Friday, October 7, 2011

KEMARAU : Rawa Terindah itu Menjadi ‘The Killing Fields’



MENGGALA—Kemarau panjang mengubah wajah kawasan rawa di Tulangbawang menjadi kering kerontang. Koloni burung rawa di Bawanglatak dan Bujungtenuk yang menjadi pemandangan indah di jalan lintas timur Sumatera tak terlihat lagi, berganti dengan koloni kerbau yang mencari rumput yang masih tersisa.

Kawasan seluas lebih dari 14 ribu hektare ini merupakan rawa terbaik dan terindah di Sumatera. Kedalaman air di lahan pasang-surut ini memang sering berubah. Dalam kondisi normal kedalamannya mencapai 3 meter—4 meter.

Pemkab Tulangbawang mempromosikan kawasan ini sebagai destinasi wisata air. Selain menyejukkan mata, kawasan ini juga menjadi tempat bergantung hidup ratusan keluarga nelayan. Puluhan ton ikan setiap hari dijaring dan menjadi komoditas perdagangan warga di sepanjang rawa.

Namun, kini semua berubah. Kawasan ini lebih layak disebut the killing fields (ladang pembantaian). Ya, kompetisi mendapat air dan ikan membuat yang kuat menjadi pemenang. Di rawa yang masih tersisa ikan, kompetisi mendapat ikan terjadi antara nelayan bermodal tipis dan nelayan bermodal besar.

Sejumlah nelayan kepada Lampung Post, Kamis (6-10), menyebutkan nelayan bermodal besar mampu meraup hasil Rp5 juta—Rp6 juta/hari karena memakai jaring waring bini. "Waring bini sangat merusak kelanjutan hidup ikan di rawa karena menjaring semua jenis ikan, baik kecil maupun besar. Banyak anak ikan mati tak terpungut di jaring," ujar seorang nelayan.

Nelayan kecil yang bermodal jaring tradisional tentu saja tersisih. Dalam kondisi normal, menurut Pauli, nelayan di Bawanglatak, dia bisa mendapat ikan 15—18 kg/hari. Namun, kini sangat sulit meskipun harus menyelusuri sungai kecil sampai ke pinggir sungai Way Tulangbawang sejauh belasan kilometer. "Kadang kami tidak mendapatkan ikan karena kalah cepat dengan nelayan jaring waring," kata Pauli.

Sebenarnya, Pemkab pada 2008 pernah melarang nelayan memakai waring. Namun, hingga kini belum ada operasi pelarangan jaring waring. Pengamatan Lampung Post, tak kurang dari 25 nelayan di wilayah ini masih menggunakan alat tangkap ikan waring.(UNA/U-1)

No comments:

Post a Comment