Sunday, July 31, 2011

Gubernur Ikuti Acara ‘Belangighan’



BANDAR LAMPUNG (Lampost): Masyarakat adat Lampung menggelar pawai budaya belangighan menyongsong bulan suci Ramadan, Minggu (31-7). Diikuti Gubernur Lampung Sjachroedin Z.P., acara ini diawali dengan membakar jerami kemudian membasuh muka dengan air bunga melur.

Sejak pagi, Jalan Dr. Susilo yang biasanya ramai tampak sepi pada Minggu (31-7). Ruas jalan yang melintasi kompleks perkantoran Wali Kota Bandar Lampung, Hotel Marcopolo hingga Mahan Agung disterilkan.

Sekitar pukul 08.00, peserta pawai berkumpul di depan Mahan Agung. Mulai dari sekelompok muli mekhanai Lampung, pengurus organisasi Lampung Sai, anggota Majelis Penyimbang Adat Lampung, siswa sekolah hingga puluhan tukang becak siap membentuk arak-arakan.

Beberapa saat kemudian, Mawardi R. Harirama memberikan sambutan. Ia menjelaskan maksud dan tujuan terselenggaranya parade budaya itu untuk menyambut Ramadan. Jika menilik catatan sejarah, peristiwa hari ini merupakan pergelaran untuk pertama kalinya.

"Seingat saya baru pertama kalinya Pemerintah Provinsi Lampung mengagendakan secara resmi kegiatan belangighan ini bersama Lampung Sai dan Majelis Penyimbang Adat Lampung. Mudah-mudahan dapat diteruskan ke depan dan menginspirasi semua kepala daerah di Lampung," ujarnya.

Sementara itu, Gubernur Lampung Sjachroedin Z.P. menyambut baik penyelenggaraan itu. Meskipun persiapannya mendadak, kegiatan yang diinisiasi Lampung Sai dapat terealisasi. Gubernur mencanangkan kegiatan ini akan terus dilakukan di masa-masa mendatang.

"Ada beberapa manfaat dari kegiatan ini, selain bernuansa ibadah menyambut bulan suci Ramadan, juga merupakan upaya untuk menjaga tradisi nenek moyang orang Lampung yang sudah dilakukan masyarakat secara turun-temurun," kata Gubernur.

Sjachroedin menambahkan ke depan kegiatan ini tidak hanya diisi oleh upacara menyambut Ramadan masyarakat Lampung, dapat pula mengikutsertakan suku-suku lainnya, seperti Padang, Jawa, Palembang, dan Batak.

Ia mengatakan jika kegiatan ini digarap secara serius, pawai budaya spiritualitas ini dapat memberi nilai tersendiri bagi Provinsi Lampung, khususnya untuk bidang pariwisata dan budaya, sehingga kegiatan ini dapat menjadi salah satu objek wisata di Lampung.

Kadarsyah Isra, selaku ketua Majelis Penyimbang Adat Lampung (MPAL), menjelaskan upacara belangighan merupakan kegiatan bersuci dari masyarakat Lampung dalam menyambut bulan suci Ramadan. Kegiatan ini biasa dilakukan dengan mandi bersama di kali ataupun sungai di dekat kampung.

"Sudah merupakan sunah bagi umat muslim untuk menyambut Ramadan dengan bersuci. Begitu pun halnya dengan masyarakat Lampung. Bersuci ini dilakukan dengan upacara belangighan. Harapannya sebelum Ramadan kita terbebas dari dosa dan dapat kembali suci," kata dia.

Parade dilakukan mulai dari Mahan Agung hingga kolam renang Stadion Pahoman sebagai tempat akhir tujuan pawai dan tempat upacara belangighan atau mandi. Sebelumnya Kapolda Lampung Brigjen Sulistyo Ishak memecahkan kendi sebagai tanda dimulainya parade.

Di kolam renang Stadion Pahoman, upacara belangighan secara simbolis dimulai oleh Gubernur Lampung, Kapolda Lampung, dan Komandan Lanud Astra Ksetra Letkol Pnb. Dodi Fernando yang membakar merang atau jerami kemudian membasuh dahi dengan air bunga melur.

Membakar jerami merupakan simbol dari terbakarnya dan musnahnya dosa-dosa di masa lalu, sementara air bunga melur menandakan Ramadan harus dihadapi dengan wangi dan bersih. Sedang menceburkan diri ke sungai adalah membebaskan tubuh dari hadas kecil dan besar. Dengan demikian, jiwa dan raga kita benar-benar siap menghadapi Ramadan. (MG1/S-1)
Sumber : Lampung Post Online

No comments:

Post a Comment