Sunday, July 10, 2016

Aktivitas Dakwah Kesultanan Banten

Hasan Muarif  Ambari sebagai arkeolog kenamaan di Indonesia setidaknya menuliskan bahwa aktivitas dakwah Kesultanan Banten pernah mengalami keberhasilan dakwahnya secara mengesankan, sebelum pada perkembangan berikutnya Kesultanan Banten banyak diterpa prahara, banyak kejahatan, huru hara dan semacamnya seperti layaknya manakala terjadi guncangan terhadap kursi kekuasaan yang pada saat itu memimpin, yang perkembangan lanjut Banten benar benar dipimpin oleh raja yang lemah, seperti apa yang diinginkan oleh para pihak yang ingin menguasai potensi ekonomi Banten dan sahabat sahabatnya, Lampung sebagai sahabat, yang kebetulan memiliki lahan subur itu banyak dijadikan lahan tembak bagi para pihak yang berhasil menguasai perekonomian Banten.  Pelabuihan Banten adalah saksi bisu akan dominasi pihak penguasa ekonomi terhadap pihak Kesultanan yang sejatinya mulai lumpuh itu. Dan reduplah aktivitas dakwah di Kesultanan Islam Banten.

Banyak orang yang hanya tertarik untuk menuliskan Kesultanan Banten pada saat keislaman redup ditangan beberapa orang Sultan yang lemah. Ibarat contoh seperti para penulis pemerhati sejarah pemberontakan PKI hanya menuliskan sejarah mulai dari tanggal  2 Oktober 1965 yang sudah barang tentu saja maka PKI yang sebenarnya pemberontak itu oleh mereka justeru dicatat sebagai kurban kejahatan politik yang dilakukan oleh Pemerintah, karena mulau periode itu terjadi penumpasan PKI besar besaran yang berlanjut pada pembubaran PKI secara resmi. Tentu saja generasi mda yang membaca penggalan sejarah pemberontakan PKI marah besar kepada Pemerintah.

Demikian juga bagi para pembaca sejarah yang hanya membaca periode kelemahan Kesultanan yang mulai dikuasai oleh pelaku ekonomi pada saat itu ditambah lagi dengan kepentingan bangsa penjajah, akan mengatakan bahwa Kesultana Banten adalah bangsa penjajah  dan Lampung sebagai sahabat Banten sebelumnya dicatat sebagai wilayah jajahan Banten.Maka kebenaran sejarah adalah sesuatu yang nampaknya haruis selalu

Menurut catatan Hasan Muarif Ambari setidaknya ada tiga tokoh yang berhasil memimpin dakwah Islam di Banten, mereka adalah Sunan Gunung Jati, Maulana Hasanuddin dan Maulana Yusuf.. Dari 20 Sultan yang sempat memimpin kesultanan ini ada tiga orang sultan yang mendapatkan gelar yang sangat dimulyakan, yaitu gelar Maulana. Ketiganya adalah Maulana Hasanuddin, Maulana Yusuf dan Maulana Muhammad. Ketiga sultan yang bergelar Maulana itu berhasil memberikan warna keislaman di Banten. Walaupun ada diantaranya yang tidak berhasil mendapatkan gelar itu, dan ada pula beberapa Sultan yang sulit berklembang lantaran mendapatkan tekanan dari para saudagar tingkat dunia dan penjajah Belanda. Namun mereka yang tidak mendapatkan gelar itu bukan tidak berbuat untuk dakwah, mereka sebenarnya berhasil mempertahankan tradisi dakwah, walaupun tidak memiliki prestasi dalam menambahkannya. Tetapi catatan kita tentang aktivitas dakwah Kesultanan Banten tentu saja tak boleh sirna lantaran ada beberapa Siultan yang bernar benar tak mampu lantaran beratnya tekanan.


Hasan Muarif Ambari mencatat bahwa puncak perkembangan Kesultanan Banten sejalan dengan puncak penyiaran Islam. Banten menjadi pusat penyiaran Islam Banten bukan saja berhasil mengibarkan kemerdekaan Kesultanan ini. Selain Banten tak tersentuh oleh tangan penjajah, Banten juga menjadi pasaran dunia dalam perdagangan rempah rempah dan hasil hutan lainnya. Yang bahan perdanganan itu sebagain abesar datang dari Lampung. Sejalan dengan itu tentu saja lalu lintas di laut bagi para saudagar sangatlah amannya. Karena Banten memiliki prajurit yang sangat terlatih.

Banten menjadi pusat pendidikan Islam, Banyak yang berdatangan daerah daerah lain datang ke Banten untuk belajar agama Islam di Banten, Terdapat pesantren besar yang dijadikan pusat dakwah dan pendidikan Islam, yaitu Pesatren Kasunyataan. Pesanteren Kasunyataan adalah adalah terbesar dari sekian banyak pesantren yang muncul pada saat itu. Masjid pada pesantren Kasunyataan dikatakan lebih tua dari Masjid Agung Banten yang terpelihara itu.

Untuk kepentingan dakwah Pemerintahan pada masa Pemeritahan Maulana Muhammad banyak  menerbitkan kitab kitab yang diajarkan kepada para santri melalui pesantren pesantren yang ada di Banten. Pada saat itu juga Sultan mendirikan pesantren khusus  dan tempat sholat bagi perempuan yang disebut paweatren atau pawadonan. Selain perhatian untuk pengembangan wawasan bagi perempuan Sultan juga memberikan perhatian tentang pembekalan peningkatan wawasan para prajuruit Banten. Demikian sekelumit gambaran dari Arkeolog Hasan Muarif Ambari.

Catatan :  Ambari, Hasan Muarif, Agama dan Masyarakat Banten, dalam Banten Kota Pelabuhan Jalan Sutra, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1997.

No comments:

Post a Comment