Wednesday, February 26, 2014

[Fokus] Gunungsari, Kampung Tua Bandar Lampung


Oleh Meza Swastika

Tak bisa dipungkiri, Gunungsari menjadi denyut nadi utama Bandar Lampung sejak 1950-an. Ia sebagai pusat perekonomian dan daerah transit karena stasiun dan terminal berada di situ.

Permukiman Kelurahan Gunungsari
MANDALAWANGI, bus ukuran tiga perempat itu berhenti di salah satu sudut Pasar Tengah. Serombongan pemuda langsung berlari ke arah penumpang yang turun dari bus engkel itu. Beberapa di antara mereka terlihat menarik barang-barang bawaan milik penumpang.

Buku "Mengapa Kita Berkonflik?" Masuk Perpustakaan Leiden



BUKU terbitan Indepth Publishing "Mengapa Kita Berkonflik?" yang ditulis para akademisi, peneliti, jurnalis, pemuka agama, dan aktivis LSM di Lampung, sudah masuk dan dapat dibaca di Perpustakaan KITLV Leiden Belanda.

Managing Director Indepth Publishing Tri Purna Jaya di Bandarlampung, Rabu (12/2), mengatakan bahwa pihaknya berusaha mendistribusikan buku-buku terbitan Indepth ke perpustakaan-perpustakaan ternama di dunia.


"Selain ke KILTV Leiden di Belanda, kami juga meminta bantuan penulis-penulis yang tengah menempuh studi di luar negeri agar dapat memasukan buku-buku itu ke perpustakaan di tempat mereka menempuh studi, seperti di Jepang, Prancis, Malaysia, dan berbagai negara lainnya," katanya.

Wednesday, February 12, 2014

[Komunitas] Menggali Budaya Lampung lewat Komunitas Belajar

Oleh Dian Wahyu Kusuma

Sejak awal 2013 lalu berdiri, komunitas Lampung Belajar sudah membuka berbagai kelas belajar, di antaranya  kelas puisi, cetik, dan sulam usus. 

PEGIAT Lampung Belajar, Dewi Sophy Septeka, mengatakan walau baru satu tahun berdiri, komunitas ini sudah melakukan banyak kegiatan belajar bersama. Kelas yang sudah diselenggarakan, di antaranya menulis puisi oleh Ari Pahala Hutabarat dari Komunitas Berkat Yakin (Kober), teknik sulam usus oleh Aan Ibrahim, desainer, pemilik galeri sulam usus dan pegiat sulam usus di Lampung. 

Saturday, February 8, 2014

Menciptakan Kiblat Baru Selain Rancage

Oleh Isbedy Stiawan Z.S.



Buku puisi Suluh karya Fitri Yani,
pemenang Hadiah Sastra Rancage 2014
untuk sastra Lampung.
BERUNTUNGLAH sastra berbahasa Lampung bisa eksis di tengah media lokal yang tidak menyediakan ruang (halaman) bagi karya sastra daerah (Lampung). Bahkan, beberapa nama sudah diakui di tingkat nasional melalui ajang pemilihan sastra berbahasa daerah yang digelar Yayasan Kebudayaan Rancage, yang berpusat di Bandung, Jawa Barat.

Sejak dibukanya penghargaan Rancage bagi sastra berbahasa Lampung, sebelumnya hanya berbahasa Sunda, Jawa, dan Bali, sudah tiga nama sastrawan (daerah) Lampung yang mendulang sukses. Mereka adalah Udo Z. Karzi, Asarpin, dan tahun ini diberikan kepada Fitri Yani untuk buku puisi berbahasa Lampung bertajuk Suluh (2013).

Saturday, February 1, 2014

Fitri Yani Raih Hadiah Sastra Rancage 2014

BANDAR LAMPUNG (Lampost.Co): Sastrawan Lampung Fitri Yani meraih Hadiah Sastra Rancage 2014. Warna lokal yang mencolok dalam buku puisi, Suluh, membuat karyanya terasa lengkap sebagai karya sastra Lampung.

Karena itulah, Suluh yang diterbitkan Lampung Literatur, 2013, ini dipilih dewan juri sebagai peraih Hadiah Sastra Rancage 2014 untuk sastra Lampung. "Bukan saja karena disajikan dalam bahasa Lampung melainkan juga membicarakan perkara kelampungan. Tidak ada satu pun sajak yang dimuat dalam Suluh yang tidak mengandung warna lokal Lampung, utamanya Lampung Barat," kata Ketua Dewan Pembina Yayasan Kebudayaan Rancage dalam keputusannnya yang diterima Lampung Post, Sabtu (1/2).

Selain Lampung, Hadiah Sastra Rancage 2014 diberikan juga diberikan kepada Abdullah Mustappa dengan karyanya Titimangsa: 68 Sajak Alit untuk karya sastra Sunda. Untuk karya sastra Jawa diraih Nono Warnono dengan kumpulan cerita cekak Kluwung. Sedangkan I Wayan Westa dengan kumpulan ceritanya, Tutur Bali memenangkan Hadiah Sastra Rancage untuk karya sastra Bali.

Selain itu, Rancage 2014 juga diberikan kepada pihak-pihak yang berjasa bagi perkembangan bahasa dan sastra daerah. Yang terpilih menerima Hadiah Sastera “Rancagé” sastra Sunda 2014 buat jasa adalah Majalah Manglé yang terbit sejak 1957. Lalu, Dhanu Priyo Prabowo untuk sastra Jawa dan I Gusti Madé Sutjaja untuk sastra Bali.

Sedangkan pemenang Hadiah Samsudi 2014untuk bacaan kanak-kanak dalam bahasa Sunda adalah Prasasti nu Ngancik na Ati karya Popon Saadah.

Ketua Yayasan Rancage Rachmat Taufiq Hidayat mengatakan, upacara penyerahan Hadiah Sastera Rancagé 2014 dan Hadiah Samsudi 2014 akan dilaksanakan atas kerjasama dengan unversitas yang sekarang masih belum ditetapkan. "Begitu juga waktunya. Kalau sudah ada kepastian, insya Allah akan segera diumumkan," ujarnya.

Hadiah Sastra Rancage tahun ini, menurut Taufiq, diberikan untuk sastra Sunda untuk yang ke-21 kalinya, untuk sastera Jawa buat ke-21 kalinya, untuk sastera Bali buat yang ke-18 kalinya dan untuk sastera Lampung buat keempat kalinya. Selain untuk sastera Lampung untuk sastera Sunda, Jawa dan Bali, Hadiah Sastera “Rancagé” diberikan setiap tahun tanpa lowong, artinya diberikan saban tahun.

"Dalam bahasa Lampung tidak setiap tahun ada buku terbit, sehingga Hadiah Sastera “Rancagé” tidak bisa diberikan setiap tahun. Tahun 2013 yang lalu terbit dua judul buku dalam bahasa Lampung, sehingga tahun ini ada Hadiah Sastera “Rancagé” untuk sastera Lampung," kata Taufiq.

Laporan: Zulkarnain Zubairi
Editor: Adian
Foto: Dokumentasi pribadi