Saturday, May 9, 2015

Raja Yang Demokratis, Mungkinkah?

Silang pendapat di lingkungan keluarga Keraton dan masyarakat Jogya terkait Sabda Sultan sangatlah memperihatinkan kita semua. Kita berharap kerajaan yang berada di tanah istimewa Yogyakarta ini mampu mempertahankan diri yang berarti sekaligus juga mempertahankan nilai nilai luhur yang selama ini menghantar warisan yang mahal ini tetap eksis di era modern sekarang ini.  Kepatuhan para abdi dalem kepada titah Sultan selama ini membanggakan kita semua yang ada di luar sistem itu, diera yang tak pernah sunyi dari berbagai protes protes kepada penguasa dan bahkan cerca dan caci maki selalu saja akan terdengar sejak lengsernya Presiden Soeharto, kini banyak pihak yang mulai merindukan ketentraman lingkungan.

Adanya pemimpin yang mengayomi rakyat, serta pemimpin yang dicintai oleh rakyatnya. Kita berharap Sultan Hamengkubuwono akan menjadi sosok teladan akan seseorang pemimpin yang menyejukkan hati rakyatnya, tetapi ada daya di minggu terakhir ini internal dan bahkan meluas menjadi gunjingan rakyat prihal kegaduhan Kesultanan Ngayugyokarto yang selama ini sangat kita dukung keberadaannya.


Kita semua ingat betapa penyesalan yang sangat besar ditunjukkan secara serentak oleh rakyat Yogyakarta ketika Presdien SBY berusaha merubah sistem penunjukan Gubernur Yogyakarta, karena terkesan akan menggerus keberadaan Kesultanan yang satu ini. Kesultanan ini demikian dibela keberadaanya oleh banyak pihak tidaklah terlepas dari sosok Sultan yang selama ini turun temurun dan silih berganti terasa begitu dekat dengan rakyat. Hati Sultan adalah hati rakyat.

Kita berharap para Sultan dan Raja Raja di manapun berada di bumi persada ini bersepakat dan berlomba untuk menjadi dan mempertahankan posisi sebagai sosok yang dekat dengan komunitas yang dipimpinnya. Biar saja orang mau bilang apa dengan eksistensi Kesultanan itu, dan ini memang unik. Adanya Sultan dan Raja atau apapun nama yang disandangkan oleh komunitas itu. Teruis terang anak anak muda tidak sedikit yang tercengang dengan kehadiran para Sultan dan Raja di Republik ini. Tidak sedikit juga yang menganggap mereka sebagai negara dalam negara.Memang ini harus selalu dijelaskan kepada geberasi muda yang terputus dalam mempelajari sejarah.

Kita semua harus meyakini bahwa kehadiran komunitas pewaris adat hanya akan dapat dipimpin oleh pimpinan adat dalam komunitas itu. Dan pinpinan adat ada yang diberikan nama sebagai Raja, Sultan atau sebutan lain yang lazim mereka sebutkan. Yang paling penting bahwa kehadiran para pimpinan komuniotas adat itu dirasakan kemanfaatannya setidaknya oleh anggota komunitas itu. Dan kemanfaatan itu akan sangat terasa mana kala terkait kesejahteraan.

Seorang teman pernah berseloroh bahwa ciri raja itu ada beberapa diantaranya adalah, ucapan dan titahnya adalah hukum, tak seorangpun menentang, berdatang sembah dalam berhadapan, permohonan ampun sebelum sekalipun belum tentu salah,  diberi sebelum meminta, berdatang sebelum dipanggil. Tidak ...tidak ... tidak ... seluroh itu tidak boleh lagi terjadi di era sekarang ini. Manakala memfungsikan komunitas ini guna mencapai kesejahteraan bersama maka lembaga Kerajaan atau Kesultanan  pewaris adat itu akan eksis hingga sampai kapanpun.

