Wednesday, September 18, 2013

Silaturrahmi 102 Tokoh Adat

BANDARLAMPUNG – Setelah hampir 65 tahun tak berkumpul, sebanyak 102 dari 127 Penyimbang Adat dan Saibatin Marga yang ada di Lampung berkumpul di Istana Kerajaan Paksi Pak Skala Brak, Lamban Gedung Kuning, Sukarame, Bandarlampung, kemarin. Selain mengundang seluruh tokoh adat, silaturahmi yang diprakarsai Kerajaan Skala Brak ini juga mengundang seluruh bakal calon gubernur Lampung.
    Tak heran, sejumlah tokoh penting terlihat hadir kemarin. Di antaranya Raja Ke-23 Kerajaan Skala Brak Kepaksian Pernong Batin Gusti Raja Perwira Negara, Pangeran Edward Syah Pernong, Batin Gusti Raja Perwira Negara, yang juga Perdana Menteri Kerajaan Skala Brak, Brigjen Ike Edwin.
Selain itu juga hadir pembesar negeri atau pejabat daerah yang diundang seperti Kapolda Lampung Brigjen Heru Winarko dan kepala daerah lainnya seperti Bupati Lampung Selatan Rycko Menoza, Bupati Lampung Barat Mukhlis Basri, serta beberapa kandidat gubernur yaitu Ketua DPD Partai Demokrat M. Ridho Ficardo dan mantan Danrem 043/Gatam yang juga bakal cagub dari jalur independen Amalsyah Tarmizi.
Dalam sambutannya, Brigjen Ike Edwin mengatakan, selaku orang Lampung harus bangga pertemuan Saibatin Marga dan Penyimbang Adat ini sudah 65 tahun tidak pernah diselenggarakan, setelah pertemuan terakhir pada 1948.
’’Alhamdulillah sekarang berkumpul sekitar 90 persen. Sisanya ada 25  Saibatin Marga dan Penyimbang Adat yang berhalangan hadir. Kita patut mengapresiasi bahwa kita bisa bersatu,” ungkap Wakapolda Sulawesi Selatan itu.
    Dari total sekitar 150 kerajaan di nusantara, lanjut Ike, Kerajaan Skala Brak masuk dalam tiga besar kerajaan tertua. ’’Pertama Kerajaan Kutai, lalu Kerajaan Data, dan Kerajaan Skala Brak. Kita patut bangga dan melestarikan budaya nenek moyang kita,” tandasnya.

Sekala Brak

Numpang Liyu
Harun Muda Indrajaya (HMI)
Sabtu (14/9) akhir pekan lalu Raja Kerajaan Skala Brak Edwarsyah Prenong menggelar acara halal bihalal dan silaturrahmi para sebatin marga dan para penyimbang marga dengan Sultan paksi Pak Kerajaan Skala Brak Lampung di Sukarame.
Acara tersebut dihadiri ratusan tokoh dan tamu undangan lainnya, diantaranya Bupati Lamsel Rycko Menoza, Bupati lambar Mukhlis basri, Kapolda Lampung Brigjen heru Winarko, Cagub Lampung Amalsyah Tarmizi dan M.Ridho Ficardo yang tampak diantara undangan yang datang.
kalau kita buika kembali buku sejarah khususnya daftar yang ada di bumi nusantara, maka urutannya adalah (1) Kerajaan kandis (sebelum masehi) tepatnya di Sumatera dan diyakini sebagai nenek moyang Lubuk Jambi, (2) Kerajaan salakanagara (130-362 M) Yaitu kerajaan pertama di Jawa Barat, (3) Kerajaan Melayu Tua Jambi, (abad ke 2 Masehi), Kerajaan Skala Brak (abad ke 3 Masehi) Lalu ke-4 adalah Sekala Brak (Baca : Sekala Bekhak) Adalah sebuah kerajaan yang bercirikan Hindu dan dikenal dengan kerajaan Skala Brak Hindu yang setelah kedatangan Empat Umpu dari Pagaruyung yang menyebarkan agama Islam kemudian berubah menjadi Kepaksian Sekala Brak, terletak di kaki Gunung Pesagi (gunung tertinggi di Lampung) yang menjadi cuikal bakal suku bangsa etnis Lampung saat ini.
Artinya secara historis kerajaan Sekala Brak merupakan bagian dari kerajaan tertua di tanah air. Dalam buku hikayat atau cerita rakyat tentang asal usul nama Lampung, juga disinggung tentang perjalananOpung Silamponga dan ketiga saudaranya dari Sumatera Utara, menyusuri pesisir pantai timur pulau Sumatera sampai akhirnya terdampar di Krui. Lalu mendaki sebuah gunung dan turun ke lembah yang kemudian dikenal sebagai Sekala Brak.

