Thursday, October 20, 2011

40 Raja Hadiri Pernikahan Keraton Jogja


JOGJAKARTA I SURYA Online - Puncak pesta pernikahan GKR Bendara dan KPH Yudanegara berlangsung sangat meriah di Bangsal Kencana, Keraton Jogjakarta, Selasa (18/10/2011). Puluhan petinggi negara, termasuk Presiden dan Wapres, 40 raja, dan ratusan pejabat hadir.

Segenap warga Jogjakarta tak ketinggalan menyaksikan pesta keraton itu, baik dengan memadati jalan-jalan yang dilalui prosesi, maupun menonton secara kolektif atau pribadi melalui layar televisi. Mereka semua turut merasakan kebahagiaan keluarga Sultan Hamengku Buwono X.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) hadir di Bangsal Kencana sekitar pukul 09.50 WIB. Ia disambut Sri Sultan Hamengku Buwono X dan GKR Hemas diiringi alunan gending Monggang (gending khusus untuk tamu istimewa keraton). Presiden yang mengenakan jas dan dasi oranye dan Ibu Ani berkebaya oranye itu menghadiri upacara “panggih” (temu) pengantin.

Sebelumnya, Wapres Boediono bersama Ibu Herawati tiba pukul 09.40 WIB. RI-2 ini mengenakan jas berdasi biru, sedangkan sang istri berkebaya. Mereka juga disambut Sultan yang bersurjan motif kembang warna-warni dan GKR Hemas berkebaya oranye.

Prosesi “pangih” diawali dengan tari “edan-edanan” yang dibawakan tiga penari sebagai simbol tolak bala. Ini diiringi rombongan abdi dalem Keparak yang membawa kembar mayang dan pisang sanggan.

Selanjutnya, pengantin pria didampingi GBPH Suryodiningrat dan GBPH Suryomentaram datang di Bangsal Kencana dari Kasatriyan. Mereka diiringi KGPH Hadiwinoto, GBPH Prabukusumo, dan GBPH Yudhaningrat. KPH Yudanegara yang berbusana Paes Ageng dengan kuluk (topi) putih ini bersama para pendamping berdiri di emper Bangsal Kencana menunggu kehadiran pengantin putri GKR Bendara dari Sekar Kedhaton.

Beberapa saat kemudian pengantin putri yang berbusana Paes Ageng dengan sanggul dihias untaian melati dan bunga hadir didampingi BRAy Suryodiningrat dan BRAy Suryomentaram diiringi GKR Pembayun, GKR Condro Kirono, GKR Maduretno, dan GRAj Nur Abra Juwita.

Upacara “panggih” dimulai dengan lempar sirih. Pengantin putra dan putri saling melempar sirih sebagai simbol bersatunya hati. Prosesi dilanjutkan dengan pengantin putri membasuh kaki pengantin putra sebagai simbol kesetiaan seorang istri kepada suami.

Berikutnya adalah prosesi “pondongan”. Pengantin putra dibantu GBPH Suryodonindrat “memondong” pengantin putri sebagai wujud tanggung jawab suami kepada istri. Pasangan pengantin ini kemudian berjalan menuju pelaminan di Tratag Bangsal Prabayeksa diiringi Sultan dan GKR Hemas serta orang tua KPH Yudanegara untuk menerima ucapan selamat dari para tamu.

Presiden SBY dan Ibu Ani Yudhoyono yang pertama kali memberikan ucapan selamat kepada pengantin dan orang tuanya, dilanjutkan dengan foto bersama. Selanjutnya, Presiden SBY dan Ibu Ani meninggalkan keraton. Ucapan selamat selanjutnya disampaikan Wapres Boediono dan Ibu Herawati.

Bangsal Kencana yang digunakan untuk proses “panggih” tampak semarak dengan berbagai hiasan kain berwarna oranye, merah, dan putih serta janur hias di sejumlah sudut. Suasana bertambah semarak dan meriah dengan alunan gending dari gamelan yang ditabuh para wiyaga.

Selain Presiden dan Wapres, juga tampak hadir 20 menteri, 10 duta besar, mantan Wapres HM Jusuf Kalla, mantan Wapres Hamzah Haz, istri mantan Presiden Gus Dur Ny Sinta Nuriyah, Ketua DPR Marzuki Alie, sejumlah menteri, mantan menteri, anggota MPR, DPR, dan DPD.

Setelah “panggih”, prosesi pernikahan GKR Bendara dengan KPH Yudanegara dilanjutkan dengan kirab pengantin dan resepsi pernikahan di Kepatihan. Resepsi berlangsung meriah, apalagi di tengah tamu undangan, hadir sedikitnya 40 raja dari kerajaan-kerajaan Nusantara.

Koordinator Panitia Pernikahan KRT Yudahadiningrat mengatakan, yang hadir, antara lain, Raja Siak, Raja Kasunanan Cirebon, Raja Kasunanan Mangkunegaran, Raja Lombok, dan Raja Ternate bersama rombongan. Mereka melengkapi sekitar 2.515 undangan. Sebanyak 1.015 undangan mengikuti prosesi “panggih” di Bangsal Kencono dan sisanya hadir pada resepsi di Kepatihan.

Sebelum “panggih” dan resepsi kedua mempelai lebih dulu dikirab. Warga dan wisatawan menyaksikan arak-arakan pengantin di sepanjang Jalan Malioboro yang sudah dihias dengan 100 penjor janur kuning. Mempelai diarak dengan kereta Kyai Jong Wiyat, kereta tua peninggalan Sultan Hamengku Buwono VII 1881. Kereta itu berbentuk terbuka, sehingga pengantin bisa dilihat langsung oleh publik.

No comments:

Post a Comment