Penggila Udang dan Kepiting
oleh alexander gbSudah setahun ini, setiap pembaca koran harian Lampung Post, terlebih penyuka sejarah Lampung, tentu tidak asing dengan sosok satu ini, yang setiap minggu namanya terpampang di rubrik Lampung Tumbai. Satu rubrik yang mengulas tentang Lampung Tempo Doloe. Dia Frieda Amran, yang dengan tekun merawat ingatan–melawan lupa istilah Milan Kundera akan sejarah kita.
Bagaimana ia menikmati dan menjalani hidup, bagaimana ia mencintai dunia yang membuatnya jauh dari rumah, jauh dari kehangatan keluarga? Apa yang ingin dan bisa dilakukan wanita yang usianya sudah memasuki paruh baya tersebut?
Ada banyak pertanyaan yang berkelindan dalam benak saya, yang belakangan jumut dengan persoalan perkembangan dan pergaulan seni dan pemikiran, khususnya teater di Lampung. Meski pertemuan dengannya terbilang singkat, atau boleh dikata sepintas lalu saja. Tapi ada hal, yang secara umum bisa saya simpulkan, ia jatuh cinta pada kekayaan budayaan Sumbagsel. Karena rasa cintalah kami bisa bertemu, berbicara ngalor ngidul di jantung kota Bandar Lampung, di dekat kolam Hotel Grande, sebuah sore.