Selatan, Pelajaran Penting Untuk Pemda

Lampung kembali membara. Berita menggegerkan nasional terjadi sore hingga malam ini di Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung tatkala warga Lampung Selatan berbondong-bondong menuju ke gedung DPRD Lampung Selatan, pada siang hari Senin (30/4). Gagal menyampaikan maksud melalui dialog, sebagian warga Lampung selatan yang domotori oleh Liga Mahasiswa Nasional Demokratik (LMND) dan menamakan diri Forum Rakyat Lampung Selatan Bersatu (Forlas Bersatu) diikuti sekitar dua ribuan warga. Unjuk rasa yang awalnya menyampaikan dialog tersebut dan berakhir menjadi anarkis saat ini adalah kelanjutan unjuk rasa yang dimotori oleh kelompok masyarakat dan mahasiswa yang sama pada 13 dan 20 Maret 2012 lalu. Unjuk rasa kali ini dilakukan lebih massif setelah penantian selama sebulan sebelumnya oleh kelompok warga. Aparat keamanan yang telah berusaha menjaga lokasi dengan melepaskan gas air mata tak mampu membendung warga yang mulai bringas. Warga dan mahasiswa melakukan protes kepada pemerintah daerah Lampung Selatan yang dianggap semena-mena mempergunakan uang rakyat untuk kepentingan yang tidak terlalu signifikan mensejahterakan rakyat, yaitu pembangunan patung Zainal Abidin Pagaralam (ZAP) yaitu mantan Gubernur Lampung periode 1966 - 1973. Patung ZAP yang menelan biaya sebesar Rp.1,7 miliar dan terbuat dari perunggu setinggi 10 meter itu memang berukuran besar untuk sebuah patung di Kabupaten. Menurut beberapa informasi ketinggian patung ZAP itu bahkan melebihi patung pahlawan nasional, Jendral Soedirman yang hanya setinggi 8 meter di Jalan Sudirman, Jakarta. Tapi tentu bukan karena persoalan melebihi tau tidak boleh patung lainnya dalam masalah ini. Seperti dalam jejak peristiwa yang disebutkan di atas ternyata persoalan membangun patung ZAP ini menurut masyarakat terkesan berlebihan. Indikatornya adalah patung ZAP tersebut dinilai warga bukan saja karena menghabiskan anggaran yang besar untuk tujuan yang kontra produktif dengan kesejahteraan rakyat tapi juga sebuah bentuk pernyataan sikap anti feodalisme, dimana beberapa warga melihat supremasi klan (keluarga) ZAP mulai mendominasi di beberapa sektor dan jenjang pemerintahan daerah baik di provinsi maupun di kabupaten bahkan sampai kecamatan. Selain itu, beberapa catatan ZAP tentang reputasi dalam karier dari masa ke masa ternyata memang salah satu sesepuh dan pendiri kabupaten Lampung Selatan dan sangat dikenal di provinsi Lampung. Beberapa catatan tentang beliau yang telah meninggal pada tahun adalah sebagai berikut : Zainal Abidin Pagar Alam, kelahiran Tanjungkarang, Bandar Lampung, 29 Februari 1916. Meninggal di Tanjungkarang, Lampung, 6 September 1989, dalam usia 73 tahun. Meninggalkan 9 orang anak, salah satunya adalah Sjachroedin ZP yang merupakan Gubernur Lampung Saat ini. Salah satu cucunya (anak Gubernur Lampung saat ini (Sjachroedin ZP) kini menjadi Bupati di Kabupaten Lampung Selatan tempat bergolaknya kota Lampung Selatan hari ini, yaitu Bupati Rycko Menoza. Pernah menjabat sebagai Residen, Karesidenan daerah Lampung yang waktu itu merupakan bagian dari kekuasaan daerah Provinsi Sumatera Selatan. Pernah menjabat beberapa kali sebagai Bupati di beberapa kabupaten misalnya sebagai Bupati Lampung