Tuesday, September 17, 2013

Antara Adat dan Budaya Lampung, Menyatu dalam bahasa Yang Universal

Simpangsiur dalam memahami lembaga adat dan budaya Lampung membuat komunitas Lampung sulit dipersatukan, bersatunya Lampung dalam adat nyaris tak mungkin, tetapi seharusnya kita bersatu dalam budaya, tetapi itupun membutuhkan bahasa yang universal. Dahulu dalam dialog kebudayaan nampak sekali para tokoh adat lebih dalam dialog adat ketimbang dialog kebudayaan, hasilnya justeru perpecahan pendapat. Pada saat itu tema pembicaraan adalah Piil Pesenggiri, tetapi peserta lebih melihatnya dalam prospektif adat ketimbang budaya. Itulah pangkal persoalannya. Bedakan dahulu antara adat Lampung  dengan budaya Lampung, dengan bahasa yang universal Insya Allah kita dapat bersatu dalam "Budaya Lampung"
Dahulu para Ulama Nusantara menyiarkan agama dengan kontak kontak perdagangan, para Da'i dan Ulama Nusantara tampil sebagai dengan bahasa perniagaan, mereka membawa barang yang bagus bagus dengan harga yang terjangkau. Mereka menjadi pelindung dikala ada gangguan dari perampok, dahulu para Da'i dan Ulama Nusantara tampil sebagai tabib manakala ada warga yang sakit. Memang pada saat itu seorang da'i dan Ulama Nusantara terdiri dari saudagar saudagar kaya, memiliki ulah kanuragan yang pilih tanding, memahami ilmu ketabiban serta memiliki ilmu yang mumpuni. Masyarakatlah yang mendatangi para Da'i dan Ulama Nusantara itu, bukan dipanggil. Mereka bertanya ini dan itu, serta belajar dalam berbagai hal dari tokoh yang mumpuni serta berakhlak mulia itu. Perkawinanpun berlangsung secara sukarela. Itulah sebabnya Islam di Indonesia akhirnya mampu mencapai 99%.
Kita semua memperihatinkan pertemuan silaturrahmi antar lembaga adat yang dilaksanakan oleh paksi Pak Skala Brak yang sejatinya sangat mulia itu menyisakan riak ketidak sepahaman antar satu dengan yang lain. Kiranya kita mampu mengevaluasi adakah yang salah dalam pertemuan itu. Evaluasi itu akan menjadi sangat strategis dalam mencapai kesepahaman antara yang satu dengan yang lain.

Kerjaan Skala Brak Digoyang


                       Lamban Gedung Istana Paksi Pak Skala Brak

KERAJAAN Paksi Pak Skala Brak digoyang, dipertanyakan keabsahannya. Hal ini dikuatkan oleh Lembaga Adat Megow Pak Tulangbawang, bersama Majelis Penyimbang Adat Lampung (MPAL) Lampung, serta pengamat kebudayaan Lampung. 
Menurut Wakil Ketua Perwatin Adat Megow Pak, Ratu Perwira, dalam Perda No:4/2008, tentang sesanti Sai Bumi Ruwa Jurai jelas tercantum, Lampung hanya memiliki dua jurai adat Sai Batin Pepadun. Sementara adanya Kerajaan Paksi Pak Skala Brak merupakan sebuah lagenda yang terjadi secara turun temurun dan tidak ada bukti autentik yang menyebutkan siapa dan bagaimana silsilah kerajaan itu.
" Dari perda tersebut jelas, tidak ada yang adat yang membawahi atau lebih tinggi dari adat lainnya, semuanya sama dan memiliki dan memiliki kedudukan yang tidak dibeda bedakan, serta dua adat tersebut tidak dapat disatukan sampai kapanpun. Saat ini kan jelas, Jika tidak ada lagi kerajaan dalam adat Lampung, sehingga bagi yang menobatkan diri sebagai raja, dimana bukti autentiknya." urai Ratu Perwira, saat ditemui Wartawan di Kantor Gubernur, Senin (16/9)

Ike Edwin, Suluh Silsilah Skala Berak

Ike Edwin
BUDAYA lokal dan tradisional terus tergerus. Itu menjadi kesadaran Edwardsyah Pernong dan Ike Edwin untuk menjaga kembali silsilah, petatah-petitih, dan eksistensi Kerajaan Sekala Brak, Lampung Barat.

Sejarah mencatat dan menempatkan Kerajaan Sekala Brak di posisi paling atas dalam nasab orang Lampung. Silsilah ini dinilai amat penting oleh Brigjen Pol. Ike Edwin dan keluarga besarnya. Sebab, ini menyangkut eksistensi dari satu garis kehidupan dan peradaban suatu klan besar di Lampung.

Kesadaran itu muncul dan menjadi spirit baru keluarga besar asal Batu Brak, Liwa, Lampung Barat. Meski berkarier sebagai abdi keamanan di Jakarta, bersama sang kakak, Brigjen Pol. Edwarsyah Pernong, ia intens pulang kampung dengan menghidupkan lebih terang lagi sinar budaya di daerahnya.

Struktur kerajaan yang memang masih terang benderang ditegaskan lagi. Secara garis nasab, Edwardsyah Pernong adalah raja Kerajaan Sekala Brak atau sultan generasi ke-59. Sedangkan Ike Edwin adalah perdana menteri.

Thursday, September 12, 2013

Kolaborasi Gamol cetik dan Angklung, mengapa Tidak



Tidak kurang dari seorang Gubernur Lampung Sjachroedin Z.P. meminta dikolaborasikan alat musik gamolan atau cetik dan angklung untuk diperkenalkan kepada generasi muda. Menurut Sjachroedin, gamolan dari Lampung dan angklung dari Jawa merupakan alat musik tradisional dari bambu dan memiliki suara yang unik jika dikolaborasikan. Untuk itu, kolaborasi dua alat musik ini harus diperkenalkan secara terus-menerus kepada generasi muda agar mereka tertarik dan ikut melestarikannya. Gamol cetik itu memiliki nada nada tertentu untuk mengeluarkan suara suara yang khas pula yang tentu saja adalah dalam rangka menggambarkan suasana tertentu dan sangat Lampung tentunya. Suasana kelampungan dalam kolaborasi ini tentu saja adalah sesuatu yang harus digali terus menerus. Harapan Gubernur yang dilontarkan pada tahun 2011 yang lalu itu. Harapan itu sejatinya cukup mewakili harapan kita semua,

Gamol Cetik, Musik Tradisional Lampung.


MAKALAH MAHASISWA