Sunday, January 31, 2016

FRIEDA AMRAN, ANTROPOLOG, PERAWAT INGATAN TENTANG LAMPUNG

Penggila Udang dan Kepiting

oleh alexander gb

Sudah setahun ini, setiap pembaca koran harian Lampung Post, terlebih penyuka sejarah Lampung, tentu tidak asing dengan sosok satu ini, yang setiap minggu namanya terpampang di rubrik Lampung Tumbai. Satu rubrik yang mengulas tentang Lampung Tempo Doloe. Dia Frieda Amran, yang dengan tekun merawat ingatan–melawan lupa istilah Milan Kundera akan sejarah kita.

Bagaimana ia menikmati dan menjalani hidup, bagaimana ia mencintai dunia yang membuatnya jauh dari rumah, jauh dari kehangatan keluarga? Apa yang ingin dan bisa dilakukan wanita yang usianya sudah memasuki paruh baya tersebut?

Ada banyak pertanyaan yang berkelindan dalam benak saya, yang belakangan jumut dengan persoalan perkembangan dan pergaulan seni dan pemikiran, khususnya teater di Lampung. Meski pertemuan dengannya terbilang singkat, atau boleh dikata sepintas lalu saja. Tapi ada hal, yang secara umum bisa saya simpulkan, ia jatuh cinta pada kekayaan budayaan Sumbagsel. Karena rasa cintalah kami bisa bertemu, berbicara ngalor ngidul di jantung kota Bandar Lampung, di dekat kolam Hotel Grande, sebuah sore.

Monday, January 25, 2016

Peradaban Lampung dari Tayuhan Agung Sekala Brak



BANDAR LAMPUNG -- Dua orang petugas kerajaan menghadap Saibatin Peniakan Dalom Beliau (SPDB) Sultan Pangeran Sekala Brak Ke-23 Brigjen Edward Syah Pernong di rumah adat Lamban Kuning, Sabtu (23/1) siang itu.

Setelah melakukan penghormatan kepada Sang Sultan, keduanya pun nagguh atau mohon izin dengan kata-kata: Natabik kilu mahap, sikindua jama SPDB Sultan Sekala Brak Yang Dipertuan Ke-23, nattahko adok nitian di Lambang Kuning jo, khadu kuguaiko sikam khua jon, di segala liyu kurang na, sikam ngahantunko kilu mahap. (Bahasa Lampung, artinya: Perkenankan kami menghaturkan salam hormat dan permohonan ampun kehadapan Paduka Yang Mulia SPDB, bahwa prosesi penganugerahan gelar adat sudah kami laksanakan, atas lebih dan kurangnya kami mohon dimaafkan).

Dengan begitu, resmilah sudah menantu Sultan, yakni Kompol Dofie Pahlevi Sanjaya, berhak menggunakan adok atau gelar adat Rajo Gusti Dalom Sesuhunan. Dia juga menerima keris pusaka Sapusan Bumi dari sang mertua Sultan Sekala Brak.

Friday, January 22, 2016

Balutan Adat Lampung di Pernikahan Putri Pertama Raja Sekala Brak


Laporan Reporter Tribun Lampung Ana Puspita
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Raja Paksi Sekala Brak Kepaksian Pernong Lampung, Brigadir Jenderal Edward Syah Pernong menikahkan putri pertamanya, Aregina Nareswari Firuzzaurahma Pernong, Jumat (22/1/2016).
Suasana adat Lampung yang khas tampak dalam prosesi akad nikah. Kekayaan tradisi adat sudah terlihat mulai pintu masuk area akad nikah, yang berlokasi di Lamban Kuning, Sukarame.
Lamban Kuning didominasi warna merah, emas, dan juga sedikit sentuhan hijau. Pelaminan yang terletak di sisi kanan Lamban Kuning, terlihat megah dengan ornamen siger berwarna menyala, dan juga dekorasi pada bagian tengah di mana meja akad nikah diletakkan.
Sementara, pantauan Tribunlampung.co.id, dalam rombongan mempelai pria yang telah tiba, calon suami Aregina, Komisaris Doffie Fahlevi Sanjaya terlihat gagah mengenakan busana warna putih, dengan aksen perak pada bagian pergelangan tangan dan kerah.
Kedatangan mempelai pria ini disambut dengan tarian Samang Begayut, tarian khas dengan kibasan pedang, yang dahulunya bernama Tari Pedang Siputuk Liyu.
Adapun, tamu undangan yang terlihat hadir antara lain Gubernur Lampung M Ridho Ficardo beserta istri, Arprilani Yustin Ficardo
Di samping Ridho, tampak Ketua MPR RI Zulkifli Hasan dan Penjabat (Pj) Wali Kota Bandar Lampung Sulpakar.