Utara; Bupati Belitung, Walikota Tanjung Karang dan Teluk Betung (sekarang Bandar Lampung). Salah ssatu pemrakarsa berdirinya Universitas Lampung. Penggerak berdirinya Bandar Udara Radin Inten II Menjadi Gubernur Lampung periode 1966 - 1972. ZAP juga dikenal sebagai penggagas dibangunnya pelabuhan Bekauheni secara lebih modern pada zaman Orde Baru. Entah benar atau tidak catatan dan reputasi di atas, tapi dari berbagai sumber menyatakan hal yang sama yaitu ZAP memang adalah tokoh masyarakat terkenal, sesepuh penting bagi masyarakat Lampung dan termasuk tokoh pembangunan di beberapa Kabupaten di dalam Provinsi Lampung. Meskipun demikian, apakah tindakan warga mirip dengan pola penghancuran patung ZAP seperti proses terjadinya penghancura patung Saddam Husein penguasa “legendaris” Iraq pada April 2003 lalu dibenarkan? Apalagi prosesnya ternyata menyasar tak terkendali hingga merusak beberapa bagian perkantoran yang berlokasi di sekitar Wacana:
Peristiwa robohnya patung ZAP di Lampung mengingatkan kita pada peristiwa yang hampir sama di Iraq, tepatnya pada 9 April 2003 di Firdos Square, Baghdad, Iraq. Beberapa persamaan dan perbedaannya antara lain adalah : Patung Saddam dirobohkan dengan cara ditarik oleh salah satu kendaraan tempur (tank) AS pada 9 April 2003. Sumber gambar : http://wac.450f.edgecastcdn.net/80450F/kfmx.com Saddam Hussein satu sisi dianggap sebagai pencetus kehancuan Iraq namun di sisi lain Saddam telah mampu membuat Iraq menjadi maju dan mandiri. Saddam, sebelum “berseberangan” dengan AS dan sekutunya dianggap masyarakat Iraq sebagai bapak pembangunan. Bedanya, ZAP tidak terkait apapun dengan AS dan sekutunya. Patung Saddam Hussei proses penghancurannya dililitkan kabel dileher patung Saddam kemudian ditarik oleh sebuah kendaraan tempur AS. Bedanya patung ZAP ditarik oleh truk milik warga. Patung Saddam dirobohkan pada hari Rabu 9 April 2003. Patung ZAP juga pada bulan yang sama meskipun beda tanggal dan harinya. Patung Saddam Husen dan ZAP sama-sama terbuat dari perunggu, bedanya adalah patung Saddam setinggi 15 meter dan diapit oleh dua hotel (Sheraton dan Palestine), patung ZAP setinggi 10 meter dan diapit oleh dua jalan protokol saja. Sama seperti patung ZAP, ternyata patung Saddam juga termasuk dalam 10 patung yang paling kontroversial di dunia. Patung yang dibuat khusus untuk merayakan ulang tahun Saddam ke 65 itu menuai banyak kritikan pedas masyarakat pada saat itu. (Sumber : http://justkardoman.wordpress.com/). Lantas mengapa warga seperti tidak memerlukan reputasi itu lagi saat ini? Apakah warga tak perlu lagi memaknai artinya jasa para leluhur meskipun belum tentu pahlawan? Ataukah karena memang warga terobsesi dengan peristiwa yang sama di Iraq beberapa tahun yang silam? Apakah pemerintah daerah dimanapun kini mendapat pelajaran berharga dari Lampung Selatan tentang bagaimana mengelola dan mengolah dana rakyat dengan lebih bijaksana? Hanyalah waktu saja yang menentukan. Harapan kita tentu hanya satu saja, yaitu tindakan anarkis bukanlah cara-cara yang tepat dalam menyalurkan aspirasi, bukan? Karena semua warga mempunyai kekuatan dan hak yang sama. Dikuatirkan pola-pola seperti itu akan dapat memicu pergesekan horizontal jika ini terus terjadi.(Kompasiana)

No comments:

Post a Comment