Saturday, March 5, 2011

Pasar Jatimulyo, Pasar Induk Kecil (Bagian 1)

Ekonomi Lampost : Selasa, 1 Maret 2011


BANDAR LAMPUNG—Rasmi (38) menaiki gundukan karung berisi sayuran yang menumpuk di bagian belakang sepeda motor yang dikemudikan suaminya. "Wis (sudah)?" tanya sang suami dalam bahasa Jawa. Rasmi melihat jam tangannya, jam sudah menunjukan pukul 04.00. Ia menoleh dan melirik beberapa sepeda motor dengan muatan serupa yang mulai pergi satu per satu.

"Sudah, Pak. Agak cepat ya, sudah ramai pasti di Tugu," Rasmi menjawab sekenanya sambil menaikan resleting jaket parasutnya. Tak berapa lama mereka kemudian melaju menembus pagi yang berembun meninggalkan Pasar Jatimulyo, Lampung Selatan, menuju Bandar Lampung.

Rasmi adalah salah satu pedagang sayur-mayur yang sudah lama membeli kebutuhan dagangnya, seperti cabai, sawi, ataupun terung di Pasar Jatimulyo. Rasmi mengaku berjualan di Pasar Tugu. "Di sini harganya lebih murah dibandingkan Pasar Tamin," kata dia.

Pasar Jatimulyo yang berada di Jalan P. Senopati, Desa Jatimulyo, Kecamatan Jatiagung, Lampung Selatan, tersebut memang lebih terkenal dibandingkan Pasar Tamin yang notabenenya pasar induk di Bandar Lampung.

Tidak hanya pembeli eceran, pedagang dari pasar-pasar di Bandar Lampung, seperti Pasar Tugu atau Pasar SMEP juga banyak yang mengambil pasokan dari Pasar Jatimulyo.

"Banyak juga yang dari luar Bandar Lampung yang beli sayur di sini," kata Rasmi. Harga lebih murah dan lokasi lebih mudah dicapai, adalah dua alasan kenapa pedagang seperti Rasmi lebih senang berbelanja di Pasar Jatimulyo.

Alasan lokasi yang mudah dicapai pembeli dari daerah Lampung Tengah dan sekitarnya, seperti Metro, Sukadamai, Karanganyar tersebut juga menjadi alasan Nurohman (38), pedagang semangka asal Sukadamai, Lampung Tengah berdagang di Pasar Jatimulyo.

"Pembeli lebih suka belanja di sini karena lebih dekat. Kalau ke Tamin kan harus memutar. Jauh," kata Nurohman yang juga berjualan di Pasar Pasir Gintung.

Selain lokasi, harga barang (umumnya sayuran) di pasar yang ramai pada pukul 20.00—24.00 dan pukul 03.00—09.00 tersebut lebih murah sekitar 20%.

"Cabai merah keriting per kilogramnya saya jual Rp30 ribu hingga Rp35 ribu," urai Roni (40), pedagang dari Lampung Tengah yang sudah sekitar enam tahun berdagang di Pasar Jatimulyo.

Roni membandingkan dengan harga cabai merah keriting di Pasar Induk Tamin bisa mencapai Rp40 ribu/kg. Dengan harga yang lebih murah itu, kata Roni, Pasar Jatimulyo menjadi tujuan utama para pembeli borongan yang berasal dari luar daerah. "Mereka lebih suka beli di sini karena katanya harga jauh lebih murah," ujar Roni yang dalam sehari bisa membawa cabai hingga lebih dari 50 kuintal tersebut.

Pemasok sayuran dari daerah Lampung Barat, Tanggamus, atau Metro pun, kata Roni, lebih banyak memasok ke Pasar Jatimulyo, meski tidak memungkinkan juga memasok ke pasar-pasar lain. "Mungkin karena pedagang-pedagang asal luar Bandar Lampung lebih banyak belanja di sini. Pasar Jatimulyo ini pasar induk tapi kecil," kata dia. (TRI PURNA JAYA/E-2)

2 comments:

  1. Assalamu'alaikum Wr.Wb.
    Salam silaturrahmi, sy berjualan di Ps.Induk Bogor (TU), sy berjualan jengkol muda dan jengkol tua, apabila bpk punya kenalan Tengkulak Jengkol bpk bisa share dengan sy, bpk bisa mampir di blog sy "pasar-tu.blogspot.com" , terima kasih.

    ReplyDelete