SMART, 
Pewaris tahta kerajaan, atau kerajaan adat saat ini harus S.M.A.R.T, spesifik, jelas penegrtiannya, jelas arahnya dan tidak memiliki dua pengertian yang membingungkan, karena bisa dipertentangkan dan karena bisa ditafsir tafsirkan,   measurable (terukur) , yaitu jelas apa yang hendak dicapai, apa manfaatnya, lalu  attainable (masuk akal), yaitu sesuatu yang bisa dipahami  bagaimana untuk melaksanakannya, bagaimana cara mencapainya, lalu rasional,  yaitu sesatu yang yang sangat mungkin bisa dicapai, tetapi tidak pula keliwat mudah untuk mencapainya, yaitu sesuatu yang dapat dicapai  harus dengan segala perjuangan,  lalu timebon, kapan kita harus mencapai apa, harus ditetapkan waktunya, tidak boleh  sesuatu itu dicapai kapan saja nanti bila kita sudah mampu.

Demokratis.
Tidaklah ada keharusan bahwa seorang raja itu melakukan tindakan yang diktator


SABDA RAJA YANG MEMBUAT HEBOH ITU


VIVA.co.id - Sri Sultan Hamengku Bawano X sudah mengeluarkan dua Sabda Raja pada 30 April 2015 dan 5 Mei 2015. Sabda tersebut melahirkan kontroversi tidak hanya di lingkungan keraton, tapi juga masyarakat Yogyakarta.

Sultan akhirnya menjelaskan sabda tersebut dengan menggelar konferensi pers di kediaman putri sulungnya, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Mangkubumi, atau kediaman GKR Pembayun, pada Jumat, 8 Mei 2015.

Sultan menyatakan bahwa Sabda dan Dawuh Raja dikeluarkan karena zaman sudah berubah. Ini ditandai dengan selesainya perjanjian antara Kerajaan Mataram Lama dengan Mataram Baru.

Berikut Sabda Raja pada 30 April 2015.

Gusti Allah, Gusti Agung, Kuoso Cipto paringono siro kabeh adiningsun, sederek dalem, sentono dalem lan abdi dalem nompo welinge dawuh Gusti Allah, Gusti Agung, Kuoso Cipto lan romo ningsun eyang-eyang ingsun, poro leluhur Mataram wiwit waktu iki ingsun nompo dawuh kanugrahan dawuh Gusti Allah, Gusti Agung, Kuoso Cipto asmo kelenggahan ingsun Ngarso Dalem Sampean Dalem Ingkang Sinuhun Sri Sultan Hamengku Bawono Ingkang Jumeneng Kasepuluh Surya ning Mataram, Senopati ing Kalogo, Langenging Bawono Langgeng, Langgeng ing Toto Panotogomo. Sabdo Rojo iki perlu dimangerteni diugemi lan ditindakake yo mengkono sabdo ingsun.
Artinya:
Tuhan Allah, Tuhan Agung, Maha Pencipta, ketahuilah para adik-adik, saudara, keluarga di keraton dan abdi dalem, saya menerima perintah dari Allah, ayah saya, nenek moyang saya dan para leluhur Mataram, mulai saat ini saya bernama Sampean Dalem Ingkang Sinuhun Sri Sultan Hamengku Bawono Ingkang Jumeneng Kasepuluh Surya ning Mataram, Senopati ing Kalogo, Langenging Bawono Langgeng, Langgeng ing Toto Panotogomo. Sabda Raja ini perlu dimengerti, dihayati dan dilaksanakan seperti itu sabda saya.

Sabda Raja pada 5 Mei 2015.
Siro adi ingsun, sekseono ingsun Sampean Dalem Ingkang Sinuhun Sri Sultan Hamengku Bawono Ingkang Jumeneng Kasepuluh Surya ning Mataram, Senopati ing Kalogo, Langenging Bawono Langgeng, Langgeng ing Toto Panotogomo
Kadawuhan netepake Putri Ingsun Gusti Kanjeng Ratu Pembayun tak tetepake Gusti Kanjeng Ratu GKR Mangkubumi. Mangertenono yo mengkono dawuh ingsun.

Artinya:

Saudara semua, saksikanlah saya Sampean Dalem Ingkang Sinuhun Sri Sultan Hamengku Bawono Ingkang Jumeneng Kasepuluh Surya ning Mataram, Senopati ing Kalogo, Langenging Bawono Langgeng, Langgeng ing Toto Panotogomo mendapat perintah untuk menetapkan putri saya Gusti Kanjeng Ratu Pembayun menjadi Gusti Kanjeng Ratu Mangkubumi Hamemayu Hayuning Bawono Langgeng ing Mataram. Mengertilah, begitulah perintah saya. (ase)

No comments:

Post a Comment